Sepuluh menit berlalu dan mereka masih terdiam, saling menatap sambil sesekali minum. Ada banyak pertanyaan yang ingin di ajukan oleh Jack, terlebih melihat perubahan Joyi yang drastis tentu ia sangat penasaran. Tapi ia tak memiliki keberanian untuk bicara, jika di pikir lagi sejak dulu ia memang tak punya keberanian itu kepada Joyi.
Meski statusnya adalah tuan tapi seumur hidupnya Joyi lah yang mengurus segalanya, bahkan dia juga yang memutuskan dengan siapa ia harus menikah setelah kepergian Jessa begitu pun masalah perusahaan. Joyi sering kali di minta pendapat saat ia kesulitan, pada akhirnya pendapat Joyilah yang ia pakai.
"Untuk yang pertama kalinya, setelah bertahun-tahun ku abdikan hidupku hanya untuk Hermes. Akhirnya kita bisa duduk bersama di satu meja yang sama" ujar Joyi memecah keheningan diantara mereka.
"Status diantara kita memang sangat berpengaruh hingga meski apa yang ku lakukan adalah kebenaran tapi kau tidak mau mendengarkan" lanjutnya.
"Apakah ini masih tentang Jessa?" terka Jack.
"Ini tentang kita Jack, andai api cinta di matamu itu tidak pernah ada maka semuanya tidak akan pernah terjadi" jawab Joyi dengan mata yang mengisyaratkan tuduhan.
"Apa maksud mu?"
"Sampai kapan kau akan pura-pura bodoh? rupanya api itu tidak hanya membakar matamu tapi juga otakmu, dengan mudahnya kau melupakan insiden perang besar akibat batu keabadian"
"Cukup! sampai kapan kau akan menyalahkan Jessa? aku mengusir mu karena kau telah berkhianat, ini tidak ada hubungannya dengan Jessa" ujar Jack tak terima.
Mata itu semakin tajam menatap sesosok pria yang sejak dulu menjadi jiwanya, tatapan dingin yang menembus hingga relung.
"Kau tidak pernah berubah, inilah alasan di balik semua tindakan ku. Ingat Jack! api itu sudah membakar matamu, lalu otakmu, perlahan dia juga akan membakar hatimu dan seluruh Hermes" ujar Joyi pelan.
"Terimakasih atas makan malamnya."
Joyi pun beranjak dan pergi meninggalkan Jack yang masih tak mampu bicara.
* * *
Tok Tok Tok
"Masuk."
Pintu terbuka dan nampak manager San masuk.
"Tuan, saya sudah mendapatkan apa yang tuan perintahkan" ujarnya.
"Oh baiklah, kita pergi sekarang" jawab Chad.
"Baik" balas manager San dengan sedikit menundukkan kepala.
Chad berjalan lebih dulu dengan diikuti manager San, mereka pergi dari kantor menggunakan mobil. Beberapa waktu kemudian mobil mereka berhenti di sebuah rumah di pinggir jalan, rumah itu nampak megah dengan taman yang asri meski ukurannya lebih kecil dari rumah yang Chad tempati dengan neneknya.
"Silahkan tuan" ucap manager San memberikan sebuah kunci.
Chad mengambil kunci itu dan pertama-tama ia membuka pintu gerbang, mereka masuk kembali ke dalam mobil dan masuk melewati taman. Manager San memarkirkan mobil tepat di depan pintu rumah agar Chad tak perlu berjalan jauh.
Dengan kunci yang di berikan manager San Chad pun membuka pintu rumah itu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah ruang tamu dengan gaya klasik modern.
Ia berjalan masuk dan mulai melihat-lihat, rumah itu memiliki empat kamar dengan kamar mandi di masing-masing kamar. Satu dapur, satu ruang kerja, satu ruang tamu dan area bersantai. Ada juga kolam renang dan kolam ikan yang memanjakan mata, dari ekspresi Chad nampak ia senang.
"Apakah tuan menyukainya?" tanya manager San.
"Ya, cepat urus surat-suratnya" jawab Chad.
"Baik tuan"
"Kalau begitu ayo kita kembali ke kantor" ujar Chad berjalan lebih dulu.
Hhhhhhhh
"Aku tidak pernah mengerti jalan pikiran orang kaya, padahal tuan Chad sudah memiliki rumah mewah tapi dia tetap membeli rumah lagi. Dengan jadwalnya yang sibuk bagaimana bisa dia tinggal di rumah ini?" gumam manager San tentu setelah tuannya pergi.
Chad kembali ke kantor dan mendapati neneknya sudah berada di sana, ia cukup kaget juga sebab di lihat dari pakaiannya terlihat neneknya seperti habis bepergian.
"Kau dari mana?" tanya Joyi.
"Oh, aku ada urusan kecil tadi"
"Begitu ya, kau sudah makan?"
"Sudah, bagaimana dengan nenek?"
"Kau tidak perlu khawatirkan nenek, Chad ada yang ingin nenek bicarakan denganmu"
"Baiklah" jawab Chad duduk.
"Proyek mu yang baru kini sudah hampir selesai, kau harus mulai mencari tahu lagi proyek di Hermes grup. Pokoknya langkah yang sudah kita ambil tidak boleh sampai salah langkah apalagi mudur, ini adalah satu-satunya cara membalas mereka"
"Aku tahu, nenek tidak perlu khawatir. Atas insiden keracunan makanan itu dan gagalnya proyek, mereka kini membutuhkan kekuatan media untuk memulihkan keadaan"
"Kau sudah mengatur segalanya?"
"Tentu saja, aku sudah mengurus orang-orang media yang akan mereka sewa" jawab Chad penuh percaya diri.
"Bagus, kau memang cucu nenek yang pintar" puji Joyi.
'Bersiaplah Jack, permainan baru saja di mulai' batin Joyi.
* * *
"Ini adalah acara yang paling penting, ayah harap kau berusaha lebih keras lagi" ujar Shigima.
Setelah istirahat dalam waktu yang cukup lama bagi Hans akhirnya ia mau kembali bekerja lagi, mereka mendapat ide untuk membuat wawancara. Dalam kesempatan ini Hans bertugas mempromosikan hotel mereka, dengan berbagai promo yang akan mereka berikan Shigima berharap semuanya akan berjalan lancar.
Mulai hari itu hampir semua staf lembur untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari spanduk dan rangkaian bunga. Para wartawan akan menginap selama sehari penuh agar bisa merasakan langsung pelayanan yang di berikan oleh pihak hotel, karena itu semua bekerja keras hingga tiba hari dimana para wartawan tiba.
Kedatangan mereka segera di sambut oleh Hans sendiri, dengan menyembunyikan ketegangannya ia tersenyum lebar dan mengarahkan para wartawan untuk masuk ke lobi.
Mereka di beri kamar biasa namun pelayanannya tetap bagus, ada banyak pelayan yang bersiaga dan membawakan barang-barang mereka ke dalam kamar.
Sejauh ini semua aman terkendali, Hans membiarkan para wartawan istirahat dulu sampai waktu makam siang. Belajar dari kesalahan dengan sendirinya Hans mengecek makanan yang akan di berikan kepada para wartawan itu.
Akhirnya Hans dapat bernafas lega saat ia istirahat di kantornya, harapannya kembali muncul melihat semuan rencananya berjalan dengan mulus. Tapi rupanya hal itu hanya berlaku sementara waktu saja, saat ia berkeliling untuk mengontrol pekerjaan anak buahnya ia menemukan sebuah masalah.
Salah satu wartawan terlihat sedang marah-marah kepada pelayan di depan pintu kamarnya, dengan cepat Hans berlari untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Maaf tuan, apa yang terjadi?"
"Ah pak Hans, lihat apa yang di lakukan oleh pelayanmu! aku menyuruhnya membersihkan kamarku tapi dia malah merusak kameraku" jawabnya sambil menunjukkan kamera yang hancur.
Hans segera menatap tajam kepada pelayan yang tak memiliki keberanian untuk mengangkat kepalanya.
"Bagaimana bisa ini terjadi?" tanya Hans.
"Ma-maaf pak, saya tidak sengaja menyenggolnya dan.... dan kameranya jatuh" jawab pelayan itu ketakutan.
Hans hanya mampu menghela nafas, sebuah kecelakaan memang tak dapat di hindarkan. Ingin sekali ia mencaci pelayannya itu tapi ia sendiri tahu hal itu tak akan memperbaiki masalah yang ada.
"Ini adalah kesalahan kami, secepatnya kami akan memberi hukuman kepadanya dan mengganti kamera anda yang rusak" ujar Hans.
"Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan pada pelayan itu, tapi kamera ini memang tidak bisa di perbaiki lagi. Kau sendiri tahu kamera ini sangat penting untuk wawancara mu nanti" balas wartawan itu.
"Saya mengerti, saya minta maaf atas kejadian ini. Saya akan berusaha semaksimal mungkin jadi silahkan anda istirahat dulu sambil menunggu kamera anda siap"
"Baiklah, kali ini aku memaafkan mu tapi ingat kau harus cepat mengganti kameraku"
"Baik, sekali lagi saya minta maaf" jawab Hans menundukkan kepala.
Setelah wartawan itu kembali ke kamarnya ia pun bergegas menyuruh bawahannya untuk mengurus hal ini, sementara pelayan yang membuat kesalahan itu di berhentikan untuk sementara waktu.
Bagi Hans masalah ini sudah cukup besar yang membuat hatinya kembali tak tenang, Shigima yang mendengar berita ini cepat-cepat datang ke kantor dan menemui putranya.
"Hans, kau sudah menyelesaikan masalah ini?" tanya Shigima.
"Sudah ayah, baru saja aku memberikan kamera baru untuk wartawan itu sekaligus meminta maaf lagi" jawab Hans dengan ekspresi khawatir yang tidak bisa ia tutup-tutupi.
"Bagus, dengan begitu semuanya sudah beres"
"Tidak ayah, entah mengapa aku merasa justru sesuatu hal yang buruk baru akan terjadi"
"Kau tidak boleh bicara seperti itu, berfikir positiflah agar kau tidak melakukan kesalahan"
"Aku tahu ayah, hanya saja... "
"Sudahlah, bagaimana jika kita minum kopi agar kau lebih santai" ajak Shigima.
Hans mengangguk meski badannya terasa lesu.
Kepada bartender yang ada di sana Shigima memesan kopi hitam kesukaannya sedang Hans memilih kopi luwak, mereka berbincang-bincang ringan agar Hans tak terlalu tegang.
Tapi sebuah kegaduhan menarik perhatian mereka bahkan membuat kekhawatiran Hans semakin terjadi.
"Tuan, gawat tuan, ada masalah!" ujar seorang pelayan yang berlari menghampiri mereka.
"Ada apa? bicara pelan-pelan" ujar Shigima.
"Tamu... tamu di kamar 304 terjun dari balkon, sekarang tubuhnya masih ada di area parkir"
"Apa?" teriak Hans kaget.
Sejenak mereka saling bertatapan untuk kemudian berlari ke parkiran, nampak di sana sudah ada banyak orang berkerumun. Diantaranya ada juga tamu wartawan yang mengambil gambar dan beberapa pelayan yang menunggu kedatangan mereka.
Hans cepat masuk ke dalam kerumunan itu dan melihat mayat seorang laki-laki yang bersimbah darah dengan posisi telungkup.
"Pelayan! cepat panggil ambulans dan yang lain ambil seprai untuk menutup tubuhnya" perintah Shigima.
"Baik!" jawab para pelayan yang ada di sana.
"Mohon semuanya mundur, tolong jangan terlalu dekat" teriak Shigima memerintah para penonton sedang Hans hanya bisa terpaku menatap mayat itu.
Jiwanya cukup terguncang hingga tak bisa melalui apa pun selain bengong, sampai Shigima menyadarkannya dan membawanya ke tempat lain.
Beberapa menit kemudian ambulans dan polisi datang untuk mengamankan TKP, setelah mayat itu di bawa ke rumah sakit petugas polisi segera melakukan olah TKP dan meminta keterangan dari saksi dan beberapa pelayan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Shigima menghampiri Hans yang masih duduk termenung.
"Ya ayah, aku sudah merasa lebih baik" jawabnya pelan.
Shigima memberikan sebotol air agar Hans lebih tenang lagi, setelah berbagai macam masalah kini di hadapkan oleh insiden yang begitu mengerikan tentu Shigima sadar jiwa Hans sudah terguncang hebat. Kekhawatiran nampak jelas di mata Shigima menatap putranya itu, ia takut Hans akan depresi karenanya.
"Aku.... memang putra ayah, tapi aku bukan Shigima Hermes" ujar Hans menatap kosong.
"Ayah begitu cepat tanggap, meski ada mayat di depan mata tapi ayah mampu berfikir jernih dan mengambil langkah tepat. Sedangkan aku.... hanya bisa diam seperti patung" lanjutnya.
"Siapa pun pasti akan terguncang karena hal itu, ayah tidak sehebat yang kau pikirkan. Jika satu mayat ayah memang masih sanggup, tapi jika ada ribuan mayat di depan mata ayah yakin lutut ayah pun akan gemetar. Andai ayah lebih kuat mungkin saat itu bibimu mau membawa ayah ikut serta dalam perang" ujar Shigima mengenang.
"Apa maksud ayah?" tanya Hans jelas kurang mengerti.
"Hans... kau tahu sejarah keluarga kita, kau pun tahu dirimu adalah penyihir, kau tahu perang besar pernah terjadi tapi satu hal yang belum kau tahu adalah bibimu orang di balik kemenangan perang itu"
"Bibiku?"
"Ya... Anna... dia adalah satu-satunya keturunan Hermes yang paling kuat bahkan mampu membunuh ratu vampire, dia yang paling hebat" jawab Shigima.
Hans terpaku, ia tahu segalanya tentang sejarah keluarga Hermes tapi sedikit pun tak pernah mendengar nama Anna. Itu cukup membingungkan sebab jika memang bibinya adalah pahlawan seharusnya patungnya ada di ruang prestasi di Akademi, tempat dimana para pahlawan ada.
"Ayah, kenapa tidak pernah ada yang menyinggung dia baik di rumah atau pun di Akademi?"
"Ada sebuah alasan untuk itu, yang perlu kau tahu hanya ayah tidak sehebat yang kau pikirkan. Sekarang tenangkan pikiranmu sebab sebentar lagi kita akan melakukan wawancara" jawab Shigima.
* * *
Dikediaman Joyi, Chad dan manager San sudah berkumpul dengan Joyi di ruangan keluarga. Mereka duduk dengan tenang siap menonton berita yang akan menampilkan secara langsung wawancara dengan pihak CEO Hermes grup.
Dari layar kaca televisi mereka bisa melihat Hans dan Direktur hotel duduk menghadapi wartawan. Acara itu resmi di gelar setelah Hans mengucapakan kata sambutan dan sesi tanya jawab pun di mulai.
"Pak Hans, beberapa waktu lalu terjadi insiden yang cukup mengerikan. Bisakah bapak beritahu sebenarnya apa yang terjadi? mengapa seorang pria bisa jatuh dari balkon?" tanya seorang wartawan.
"Sebelum menjawab saya selaku CEO mengucapkan mohon maaf atas ketidaknyamanannya, insiden ini terjadi di luar kehendak siapa pun. Untuk saat ini polisi masih melakukan penyelidikan jadi saya sendiri belum tahu pasti apa yang terjadi"
"Lalu bagaimana dengan para tamu yang pergi karena tidak nyaman atas insiden ini? apa yang anda lakukan terhadap mereka?"
"Para tamu berhak memilih untuk tetap tinggal atau tidak, saya tidak mungkin memaksa mereka jika tidak nyaman"
"Saya dengar pria itu jatuh karena tergelincir, bukankah hal itu merupakan kesalahan hotel?"
"Sekali lagi saya tegaskan polisi masih menyelidiki, itu artinya penyebab dari insiden ini belum diketahui" jawab Hans mulai tak nyaman.
"Bagaimana dengan kamera saya yang rusak akibat keteledoran pelayan di sini?" teriak seorang wartawan.
Semua kamera bergerak menunjukkan wajah si wartawan yang mengajukan pertanyaan tersebut, mengakibatkan ketegangan pada diri Hans.
"Um, saya minta maaf atas hal itu. Untuk menebus kesalahan saya sudah memberikan anda kamera yang baru" jawab Hans hati-hati.
"Itu memang benar, tapi apakah anda akan selamanya mengganti rugi atas kesalahan yang pelayan anda buat? beberapa waktu lalu bahkan terjadi keracunan makanan di hotel ini, bagaimana bisa tamu merasa nyaman jika sebuah insiden besar terus terjadi!" ujar wartawan itu.
"Bagaimana tanggapan anda akan hal ini?"
"Apakah penyebab dari keracunan makanan itu? bisa anda jelaskan?"
"Apakah anda bisa menjamin hotel ini masih aman untuk para tamu?"
Masih ada banyak pertanyaan yang di ajukan para wartawan, tapi Hans sedikit pun tak bisa menjawab. Matanya tak bisa fokus dengan keringat dingin yang mengucur di dahi, sedang di sisi lain Joyi nampak senang menonton acara itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments