Ia masih ingat dengan jelas air mata yang di keluarkan Mina sebab perpisahan yang terjadi antara mereka, haru biru merasuk relungnya yang lembut karena ucapan perpisahan dan nasihat yang yang di lontarkan Mina.
Pelukannya sangat erat seakan enggan melepaskannya, begitu pun dengan pelukan yang di berikan oleh Ima.
Diantara yang lain hanya Colt yang tak menitikkan air mata, namun jelas dalam pandangan matanya mengisyaratkan kekhawatiran.
"Kau adalah anak laki-laki ayah, ayah yakin kau akan bisa hidup dengan layak di sana" ujar Colt yang tak mau banyak menasehati.
Lambaian tangannya terulur saat sebuah bis berhenti tepat di depan mereka, Giant yang pertama kali masuk ke dalam bis membawakan serta barang-barangnya.
Ia naik ke atas bis dan masih sempat mengucapkan salam perpisahan untuk terakhir kalinya sebelum masuk ke dalamnya, begitu pintu bis di tutup dengan segera ia berjalan ke arah jendela dan melambaikan tangannya kembali.
Perjalanan dari desanya ke kota setidaknya membutuhkan waktu selama delapan jam perjalanan, dia pun juga masih harus naik taksi untuk sampai di kediaman Giant.
Hawa panas dari kendaraan dan suara bising dari berbagai macam hal seakan menyambut kedatangannya, Agler di buat kagum dengan gedung-gedung pencakar langit dan toko-toko yang berderet di sepanjang jalan.
Terkadang ada rasa malu bercampur kaget melihat banyaknya gadis-gadis yang berpakaian sedikit terbuka, bahkan ia sempat melihat kaum muda mudi bermesraan di tempat umum.
Jauhnya perjalanan membuat tubuhnya lumayan lelah hingga saat ia sampai di kediaman Giant segera ia bersandar di kursi, menarik nafas panjang untuk beristirahat sejenak.
"Maaf rumah ku terlalu kecil dan berantakan" ujar Giant sambil menyuguhkan sebuah teh panas.
"Tidak apa-apa paman"
"Yah... beginilah hidup di kota, orang-orang seperti ku tidak akan mungkin memiliki tempat tinggal yang luas. Untuk ukuran segini pun aku harus membayar uang sewa yang cukup mahal, sangat berbanding terbalik dengan kehidupan ku di desa" ungkap Giant.
Di desa orang-orang memang mengenalnya sebagai seseorang yang makmur, dia punya rumah yang lebih luas dan bagus. Pekerjaannya di kota sebagai pedagang ikan di pasar memang menghasilkan uang yang cukup untuk kehidupan di desa, namun sederhana untuk tinggal di kota.
Selesai istirahat Giant menjelaskan apa saja yang harus di ketahui Agler, seperti tempat membuang sampah dan cara menyimpan makanan dengan baik agar tidak di curi tikus.
Kediaman Giant hanya memiliki Tiga ruangan saja, itu merupakan satu kamar yang di fungsikan juga untuk hal lain, dapur dan kamar mandi. Oleh sebab itu mereka akan berbagi tempat tidur, karena ruangannya yang tidak memungkinkan menaruh ranjang sebagai gantinya mereka akan tidur di atas kasur lipat.
Malam pertama di kota rupanya membuat Agler tidak bisa tidur, ia masih belum beradaptasi dengan baik namun tetap kelihatan bugar meski tidak tidur semalaman.
Giant segera mengajak Agler ke pasar saat matahari masih belum menampakkan sinarnya, di kedai tempat ia menjual ikan-ikan segar sudah banyak orang melakukan aktifitas jual beli.
Giant juga mengenalkan Agler pada orang-orang pemasok ikan dagangannya, mereka adalah pelaut yang jauh-jauh datang hanya untuk menjual hasil tangkapan mereka untuk Giant jual kembali.
Awalnya Agler merasa canggung karena kebanyakan dari mereka bermuka keras dengan kerutan di dahi, ia merasa seakan semua orang membencinya. Tapi Giant memberi tahu bahwa aslinya mereka sangat baik, wajah mereka memang tipe seperti itu dan jarang juga yang bercanda jadi tidak perlu di ambil hati.
Hari pertama membantu di pasar Giant akui Agler sangat berbakat, dengan wajah yang tampan ia menggaet banyak pelanggan wanita untuk berbelanja. Kecerdasannya pun memudahkan mereka dalam transaksi.
Disamping pekerjaannya di pasar Agler pun sudah memilih fakultas untuknya melanjutkan sekolah atas saran dari Giant, hari itu ia pergi untuk mendaftarkan diri dan pulang secepat mungkin setelah urusannya selesai.
Nilai Agler yang bagus membuatnya di terima dengan mudah, kini dua keinginannya telah terkabul dan untuk itulah ia memberi kabar kepada keluarganya di desa.
Tentu Mina sangat senang atas kabar yang dia dapat, mengetahui kehidupan di kota yang cukup keras Mina berpesan agar jika Agler butuh uang ia harus bicara kepadanya.
Sebagai seorang ibu tentu Mina akan terus membantu kehidupan Agler agar ia tidak kekurangan apa pun, meski Agler sendiri ingin mandiri tanpa melibatkan bantuan orangtua.
"Kau punya keluarga yang sangat baik, orantuamu mendukung penuh pada keputusan mu bahkan siap membantu di saat yang tersulit" komentar Giant.
"Ya.. karena itulah aku tidak ingin merepotkan mereka"
"Kalau begitu kau harus rajin bekerja, gaji yang ku berikan padamu mungkin hanya cukup untuk uang kuliah saja. Kau harus memutar otak untuk menambah penghasilan mu, di daerah sini banyak pemuda yang bekerja extra untuk mendapatkan uang lebih"
"Begitu ya, kedepannya aku juga sepertinya akan mencari pekerjaan lain"
"Tapi hati-hati, jangan sampai kau kelelahan dan malah jatuh sakit. Kau juga harus pandai bergaul, hidup di kota sangat keras"
"Aku mengerti paman" jawab Agler.
Kini Agler sudah mulai bisa beradaptasi, ia dapat tidur dengan nyenyak dan bangun pagi sekali untuk mulai bekerja di pasar.
Ia lebih semangat hingga tiba waktunya berangkat kuliah, beruntung jarak dari pasar ke tempat kuliahnya tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu beberapa menit saja dengan berjalan kaki, sesampainya di sana ia pergi ke toilet untuk membersihkan diri.
Namun saat membuka pintu toilet alangkah kagetnya ia melihat dua orang pria yang sedang memukul seseorang di lantai, sontak Agler segera menghampiri pria yang di keroyok itu dan membantunya.
"Hei... apa yang kalian lakukan?" tanya Agler menarik kedua pria itu menjauh.
"Hei bung! ini urusan kami, sebaiknya kau pergi atau kau akan mendapatkan masalah" jawab salah satu dari pria itu.
"Tapi yang kalian lakukan itu keterlaluan, tidak bisakah kalian bicarakan baik-baik?"
"Ck jangan sok ikut campur!" teriak salah satu dari mereka sambil melayangkan tinju.
Kepalan tangannya cukup besar dan kuat tapi Agler mampu menangkisnya dengan cepat, tak terima akan hal itu satu orang yang lain mencoba memukulnya tapi ia pun gagal.
Kesal karena Agler selalu lolos mereka pun melayangkan banyak pukulan dan tendangan tapi Agler masih saja lolos, bahkan beberapa kali Agler membuat mereka kesakitan sendiri sebab pukulan yang mereka layangkan malah mengenai tembok.
Beberapa menit berlalu Agler mengakhiri perkelahian itu dengan memukul mereka, hanya satu pukulan tapi berhasil membuat mereka tumbang dan kabur.
"Hei... kau tidak apa-apa?" tanya Agler sambil menghampiri orang yang baru saja di keroyok itu.
"Yah... aku baik-baik saja, terimakasih kawan" jawabnya.
"Kau kelihatan kacau" komentar Agler melihat wajah lebam orang itu dan rambutnya yang berantakan.
"Hei kawan! apa kau mencium bau ikan?" tanya orang itu.
Agler terdiam, perlahan ia mencium pakaiannya sendiri dan sadar bau itu berasal dari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments