Dua hari adalah waktu yang cukup bagi Hans untuk mempelajari bagaimana cara bertarung seorang ksatria, meski ia adalah keturunan murni tapi ini adalah kali pertama dia terjun langsung ke lapangan.
Banyak yang berharap padanya sebab ia memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan lima vampire seorang diri, tapi Hans sendiri tidak yakin akan hal itu.
Sebagai pemula ia masuk ke dalam regu C, tugasnya adalah menjaga di sekitar perbatasan hutan dan desa mencegah masuknya vampire ke wilayah manusia.
Malam itu dengan di dampingi seorang penyelidik Hans dan regunya melaksanakan tugas, mereka berjaga di tiga pos dimana satu pos ditempati oleh dua orang.
"Kau gugup?" tanya Reah salah satu teman Hans di regu itu.
"Sedikit" akuinya.
"Dalam satu malam paling hanya akan ada dua sampai tiga vampire yang lewat, dengan jumlah kita yang banyak tugas ini sangatlah mudah"
"Syukurlah kalau begitu" ujar Hans.
Dia menatap Reah dengan seksama, memperhatikan gadis yang usianya lebih muda darinya namun sudah tergabung menjadi Ksatria pemberani. Ada rasa kagum dan iri sebab dia sendiri malah bertindak seperti pengecut.
"Ada apa?" tanya Reah yang sadar saat di perhatikan.
"Ah tidak apa-apa" jawab Hans memalingkan wajahnya dengan cepat.
Malam semakin larut dan tempat itu masih damai tanpa ada kehadiran satu vampire pun, Hans menjadi lebih santai karenanya dan mulai mengajak Reah mengobrol.
"Sudah berapa lama kau tergabung dalam regu ini?"
"Mungkin sekitar dua tahun, tapi sebelumnya aku sudah tergabung di regu F cukup lama baru di pindahkan kemari"
"Bukankah regu F berjaga di kawasan Kota? kenapa kau di pindahkan?"
"Regu C juga dulu berjaga di sekitar kota, namun semenjak adanya laporan vampire yang menyerang desa-desa barulah regu C di pindahkan kemari. Aku di pilih sebenarnya untuk menuntun mereka yang baru masuk, biasanya saat melawan vampire anak baru akan membuat kehebohan karena kebanyakan dari mereka akan bertugas di sekitar perbatasan" jelasnya.
"Um.... jika aku boleh tahu kenapa kau ikut tergabung menjadi ksatria?"
Reah menengadah, menatap langit yang hitam tanpa cahaya bulan atau pun bintang. Benaknya kembali mengingat peristiwa saat dia masih kecil, dimana sebuah tragedi terjadi pada keluarganya.
"Malam itu pun langit sama seperti malam ini, tak ada yang aneh atau mencurigakan. Ibuku dengan antusias menceritakan tentang Akademi dan orang-orang hebat di dalamnya, dia berkata suatu hari nanti aku akan belajar di sana dan menjadi kebanggaannya" ujar Reah mulai bercerita.
"Setelah mematikan lampu di kamarku ia pun pergi agar aku bisa tidur, tapi selang beberapa saat kemudian aku mendengar teriakan ibu. Aku tahu sesuatu telah terjadi padanya, dengan cepat aku berlari keluar kamar dan yang pertama kali aku lihat adalah jasad ayahku yang sudah bersimbah darah."
Hans menelan ludah, ia tak menyangka Reah memiliki kenangan seburuk itu.
"Aku menangis tapi masih sanggup untuk berjalan dan mencari ibu, di sisi lain dalam di salah satu ruangan aku pun menemukan ibu dengan makhluk di belakangnya. Ia memiliki taring yang tajam hingga menusuk leher ibu, sadar akan kehadiran ku makhluk itu melepaskan ibu yang sudah tak berdaya. Ia berjalan dan siap menyantap ku tapi beruntung seorang ksatria datang tepat waktu untuk menyelamatkan hidupku, lima hari lamanya aku terbaring di ranjang dengan mimpi buruk yang terus berulang."
Cerita itu telah selesai, tapi kengerian yang ada di dalamnya terus keluar dan membuat malam semakin terasa sepi.
"Salah satu seorang ksatria membantuku hingga sembuh total, kemudian aku pun masuk ke Akademi di usia yang lebih muda. Satu tekad ku dari mulai mempelajari ilmu sihir hingga sekarang adalah membasmi para monster itu, tak akan pernah ku biarkan keluarga lain mengalami apa yang pernah aku alami" ujar Reah berjanji.
Hans sungguh di buat malu oleh Reah, gadis sebatang kara itu mampu hidup dengan kakinya sendiri bahkan menjadi panutan orang lain. Sedang dirinya baru di beri ujian dalam perusahaan sudah mundur tanpa ada rasa percaya diri.
"Reah, maukah kau mengajariku?" tanya Hans.
Reah menatap mata Hans yang bersungguh-sungguh, tiba-tiba salah satu penyihir memberi kode akan adanya bahaya. Mereka segera menengok sisi hutan dan mendapati seorang vampire yang berjalan keluar dari kegelapan.
"Lihatlah baik-baik" ujar Reah.
Ia turun dan menghadang vampire itu tepat di depan, bau darah yang menggoda dari tubuh Reah membuat dua taring mencuat dari mulut vampire itu. Sang vampire bergerak dengan cepat ke belakang Reah untuk kemudian menerkamnya, tapi Reah bukanlah penyihir biasa melainkan seorang ksatria.
Trang....
Kuku dan pedang Reah saling beradu, di detik kemudian vampire itu mencoba menyerang pada sisi yang lain tapi Reah tak kalah cepat juga. Mereka melakukan pertarungan yang cukup sengit tapi bagi Reah ini bukanlah apa-apa, dia masih mampu melawan dua vampire sekaligus.
Tidak ingin bermain terlalu lama Reah mengakhiri pertarungan itu dengan menusuk tepat di jantung sang vampire, mulai dari kaki kemudian ke tubuh vampire itu berubah menjadi abu hingga hilang diterpa angin malam.
Reah kembali ke posnya tanpa ada luka lecet sedikit pun, dengan sombong ia mengangkat sebelah alisnya kepada Hans yang hanya bisa terpana.
Menjadi seorang ksatria bukanlah hal yang mudah, tapi beberapa orang mampu melakukannya dengan baik sehingga menjadi pahlawan. Belajar dari Reah untuk selanjutnya Hans yang terjun melawan vampire, ia cukup gugup saat melihat postur tubuh vampire itu yang lebih besar darinya.
Kekuatan dan kecepatan menjadi poin utama dalam pertarungan itu, Hans harus bisa mengimbanginya jika tidak nyawanya dalam bahaya. Untuk beberapa menit ia hanya bisa menghindar sambil mencari celah untuk menyerang, ia tak menyangka vampire itu sangat beringas dan penuh tenaga hingga ia mampu terus menyerang tanpa rasa lelah.
Srek
Ah
Hilang keseimbangan Hans harus menerima satu cakaran di lengannya yang tak hanya merobek baju tapi juga kulitnya, dalam pertarungannya yang pertama melawan vampire rupanya ia mengalami sedikit kesulitan.
Zzhhaasss....
Tak ada pilihan Hans membuat perisai untuk mengurung vampire itu, tapi.
Prang.....
"Apa?"
Dengan mudah vampire itu merusak perisai yang ia buat.
Groooaaarrrr....
Teriakan vampire yang begitu menyeramkan membuat Hans terpaku, dia hanya mampu melihat tubuh vampire itu yang melompat ke arahnya.
Trang...
Reah datang tepat waktu, ia berhasil menyelamatkan Hans dengan pedangnya.
"Dia lebih tangguh dari vampire yang sebelumnya, kau tidak akan mampu melawannya sendirian. Gunakan perisai mu untuk mengurungnya kembali! meski dia berhasil meloloskan diri tapi aku akan menyerang dengan waktu yang tepat" ujar Reah.
"Aku mengerti" jawab Hans.
Dengan cepat Hans berlari menyerbu vampire itu di ikuti oleh Reah tepat di belakang, saat vampire itu akan menyerang dengan cepat Hans membuat perisai. Satu serangan di gunakan vampire itu untuk melepaskan diri, dan sebelum ia sempat bersiap Reah sudah lebih dulu menghunuskan pedangnya.
Jleb
Aaaaaaaaaaarrrrgggghhhhh.....
Rasa sakit yang teramat menyiksa membuat vampire itu mengamuk, meski dengan pedang yang masih menancap di dadanya. Reah membuat perisai agar vampire itu tak bisa menyerang, di lapisi oleh perisai Hans kini vampire itu tak mampu melepaskan diri.
Beberapa menit yang terasa lama akhirnya vampire itu telah menjadi abu seutuhnya, menyisakan pedang Reah yang dia ambil setelahnya.
"Aku harus melaporkan ini pada guru Shishio, vampire ini jauh lebih kuat dan tak berakal" ujar Reah.
"Aku tidak melihat letak perbedaan mereka" ucap Hans.
"Kau baru berhadapan dengan vampire sungguhan tentu belum bisa membedakannya, tapi seiring berjalannya waktu kau pasti akan mengerti"
"Begitu ya"
"Kata guru Shishio vampire yang dulu sama seperti kita, mereka berakal dan jarang menyerang manusia. Bagi ku vampire versi guru Shishio yang tidak bisa di mengerti, bagaimana mungkin monster seperti mereka tidak membunuh. Tapi aku yakin guru Shishio berkata benar sebab dia adalah salah satu penyihir yang ikut dalam perang besar dan berhasil selamat"
"Aku juga mendengar hal yang sama, paman Ryu dan guru Shishio sering membicarakan vampire itu dan tengah melakukan riset"
"Baiklah, kembali ke pos masing-masing" ujar Reah membubarkan.
Hanya dua vampire itu yang datang melewati perbatasan, hingga pagi menjelang semua aman terkendali sehingga mereka bisa pulang dan beristirahat.
Setelah membersihkan diri Hans cepat pergi ke kamarnya dan tidur, rasanya tenaganya terkuras habis setelah pertarungan semalam.
Ia bangun saat hari sudah siang, itu pun salah satu temannya yang membangunkan agar Hans tidak melewatkan makan siang. Di sela-sela makan siang ia mengobrol dengan yang lain tentang vampire yang mereka basmi semalam, ada yang mengaku ketakutan ada juga yang berlagak sombong.
Apa pun itu Hans dapat memakluminya sebab ia tahu rasanya bertarung dengan vampire, dan itu bukanlah hal yang mudah.
"Hans!" panggil Ryu setelah makan siang usai.
"Ada apa paman?" tanyanya.
"Tidak, paman hanya ingin memberitahu mu bahwa paman akan menengok orangtuamu dan kakek. Kau sudah terbiasa tinggal di sini kan? tidak apa jika paman tinggal?"
"Tentu saja, aku bukan anak kecil jadi paman tidak perlu khawatir. Tolong sampaikan salam ku kepada ayah, ibu dan kakek"
"Baiklah, oh ya... paman dengar kau berhasil membunuh satu vampire semalam!"
"Um... itu tidak sepenuhnya benar, temanku Reah yang berhasil membunuhnya dan aku hanya membantu saja"
"Tidak perduli siapa yang membunuh, yang terpenting adalah kau telah berhasil melaksanakan tugas dengan benar" ujar Ryu.
"Baik paman"
"Kalau begitu paman pergi dulu" ucapnya berpamitan.
Hans melepas kepergian pamannya tepat di gerbang Akademi, ia terus menatap hingga Ryu hilang dalam pandangan.
Malam-malam selanjutnya Hans bertugas kembali seperti biasa, kini ia sudah bisa melawan satu vampire sendirian tanpa bantuan Reah atau teman-temannya yang lain.
Ia juga sudah terbiasa pada pertarungan itu sehingga mulai dapat membedakan kekuatan satu vampire dengan yang lainnya, setelah pulang dari berjaga ia bisa istirahat dengan cukup baik dan bangun untuk makan siang tanpa di bangunkan oleh orang lain.
* * *
Tak butuh waktu lama bagi Ryu untuk sampai di hotel Hermes, Shigima yang juga baru datang menyambut dirinya dengan penuh suka cita. Begitu pun dengan Amelia yang banyak bertanya tentang keadaan Hans, kekhawatiran Amelia sebagai ibu dapat di redam dengan salam yang di titipkan Hans untuk dirinya.
Setelah mengobrol cukup lama hanya untuk membicarakan Hans kini tiba saatnya bagi Shigima menceritakan apa yang telah ia ketahui mengenai keluarga baru Joyi.
Shigima mengeluarkan berkas yang ia dapat dari informannya, Ryu segera mengambilnya sambil mendengarkan penjelasan Shigima. Ia cukup kaget mendengar Joyi menikahi seorang pria demi membangun hotel yang bisa bersaing dengan Hermes, yang lebih membuatnya terkejut adalah kematian keluarga Jeff yang terasa mencurigakan.
"Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui" ujar Shigima kepada Jack dan Ryu.
"Aku mendapati paman Jhon keluar masuk rumah Chaf dengan bebas, saat aku tanyakan apa hubungannya ia tak mau menjawab. Begitu pun saat aku menuduhnya bahwa dialah dalang di balik teror hewan buas"
"Ayah tidak heran jika Jhon masih berhubungan dengan Joyi, sebelumnya mereka juga merupakan Sekutu. Tapi rasanya tidak mungkin Jhon sampai menghabisi nyawa orang yang tidak berdosa, terlebih ia sudah tidak mau berurusan lagi dengan keluarga kita" ujar Jack.
"Itulah yang dia katakan, melihat kesungguhannya membuatku ragu kalau dia berdusta. Terlebih paman Jhon termasuk vampire sepuh yang masih menjunjung tinggi kesetiaan" sahut Shigima.
"Itu berarti bibi Joy menyuruh vampire lain untuk melakukannya" ucap Ryu.
"Itu bisa saja terjadi" balas Shigima.
Mereka terdiam, memikirkan tindakan Joyi yang sudah kelewat batas. Mereka juga harus mencari cara untuk membuat Joyi menyerah pada dendamnya, tentu agar tidak ada lagi nyawa yang melayang karenanya.
"Aku lebih memikirkan anak bernama Chad itu" ujar Shigima.
"Kenapa?" tanya Jack.
"Mengingat begitu liciknya bibi Joy bisa saja kematian yang menimpa anak Jeff adalah hasil perbuatannya, kemudian dia mempengaruhi cucunya Chad dengan berbohong bahwa itu perbuatan kita. Salah satu mantan pelayan di rumah bibi Joy mengatakan Chad adalah sosok yang kejam dan dingin, bisa saja itu karena bibi Joy terus menanamkan dendamnya kepada anak itu. Aku khawatir Chad akan membalas dendam akibat kematian orangtuanya kepada kita, padahal kita tidak pernah tahu apa pun"
"Ya... hal itu bisa saja terjadi, kalau begitu sebagai antisipasi cari tahu tentang kematian orangtua anak itu. Jika bisa cari tahu juga apakah benar Jeff meninggal karena serangan jantung, jika terbukti Joyi memanipulasi kematian orang-orang itu kita bisa menggunakannya sebagai senjata untuk melawannya" perintah Jack.
"Baik ayah" ujar Shigima.
"Kasihan sekali, anak muda seusianya seharusnya menikmati hidup dengan bahagia. Tapi dia hanya sebatang kara dengan luka yang menganga di dalam dada" ucap Ryu prihatin.
"Dari mantan pelayan itu ku dengar bahkan Chad sudah bekerja di perusahaan saat masih SMA, dia menanggung beban yang cukup berat dalam pundaknya tak heran jika sifatnya pemarah" kata Shigima.
"Dari SMA? kalau begitu dia masih bekerja hingga sekarang?" tanya Jack.
"Tentu saja, kenapa?" ujar Shigima balas bertanya.
"Bukankah kalau begitu ada kemungkinan insiden yang terjadi selama Hans menjabat sebagai CEO ada campur tangan Sanwa untuk membuat kesan jelek terhadap Hans? bukankah setelah semua insiden itu Sanwa lebih terkenal dan besar lagi?"
"Maksud ayah Chad juga ikut dalam meruntuhkan Hermes?" tanya Ryu.
"Bisa saja, bibi Joy bisa mempengaruhi Chad untuk melakukan semua itu. Kemungkinannya sangat kecil jika bibi Joy tidak memanfaatkan satu-satunya pewaris di keluarga Jeff" sahut Shigima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments