Bab 11 Perang Dingin

Sepuluh menit berlalu dan mereka masih terdiam, saling menatap sambil sesekali minum. Ada banyak pertanyaan yang ingin di ajukan oleh Jack, terlebih melihat perubahan Joyi yang drastis tentu ia sangat penasaran. Tapi ia tak memiliki keberanian untuk bicara, jika di pikir lagi sejak dulu ia memang tak punya keberanian itu kepada Joyi.

Meski statusnya adalah tuan tapi seumur hidupnya Joyi lah yang mengurus segalanya, bahkan dia juga yang memutuskan dengan siapa ia harus menikah setelah kepergian Jessa begitu pun masalah perusahaan. Joyi sering kali di minta pendapat saat ia kesulitan, pada akhirnya pendapat Joyilah yang ia pakai.

"Untuk yang pertama kalinya, setelah bertahun-tahun ku abdikan hidupku hanya untuk Hermes. Akhirnya kita bisa duduk bersama di satu meja yang sama" ujar Joyi memecah keheningan diantara mereka.

"Status diantara kita memang sangat berpengaruh hingga meski apa yang ku lakukan adalah kebenaran tapi kau tidak mau mendengarkan" lanjutnya.

"Apakah ini masih tentang Jessa?" terka Jack.

"Ini tentang kita Jack, andai api cinta di matamu itu tidak pernah ada maka semuanya tidak akan pernah terjadi" jawab Joyi dengan mata yang mengisyaratkan tuduhan.

"Apa maksud mu?"

"Sampai kapan kau akan pura-pura bodoh? rupanya api itu tidak hanya membakar matamu tapi juga otakmu, dengan mudahnya kau melupakan insiden perang besar akibat batu keabadian"

"Cukup! sampai kapan kau akan menyalahkan Jessa? aku mengusir mu karena kau telah berkhianat, ini tidak ada hubungannya dengan Jessa" ujar Jack tak terima.

Mata itu semakin tajam menatap sesosok pria yang sejak dulu menjadi jiwanya, tatapan dingin yang menembus hingga relung.

"Kau tidak pernah berubah, inilah alasan di balik semua tindakan ku. Ingat Jack! api itu sudah membakar matamu, lalu otakmu, perlahan dia juga akan membakar hatimu dan seluruh Hermes" ujar Joyi pelan.

"Terimakasih atas makan malamnya."

Joyi pun beranjak dan pergi meninggalkan Jack yang masih tak mampu bicara.

* * *

Tok Tok Tok

"Masuk."

Pintu terbuka dan nampak manager San masuk.

"Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang tuan perintahkan" ujarnya.

"Oh baiklah, kita pergi sekarang" jawab Chad.

"Baik" balas manager San dengan sedikit menundukkan kepala.

Chad berjalan lebih dulu dengan diikuti manager San, mereka pergi dari kantor menggunakan mobil. Beberapa waktu kemudian mobil mereka berhenti di sebuah rumah di pinggir jalan, rumah itu nampak megah dengan taman yang asri meski ukurannya lebih kecil dari rumah yang Chad tempati dengan neneknya.

"Silahkan tuan" ucap manager San memberikan sebuah kunci.

Chad mengambil kunci itu dan pertama-tama ia membuka pintu gerbang, mereka masuk kembali ke dalam mobil dan masuk melewati taman. Manager San memarkirkan mobil tepat di depan pintu rumah agar Chad tak perlu berjalan jauh.

Dengan kunci yang di berikan manager San Chad pun membuka pintu rumah itu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah ruang tamu dengan gaya klasik modern.

Ia berjalan masuk dan mulai melihat-lihat, rumah itu memiliki empat kamar dengan kamar mandi di masing-masing kamar. Satu dapur, satu ruang kerja, satu ruang tamu dan area bersantai. Ada juga kolam renang dan kolam ikan yang memanjakan mata, dari ekspresi Chad nampak ia senang.

"Apakah tuan menyukainya?" tanya manager San.

"Ya, cepat urus surat-suratnya" jawab Chad.

"Baik tuan"

"Kalau begitu ayo kita kembali ke kantor" ujar Chad berjalan lebih dulu.

Hhhhhhhh

"Aku tidak pernah mengerti jalan pikiran orang kaya, padahal tuan Chad sudah memiliki rumah mewah tapi dia tetap membeli rumah lagi. Dengan jadwalnya yang sibuk bagaimana bisa dia tinggal di rumah ini?" gumam manager San tentu setelah tuannya pergi.

Chad kembali ke kantor dan mendapati neneknya sudah berada di sana, ia cukup kaget juga sebab di lihat dari pakaiannya terlihat neneknya seperti habis bepergian.

"Kau dari mana?" tanya Joyi.

"Oh, aku ada urusan kecil tadi"

"Begitu ya, kau sudah makan?"

"Sudah, bagaimana dengan nenek?"

"Kau tidak perlu khawatirkan nenek, Chad ada yang ingin nenek bicarakan denganmu"

"Baiklah" jawab Chad duduk.

"Proyek mu yang baru kini sudah hampir selesai, kau harus mulai mencari tahu lagi proyek di Hermes grup. Pokoknya langkah yang sudah kita ambil tidak boleh sampai salah langkah apalagi mudur, ini adalah satu-satunya cara membalas mereka"

"Aku tahu, nenek tidak perlu khawatir. Atas insiden keracunan makanan itu dan gagalnya proyek, mereka kini membutuhkan kekuatan media untuk memulihkan keadaan"

"Kau sudah mengatur segalanya?"

"Tentu saja, aku sudah mengurus orang-orang media yang akan mereka sewa" jawab Chad penuh percaya diri.

"Bagus, kau memang cucu nenek yang pintar" puji Joyi.

'Bersiaplah Jack, permainan baru saja di mulai' batin Joyi.

* * *

"Ini adalah acara yang paling penting, ayah harap kau berusaha lebih keras lagi" ujar Shigima.

Setelah istirahat dalam waktu yang cukup lama bagi Hans akhirnya ia mau kembali bekerja lagi, mereka mendapat ide untuk membuat wawancara. Dalam kesempatan ini Hans bertugas mempromosikan hotel mereka, dengan berbagai promo yang akan mereka berikan Shigima berharap semuanya akan berjalan lancar.

Mulai hari itu hampir semua staf lembur untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari spanduk dan rangkaian bunga. Para wartawan akan menginap selama sehari penuh agar bisa merasakan langsung pelayanan yang di berikan oleh pihak hotel, karena itu semua bekerja keras hingga tiba hari dimana para wartawan tiba.

Kedatangan mereka segera di sambut oleh Hans sendiri, dengan menyembunyikan ketegangannya ia tersenyum lebar dan mengarahkan para wartawan untuk masuk ke lobi.

Mereka di beri kamar biasa namun pelayanannya tetap bagus, ada banyak pelayan yang bersiaga dan membawakan barang-barang mereka ke dalam kamar.

Sejauh ini semua aman terkendali, Hans membiarkan para wartawan istirahat dulu sampai waktu makam siang. Belajar dari kesalahan dengan sendirinya Hans mengecek makanan yang akan di berikan kepada para wartawan itu.

Akhirnya Hans dapat bernafas lega saat ia istirahat di kantornya, harapannya kembali muncul melihat semuan rencananya berjalan dengan mulus. Tapi rupanya hal itu hanya berlaku sementara waktu saja, saat ia berkeliling untuk mengontrol pekerjaan anak buahnya ia menemukan sebuah masalah.

Salah satu wartawan terlihat sedang marah-marah kepada pelayan di depan pintu kamarnya, dengan cepat Hans berlari untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Maaf tuan, apa yang terjadi?"

"Ah pak Hans, lihat apa yang di lakukan oleh pelayanmu! aku menyuruhnya membersihkan kamarku tapi dia malah merusak kameraku" jawabnya sambil menunjukkan kamera yang hancur.

Hans segera menatap tajam kepada pelayan yang tak memiliki keberanian untuk mengangkat kepalanya.

"Bagaimana bisa ini terjadi?" tanya Hans.

"Ma-maaf pak, saya tidak sengaja menyenggolnya dan.... dan kameranya jatuh" jawab pelayan itu ketakutan.

Hans hanya mampu menghela nafas, sebuah kecelakaan memang tak dapat di hindarkan. Ingin sekali ia mencaci pelayannya itu tapi ia sendiri tahu hal itu tak akan memperbaiki masalah yang ada.

"Ini adalah kesalahan kami, secepatnya kami akan memberi hukuman kepadanya dan mengganti kamera anda yang rusak" ujar Hans.

"Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan pada pelayan itu, tapi kamera ini memang tidak bisa di perbaiki lagi. Kau sendiri tahu kamera ini sangat penting untuk wawancara mu nanti" balas wartawan itu.

"Saya mengerti, saya minta maaf atas kejadian ini. Saya akan berusaha semaksimal mungkin jadi silahkan anda istirahat dulu sambil menunggu kamera anda siap"

"Baiklah, kali ini aku memaafkan mu tapi ingat kau harus cepat mengganti kameraku"

"Baik, sekali lagi saya minta maaf" jawab Hans menundukkan kepala.

Setelah wartawan itu kembali ke kamarnya ia pun bergegas menyuruh bawahannya untuk mengurus hal ini, sementara pelayan yang membuat kesalahan itu di berhentikan untuk sementara waktu.

Bagi Hans masalah ini sudah cukup besar yang membuat hatinya kembali tak tenang, Shigima yang mendengar berita ini cepat-cepat datang ke kantor dan menemui putranya.

"Hans, kau sudah menyelesaikan masalah ini?" tanya Shigima.

"Sudah ayah, baru saja aku memberikan kamera baru untuk wartawan itu sekaligus meminta maaf lagi" jawab Hans dengan ekspresi khawatir yang tidak bisa ia tutup-tutupi.

"Bagus, dengan begitu semuanya sudah beres"

"Tidak ayah, entah mengapa aku merasa justru sesuatu hal yang buruk baru akan terjadi"

"Kau tidak boleh bicara seperti itu, berfikir positiflah agar kau tidak melakukan kesalahan"

"Aku tahu ayah, hanya saja... "

"Sudahlah, bagaimana jika kita minum kopi agar kau lebih santai" ajak Shigima.

Hans mengangguk meski badannya terasa lesu.

Kepada bartender yang ada di sana Shigima memesan kopi hitam kesukaannya sedang Hans memilih kopi luwak, mereka berbincang-bincang ringan agar Hans tak terlalu tegang.

Tapi sebuah kegaduhan menarik perhatian mereka bahkan membuat kekhawatiran Hans semakin terjadi.

"Tuan, gawat tuan, ada masalah!" ujar seorang pelayan yang berlari menghampiri mereka.

"Ada apa? bicara pelan-pelan" ujar Shigima.

"Tamu... tamu di kamar 304 terjun dari balkon, sekarang tubuhnya masih ada di area parkir"

"Apa?" teriak Hans kaget.

Sejenak mereka saling bertatapan untuk kemudian berlari ke parkiran, nampak di sana sudah ada banyak orang berkerumun. Diantaranya ada juga tamu wartawan yang mengambil gambar dan beberapa pelayan yang menunggu kedatangan mereka.

Hans cepat masuk ke dalam kerumunan itu dan melihat mayat seorang laki-laki yang bersimbah darah dengan posisi telungkup.

"Pelayan! cepat panggil ambulans dan yang lain ambil seprai untuk menutup tubuhnya" perintah Shigima.

"Baik!" jawab para pelayan yang ada di sana.

"Mohon semuanya mundur, tolong jangan terlalu dekat" teriak Shigima memerintah para penonton sedang Hans hanya bisa terpaku menatap mayat itu.

Jiwanya cukup terguncang hingga tak bisa melalui apa pun selain bengong, sampai Shigima menyadarkannya dan membawanya ke tempat lain.

Beberapa menit kemudian ambulans dan polisi datang untuk mengamankan TKP, setelah mayat itu di bawa ke rumah sakit petugas polisi segera melakukan olah TKP dan meminta keterangan dari saksi dan beberapa pelayan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Shigima menghampiri Hans yang masih duduk termenung.

"Ya ayah, aku sudah merasa lebih baik" jawabnya pelan.

Shigima memberikan sebotol air agar Hans lebih tenang lagi, setelah berbagai macam masalah kini di hadapkan oleh insiden yang begitu mengerikan tentu Shigima sadar jiwa Hans sudah terguncang hebat. Kekhawatiran nampak jelas di mata Shigima menatap putranya itu, ia takut Hans akan depresi karenanya.

"Aku.... memang putra ayah, tapi aku bukan Shigima Hermes" ujar Hans menatap kosong.

"Ayah begitu cepat tanggap, meski ada mayat di depan mata tapi ayah mampu berfikir jernih dan mengambil langkah tepat. Sedangkan aku.... hanya bisa diam seperti patung" lanjutnya.

"Siapa pun pasti akan terguncang karena hal itu, ayah tidak sehebat yang kau pikirkan. Jika satu mayat ayah memang masih sanggup, tapi jika ada ribuan mayat di depan mata ayah yakin lutut ayah pun akan gemetar. Andai ayah lebih kuat mungkin saat itu bibimu mau membawa ayah ikut serta dalam perang" ujar Shigima mengenang.

"Apa maksud ayah?" tanya Hans jelas kurang mengerti.

"Hans... kau tahu sejarah keluarga kita, kau pun tahu dirimu adalah penyihir, kau tahu perang besar pernah terjadi tapi satu hal yang belum kau tahu adalah bibimu orang di balik kemenangan perang itu"

"Bibiku?"

"Ya... Anna... dia adalah satu-satunya keturunan Hermes yang paling kuat bahkan mampu membunuh ratu vampire, dia yang paling hebat" jawab Shigima.

Hans terpaku, ia tahu segalanya tentang sejarah keluarga Hermes tapi sedikit pun tak pernah mendengar nama Anna. Itu cukup membingungkan sebab jika memang bibinya adalah pahlawan seharusnya patungnya ada di ruang prestasi di Akademi, tempat dimana para pahlawan ada.

"Ayah, kenapa tidak pernah ada yang menyinggung dia baik di rumah atau pun di Akademi?"

"Ada sebuah alasan untuk itu, yang perlu kau tahu hanya ayah tidak sehebat yang kau pikirkan. Sekarang tenangkan pikiranmu sebab sebentar lagi kita akan melakukan wawancara" jawab Shigima.

* * *

Dikediaman Joyi, Chad dan manager San sudah berkumpul dengan Joyi di ruangan keluarga. Mereka duduk dengan tenang siap menonton berita yang akan menampilkan secara langsung wawancara dengan pihak CEO Hermes grup.

Dari layar kaca televisi mereka bisa melihat Hans dan Direktur hotel duduk menghadapi wartawan. Acara itu resmi di gelar setelah Hans mengucapakan kata sambutan dan sesi tanya jawab pun di mulai.

"Pak Hans, beberapa waktu lalu terjadi insiden yang cukup mengerikan. Bisakah bapak beritahu sebenarnya apa yang terjadi? mengapa seorang pria bisa jatuh dari balkon?" tanya seorang wartawan.

"Sebelum menjawab saya selaku CEO mengucapkan mohon maaf atas ketidaknyamanannya, insiden ini terjadi di luar kehendak siapa pun. Untuk saat ini polisi masih melakukan penyelidikan jadi saya sendiri belum tahu pasti apa yang terjadi"

"Lalu bagaimana dengan para tamu yang pergi karena tidak nyaman atas insiden ini? apa yang anda lakukan terhadap mereka?"

"Para tamu berhak memilih untuk tetap tinggal atau tidak, saya tidak mungkin memaksa mereka jika tidak nyaman"

"Saya dengar pria itu jatuh karena tergelincir, bukankah hal itu merupakan kesalahan hotel?"

"Sekali lagi saya tegaskan polisi masih menyelidiki, itu artinya penyebab dari insiden ini belum diketahui" jawab Hans mulai tak nyaman.

"Bagaimana dengan kamera saya yang rusak akibat keteledoran pelayan di sini?" teriak seorang wartawan.

Semua kamera bergerak menunjukkan wajah si wartawan yang mengajukan pertanyaan tersebut, mengakibatkan ketegangan pada diri Hans.

"Um, saya minta maaf atas hal itu. Untuk menebus kesalahan saya sudah memberikan anda kamera yang baru" jawab Hans hati-hati.

"Itu memang benar, tapi apakah anda akan selamanya mengganti rugi atas kesalahan yang pelayan anda buat? beberapa waktu lalu bahkan terjadi keracunan makanan di hotel ini, bagaimana bisa tamu merasa nyaman jika sebuah insiden besar terus terjadi!" ujar wartawan itu.

"Bagaimana tanggapan anda akan hal ini?"

"Apakah penyebab dari keracunan makanan itu? bisa anda jelaskan?"

"Apakah anda bisa menjamin hotel ini masih aman untuk para tamu?"

Masih ada banyak pertanyaan yang di ajukan para wartawan, tapi Hans sedikit pun tak bisa menjawab. Matanya tak bisa fokus dengan keringat dingin yang mengucur di dahi, sedang di sisi lain Joyi nampak senang menonton acara itu.

Episodes
1 Ucapan Author
2 Bab 1 Kenangan Yang Bagai Mimpi
3 Bab 2 Kehadiran Anggota Baru
4 Bab 3 Pelajaran Pertama
5 Bab 4 Saatnya Merantau
6 Bab 5 Tuan Muda Chad
7 Bab 6 Wanita Kuat
8 Bab 7: Hidup Di Kota
9 Bab 8 Ambisi
10 Bab 9 Awal Kehancuran
11 Bab 10 Pertemuan Kembali
12 Bab 11 Perang Dingin
13 Bab 12 Kembali Ke Akademi
14 Bab 13 Perayaan Kemenangan
15 Bab 14 Teror
16 Bab 15 Sejarah Sanwa
17 Bab 16 Aeda
18 Bab 17 Bertarung Melawan Vampire
19 Bab 18 Pertemuan Yang Mengejutkan
20 Bab 19 Dua Jenis Vampire
21 Bab 20 Negosiasi
22 Bab 21 Hampa
23 Bab 22 Kepindahan Yang Mendadak
24 Bab 23 Permintaan Janet
25 Bab 24 Pertemuan Ke Dua
26 Bab 25 Pangeran Dingin
27 Ban 26 Bukti Cinta
28 Bab 27 Tekad Ima
29 Bab 28 Monster
30 Bab 29 Insiden Hilangnya Alisya
31 Bab 30 Kebenaran Yang Sesungguhnya
32 Bab 31 1001 Cara Meluluhkan Hati Chad
33 Bab 32 Pil Ajaib
34 Bab 33 Mimpi Buruk
35 Bab 34 Berkumpul Bersama
36 Bab 35 Manager San
37 Ban 36 Putus
38 Bab 37 Jaman Era Baru
39 Bab 38 Menyelamatkan Colt
40 Bab 39 Evolusi Vampire
41 Bab 40 Bebek
42 Bab 41 Sekutu
43 Bab 42 Perjalanan Menuju Sang Dewi
44 Bab 43 Penolakan Sang Dewi & Sosok Di balik Bayangan
45 Bab 44 Luka Di Hati Pangeran
46 Bab 45 Karena Aku mencintaimu!
47 Bab 46 Perjalanan Ke Sarang Goblin
48 Bab 47 Kebetulan Atau Takdir?
49 Bab 48 Perpisahan Dan Pertemuan
50 Bab 49 Surat Shishio
51 Bab 50 Benang Merah
52 Bab 51 Kencan Yang Gagal
53 Bab 52 Tekad Hans dan Drama Keluarga Colt
54 Bab 53 Undangan Makan Malam
55 Bab 54 Mewujudkan Impian
56 Bab 55 Agler Dan Chad
57 Bab 56 Agam
58 Bab 57 Singgasana Untuk Raja Baru
59 Bab 58 Tujuan Yang Tersembunyi
60 Bab 59 Tolong Benci Aku
61 Bab 60 Salju Pertama
62 Bab 61 Memenuhi Undangan
63 Bab 62 Jawaban Kyra
64 Bab 63 Perjanjian Lain Antar Pemimpin
65 Bab 64 Berakhirnya Pertapaan
66 Bab 65 Perasaan Takut Yang Lenyap
67 Bab 66 Kembali Pada Rencana Awal
68 Bab 67 Bertarung Dengan Leluhur
69 Bab 68 Pertunangan Yang Gagal
70 Bab 69 Berakhirnya Pertarungan
71 Bab 70 Cerita Di Balik Selimut
72 Bab 71 Pencarian
73 Bab 72 Puing Di Bawah Salju
74 Bab 73 Penyamaran
75 Bab 74 Ritual Kontrak
76 Bab 75 Naif
77 Bab 76 Pertukaran Berharga
78 Bab 77 Strategi Kyra
79 Bab 78 Status Yang Baru
80 Bab 79 Pangeran Ke Dua
81 Bab 80 Hilang
82 Bab 81 Kebetulan Yang Mengerikan
83 Bab 82 Tamu Raja
84 Bab 83 Bersatunya Keturunan Hermes
85 Bab 84 Sang Pahlawan
86 Bab 85 Kembalinya Sang Dewi
87 Bab 86 Makan Malam di Kediaman Menhad
88 Bab 87 Mencari Fakta
89 Bab 88 Kecelakaan Yang Merenggut Kebahagiaan
90 Bab 89 Pedang Bermata Dua
91 Bab 90 Pesta Piyama
92 Bab 91 Penjemputan Kyra
93 Bab 92 Perjodohan
94 Bab 93 Pendekatan Yang Sempurna
95 Bab 94 Kenangan Di Kereta
96 Bab 95 Peluru Yang Berbeda
97 Bab 96 Siapa Pelakunya?
98 Bab 97 Minggat
99 Bab 98 Cinta Artis Opera
100 Bab 99 Umpan
101 Bab 100 Lamaran di Perbukitan
102 Bab 101 Dejavu
103 Bab 102 Lamaran Resmi
104 Bab 103 Lupakan Aku
105 Bab 104 Demi Kesembuhan Jessa
106 Bab 105 Bukti
107 Bab 106 Ingatan Yang Kembali
108 Bab 107 Kenyataan
109 Bab 108 Pil Pengikat
110 Bab 109 Saatnya Melindungi Alisya
111 Bab 110 Pengantin Baru
112 Bab 111 Pengorbanan Hans
113 Bab 112 Warisan Balas Dendam
114 Bab 113 Misi Pembunuhan
115 Bab 114 Ramalan
116 Bab 115 Kecelakaan Yang Tragis
117 Bab 116 Perceraian
118 Bab 117 Pasangan Bahagia
119 Bab 118 Tekad Manager San
120 Bab 119 Alasan Ku Berubah
121 Bab 120 Kepindahan Agler Ke Kastil
122 Bab 121 Misteri di Balik Kepindahan Agler
123 Bab 122 Perjanjian Baru
124 Bab 123 Pernyataan Yang Buruk
125 Bab 124 Direktur Utama
126 Bab 125 Proyek Yang Sukses
127 Bab 126 Menantu Hermes
128 Bab 127 Pernikahan Penyihir dan Vampire
129 Bab 128 Kembalinya Sang Raja
130 Bab 129 Pencarian Sekutu
131 Bab 130 Teman Lama
132 Bab 131 Anak Kedua
133 Bab 132 Manuntaskan Tugas
134 Bab 133 Kemalangan Pangeran
135 Bab 134 Teka-Teki Insiden
136 Bab 135 Penculikan
137 Bab 136 Curahan Hati Yang Hilang
138 Bab 137 Identitas Tersembunyi
139 Bab 138 Catatan di Tangan Agler
140 Bab 139 Pelaku Sebenarnya
141 Bab 140 Peluru Yang Membawa Petaka
142 Bab 141 Gadis Lancangku
143 Bab 142 Sandera
144 Bab 143 Pelaku penembakan
145 Bab 144 Ikatan Kebencian
146 Bab 145 Saat Semuanya Terungkap
147 Bab 146 Ujian Seleksi
148 Bab 147 Ujian Terakhir
149 Bab 148 Perang Telah Pecah
150 Bab 149 Berakhir
151 Bab 150 Sisa Perang
152 Bab 151 Surat Wasiat
153 Bab 152 Kisah Di Balik Kebakaran
154 Bab 153 Menepati Janji
155 Bab 154 Kelahiran Putra Hermes
156 Bab 155 Pernikahan
157 Ucapan Selamat Author
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Ucapan Author
2
Bab 1 Kenangan Yang Bagai Mimpi
3
Bab 2 Kehadiran Anggota Baru
4
Bab 3 Pelajaran Pertama
5
Bab 4 Saatnya Merantau
6
Bab 5 Tuan Muda Chad
7
Bab 6 Wanita Kuat
8
Bab 7: Hidup Di Kota
9
Bab 8 Ambisi
10
Bab 9 Awal Kehancuran
11
Bab 10 Pertemuan Kembali
12
Bab 11 Perang Dingin
13
Bab 12 Kembali Ke Akademi
14
Bab 13 Perayaan Kemenangan
15
Bab 14 Teror
16
Bab 15 Sejarah Sanwa
17
Bab 16 Aeda
18
Bab 17 Bertarung Melawan Vampire
19
Bab 18 Pertemuan Yang Mengejutkan
20
Bab 19 Dua Jenis Vampire
21
Bab 20 Negosiasi
22
Bab 21 Hampa
23
Bab 22 Kepindahan Yang Mendadak
24
Bab 23 Permintaan Janet
25
Bab 24 Pertemuan Ke Dua
26
Bab 25 Pangeran Dingin
27
Ban 26 Bukti Cinta
28
Bab 27 Tekad Ima
29
Bab 28 Monster
30
Bab 29 Insiden Hilangnya Alisya
31
Bab 30 Kebenaran Yang Sesungguhnya
32
Bab 31 1001 Cara Meluluhkan Hati Chad
33
Bab 32 Pil Ajaib
34
Bab 33 Mimpi Buruk
35
Bab 34 Berkumpul Bersama
36
Bab 35 Manager San
37
Ban 36 Putus
38
Bab 37 Jaman Era Baru
39
Bab 38 Menyelamatkan Colt
40
Bab 39 Evolusi Vampire
41
Bab 40 Bebek
42
Bab 41 Sekutu
43
Bab 42 Perjalanan Menuju Sang Dewi
44
Bab 43 Penolakan Sang Dewi & Sosok Di balik Bayangan
45
Bab 44 Luka Di Hati Pangeran
46
Bab 45 Karena Aku mencintaimu!
47
Bab 46 Perjalanan Ke Sarang Goblin
48
Bab 47 Kebetulan Atau Takdir?
49
Bab 48 Perpisahan Dan Pertemuan
50
Bab 49 Surat Shishio
51
Bab 50 Benang Merah
52
Bab 51 Kencan Yang Gagal
53
Bab 52 Tekad Hans dan Drama Keluarga Colt
54
Bab 53 Undangan Makan Malam
55
Bab 54 Mewujudkan Impian
56
Bab 55 Agler Dan Chad
57
Bab 56 Agam
58
Bab 57 Singgasana Untuk Raja Baru
59
Bab 58 Tujuan Yang Tersembunyi
60
Bab 59 Tolong Benci Aku
61
Bab 60 Salju Pertama
62
Bab 61 Memenuhi Undangan
63
Bab 62 Jawaban Kyra
64
Bab 63 Perjanjian Lain Antar Pemimpin
65
Bab 64 Berakhirnya Pertapaan
66
Bab 65 Perasaan Takut Yang Lenyap
67
Bab 66 Kembali Pada Rencana Awal
68
Bab 67 Bertarung Dengan Leluhur
69
Bab 68 Pertunangan Yang Gagal
70
Bab 69 Berakhirnya Pertarungan
71
Bab 70 Cerita Di Balik Selimut
72
Bab 71 Pencarian
73
Bab 72 Puing Di Bawah Salju
74
Bab 73 Penyamaran
75
Bab 74 Ritual Kontrak
76
Bab 75 Naif
77
Bab 76 Pertukaran Berharga
78
Bab 77 Strategi Kyra
79
Bab 78 Status Yang Baru
80
Bab 79 Pangeran Ke Dua
81
Bab 80 Hilang
82
Bab 81 Kebetulan Yang Mengerikan
83
Bab 82 Tamu Raja
84
Bab 83 Bersatunya Keturunan Hermes
85
Bab 84 Sang Pahlawan
86
Bab 85 Kembalinya Sang Dewi
87
Bab 86 Makan Malam di Kediaman Menhad
88
Bab 87 Mencari Fakta
89
Bab 88 Kecelakaan Yang Merenggut Kebahagiaan
90
Bab 89 Pedang Bermata Dua
91
Bab 90 Pesta Piyama
92
Bab 91 Penjemputan Kyra
93
Bab 92 Perjodohan
94
Bab 93 Pendekatan Yang Sempurna
95
Bab 94 Kenangan Di Kereta
96
Bab 95 Peluru Yang Berbeda
97
Bab 96 Siapa Pelakunya?
98
Bab 97 Minggat
99
Bab 98 Cinta Artis Opera
100
Bab 99 Umpan
101
Bab 100 Lamaran di Perbukitan
102
Bab 101 Dejavu
103
Bab 102 Lamaran Resmi
104
Bab 103 Lupakan Aku
105
Bab 104 Demi Kesembuhan Jessa
106
Bab 105 Bukti
107
Bab 106 Ingatan Yang Kembali
108
Bab 107 Kenyataan
109
Bab 108 Pil Pengikat
110
Bab 109 Saatnya Melindungi Alisya
111
Bab 110 Pengantin Baru
112
Bab 111 Pengorbanan Hans
113
Bab 112 Warisan Balas Dendam
114
Bab 113 Misi Pembunuhan
115
Bab 114 Ramalan
116
Bab 115 Kecelakaan Yang Tragis
117
Bab 116 Perceraian
118
Bab 117 Pasangan Bahagia
119
Bab 118 Tekad Manager San
120
Bab 119 Alasan Ku Berubah
121
Bab 120 Kepindahan Agler Ke Kastil
122
Bab 121 Misteri di Balik Kepindahan Agler
123
Bab 122 Perjanjian Baru
124
Bab 123 Pernyataan Yang Buruk
125
Bab 124 Direktur Utama
126
Bab 125 Proyek Yang Sukses
127
Bab 126 Menantu Hermes
128
Bab 127 Pernikahan Penyihir dan Vampire
129
Bab 128 Kembalinya Sang Raja
130
Bab 129 Pencarian Sekutu
131
Bab 130 Teman Lama
132
Bab 131 Anak Kedua
133
Bab 132 Manuntaskan Tugas
134
Bab 133 Kemalangan Pangeran
135
Bab 134 Teka-Teki Insiden
136
Bab 135 Penculikan
137
Bab 136 Curahan Hati Yang Hilang
138
Bab 137 Identitas Tersembunyi
139
Bab 138 Catatan di Tangan Agler
140
Bab 139 Pelaku Sebenarnya
141
Bab 140 Peluru Yang Membawa Petaka
142
Bab 141 Gadis Lancangku
143
Bab 142 Sandera
144
Bab 143 Pelaku penembakan
145
Bab 144 Ikatan Kebencian
146
Bab 145 Saat Semuanya Terungkap
147
Bab 146 Ujian Seleksi
148
Bab 147 Ujian Terakhir
149
Bab 148 Perang Telah Pecah
150
Bab 149 Berakhir
151
Bab 150 Sisa Perang
152
Bab 151 Surat Wasiat
153
Bab 152 Kisah Di Balik Kebakaran
154
Bab 153 Menepati Janji
155
Bab 154 Kelahiran Putra Hermes
156
Bab 155 Pernikahan
157
Ucapan Selamat Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!