Halaman depan belakang rumah Bu Tiwi rupanya semuanya gersang tanpa ada tanaman satupun, hanya ada banyak rumput liar tumbuh gak beraturan disetiap halaman.
Gia bergumam " Rumah Bu Tiwi gersang banget ya"
"Iya" sahutku
Tiba-tiba pintu kamar ada yang buka, rupanya Bu Tiwi yang masuk. Dia sudah mengganti pakaiannya tapi bukan pakaian untuk berangkat kerja.
"Halo anak-anak ku!" sapanya dengan manis
Kami menolehnya tanpa menjawab hanya menebar senyuman manis yang sebenarnya pura-pura
Bu Tiwi gak masuk ke dalam kamar tapi dia berdiri di mulut pintu untuk mengajak kami keluar
"Sebelum kalian menjalankan tugas bersih-bersih ada baiknya kalian sarapan dulu yuk" ajaknya dengan manis sekali
Gia yang menjawab " Iya Bu tapi aku dan Rara boleh mandi dulu gak ya ?"
"Owh boleh aja tapi kan nanti kalian bakalan bersih-bersih jadinya nanti kotor lagi loh. Lebih baik makan dulu lalu bersihin rumah sebentar habis itu mandi trus kalian kan bisa santai-santai" ucapnya "Gimana ?" tanyanya lagi
Aku dan Gia mengangguk setuju
"Ya udah ayok kita makan pagi dulu, saya sudah masak dari shubuh" ajaknya sambil melangkah pergi dari pintu kamar
Meski Bu Tiwi udah pergi tapi aku dan Gia masih berdiri dihadapan jendela.
Aku dan Gia tiba-tiba ragu untuk makan berasamanya
"Ayok Gi " ajaku tapi dengan sikap yang juga ragu-ragu
Gia mendorongku seolah aku yang harus maju duluan
"Lu duluan, gua ikutin dari belakang"
Aku berjalan jadi takut-takut bahkan langkah aja sulit melangkah.
Langkah bagai robot
Gia masih mendorongku "Ayok Ra, kenapa lu jadi takut sih ?. Bukannya dia itu dimata lu adalah orang baik ?" icapnya dari balik badanku
Aku menarik napas dalam-dalam lalu bergerak santai menuju ruang makan. Sementara Gia mengikutiku dari belakang
Kami menjumpai Bu Tiwi di meja makan yang cukup terbilang luas, kayak meja makan satu keluarga besar walau hidangannya cuma nasi goreng tiga piring, untuk aku, untuk Gia dan untuk Bu Tiwi. Tapi rupanya Ibu Tiwi sudah makan duluan
Kami belum duduk tapi baru menghadap Bu Tiwi yang sudah memakan nasi goreng yang sudah hampir setengah.
Bu Tiwi sadar dengan kehadiran kami tanpa menoleh ia lalu menyuruh kami untuk duduk berhadapan dengannya
"Hai, silakan duduk. Pasti kalian sudah lapar kan ?" ucapnya tanpa menoleh kami
Tapi aku dan Gia belum juga duduk kami seperti berunding dengan saling tatap untuk duduk atau enggak.
Tapi Bu Tiwi seolah memahami kami dengan nada yang tenang dia mempersilakan kami lagi.
Dengan tanpa menoleh kami
"Gak usah malu-malu silakan duduk dan makan. Nanti kalian sakit loh, entar malah gak bisa ikut lebaran" ucapnya lagi
Akhirnya aku memberanikan diri untuk duduk lebih dulu lalu disusul oleh Gia.
Tapi baru aja duduk dan belum juga makan, Gia malah mual-mual di hadapan Bu Tiwi bahkan mau muntah.
Bu Tiwi Masih gak menoleh kami tapi sikapnya cukup terlihat merasa terganggu dengan sikap Gia yang pasti terlihat gak sopan.
Uweekkk...uuuweekk!
Gia berusaha menutup mulut walau gak muntah tapi dia terlihat tersiksa dengan rasa mualnya
Aku jadi gak enak hati lalu meminta maaf pada bu Tiwi, lalu menenangkan Gia
"Maaf ya bu, kayaknya asam lambung Gia naik" ucapku meminta maaf
Ibu Tiwi tersenyum miring tapi matanya tajam menatap Gia
Aku berniat mengajak Gia ke kemar mandi "Gi, aku bantu ke kamar mandi yuk" ajakku padanya
Tapi Gia belum mau bangkit dari tempat duduknya. Gia masih merasa tersiksa
Gia masih mual
Uwwekk...uuwweekk!
Akhirnya bu Tiwi berhenti makan tanpa berkomentar lalu dia pergi entah ke mana. Tanpa sepatah kata apapun.
Aku rasa dia marah
Tapi aku berharap kerjadian ini gak membuatkanya marah yang berlebihan pada kami.
Sebenarnya aku jadi gak enak hati padanya tapi disisi lain aku kasihan pada Gia.
Kini wajah Gia sudah berubah merah dan matanya berair sampai basah dipipinya, tangannya gemetar, dingin dan pucat .
Gia masih mual-mual
Akhirnya aku berinisiatif menariknya ke kamar tidur saja, aku rasa Gia memang butuh istirahat yang cukup mungkin karena semalam Gia gak tidur nyenyak
"Kita ke kamar aja yuk " ajakku
Tanpa pikir lagu Gia mau kembali ke kamar dengan aku tuntun pelan-pelan
Sesampainya di kamar, aku suruh Gia rebahan aja di kasur.
Untungnya Gia sudah mau tidur di kasur
"Tunggu sini ya Gi, aku ambil makanannya ke sini" ucapku sambil bergegas pergi tapi langsung dihalau oleh Gia
"Gak usah Ra , justru karena gua mual bukan karena asam lambung tapi karena liat makanan itu"
Aku bingung
"Liat makanan mual ?"
"Iya, kayaknya di makanan itu ada sesuatu deh" tebaknya
Aku menghalau rasa curiga Gia "Gak mungkin Gi, buktinya aku aja gak mual liat nasi gorengnya. Biasa-biasa aja. Aku yakin kamu mual karena asam lambung" ucapku
Gia menghela napasnya seakan mencoba untuk menyadarkan aku
"Tapi gua ngerasain itu, buktinya di kamar ini gua malah gak ngerasa mual sama sekali dan ngerasa normal"
Mendengar penjelasannya akhirnya aku punya ide
"Oke, aku bawain nasi gorengnya ke sini ya kalau nanti kamu langsung mual ngeliatnya. Aku percaya" usulku
Gia menatapku, matanya merah dan masih berair tapi kali ini dia berkeringat
Gia mengangguk. Gia setuju "Oke, ambil sana"
Langsung aja aku bergegas ke ruang makan untuk mengambil nasi goreng yang belum sempat kami makan
Setelah sampai rupanya meja makan sudah kosong, gak ada satupun piring diatasnya.
Aku melihat Bu Tiwi sedang mencuci piring tanpa bergeming tapi aku yakin dia tau keberadaanku meski dia membelakangiku
Aku yang melihatnya jadi makin gak enak hati, pertama, Ibu Tiwi mencuci piring yang seharusnya tugas aku atau Gia dan yang kedua, nasi gorengnya gak kami makan secuil pun
Akhirnya aku meminta maaf padanya saat itu juga walau berhadapan dengan punggungnya
"Maaf ya Bu, hari ini kami mengecewakan" ucapku dengan pelan
Tapi Bu Tiwi masih membelakangi ku dan masih terus mencuci piring diair keran yang dia buka
Karena aku takut dengan cara itu malah dianggap gak sopan akhirnya aku mencoba lebih mendekat dengan posisi dia berdiri dan masih meminta maaf padanya
"Maaf ya Bu kami salah" ucapku masih dengan nada pelan
Tapi Bu Tiwi masih gak bergeming satu patah kata pun
Kali ini aku coba semakin mendekatinya berdiri disampingnya untuk bisa berhadapan wajah dengannya.
Aku menoleh wajahnya pelan-pelan
Tapi tiba-tiba Bu Tiwi datang menghampiriku dari arah lain dan justru bertanya padaku
"Kamu ngapain Ra ?" tanyanya
Sontak aku kaget melihat kehadirannya
Aku menoleh bingung kedatangan Ibu Tiwi lalu menoleh Ibu Tiwi yang rupanya sudah menghilang padahal sejak tadi dia berdiri di hadapan wastafel dan aku melihat wujudnya dengan nyata. Dan anehnya juga wastafel pun bersih gak ada piring dan kerannya juga dalam keadaan mati
Ini aneh
Aku masih kebingungan tapi mulutku terkunci untuk menceritakannya pada Bu Tiwi.
Bu Tiwi mendekatiku dengan tersenyum dan ramah "Tadi nasi gorengnya sudah saya buang dan piringnya juga sudah saya cuci" ucapnya
Tapi bukan nasi goreng yang aku pertanyakan, terus terang aja aku masih gugup dan gemetar, kaki ku lemas sekali rasanya, mengalami kejadian seperti ini
Bu Tiwi seolah tau apa yang aku rasakan lalu menanyakan keadaanku
"Are you oke, Rara ?" tanyanya
Aku mengangguk tapi masih gugup menahan rasa takut
Bu Tiwi menatapku dalam-dalam entah apa yang ada diisi kepalanya
Lantas menyuruhku untuk memasak sendiri karena tadi kami gak sempat makan nasi goreng yang dia siapkan
Mungkin dia berpikir kalau aku kelaparan
"Kalau kamu kelaparan, kamu bisa masak sendiri. Di kulkas ada banyak bahan makanan yang bisa kamu olah" ucapnya
Aku hanya mengangguk
"Oh iya bagaimana keadaan Gia, apa dia sudah pulih ?" tanyanya
Aku diam gak menjawab hanya menatap wajahnya saja
Bu Tiwi bicara lagi "Kalau dia masih mual, nanti saya kasih ramuan khsusus untuk asam lambung" ucapnya
Aku bingung mau menolaknya atau berterimakasih
Tapi aku gak menjawabnya
Tapi Bu Tiwi seolah tau kalau aku akan menolak "Oke deh, kalau gitu setelah kalian makan. Kalian bisa bantu saya cucikan sprei ya, semua sudah saya siapkan dibelakang. Kebetulan gak pakai mesin cuci jadi kalian bantu cuci sikat ya" ucapnya
Aku mengangguk tapi masih tanpa menjawab
Akhirnya Bu Tiwi pamit pergi " saya mau ke kota dulu mau beli cemilan untuk kalian, karena rumah ini satu jam dari kota jadi saya harus beli banyak untuk stock jadi mungkin saya datang agak lama ya kira-kira sore lah" pesannya padaku
Aku mengangguk saja tapi tetap tanpa suara
Tapi Bu Tiwi paham kalau aku mengerti lalu pergi meninggalkan aku
Setelah yakin Bu Tiwi sudah jauh dari ruangan makan , langsung aja aku cepat-cepat kembali ke kamar menemui Gia untuk menceritakan kejadian pagi ini
Tapi rupanya Gia sudah segar kembali, dia sudah duduk dengan baik wajahnya pun sudah terlihat sehat kembali.
Gia sedang membuka hapenya tapi dia kesal karena sinyal gak ada satupun yang masuk. Gia tau aku datang dan langsung mencurahkan kekesalannya
"Di sini gak ada sinyal satupun!" kesalnya
Aku langsung duduk disampingnya tapi bukan sinyal yang mau aku bahas melainkan peristiwa yang aku alami di ruang makan baru saja
Aku mengadu pada Gia dengan berbisik takut nanti ada yang dengar dari luar kamar
"Gi, Gi. Bener kata kamu di sini ada yang gak beres!" bisikku
Gia menolehku akhirnya dia lebih tertarik dengan ceritaku daripada kesusahan sinyal di hapenya
Dia juga ikut bicara dengan berbisik
"Emangnya kenapa tadi ? .Dan kenapa tadi lu lama banget ?" tanyanya
Aku menarik napasku seolah mempersiapkan diri untuk menceritakannya
"Tadi aku ke ruang makan mau ambil nasi gorengnya, tau-tau mejanya udah kosong. Aku bingung dong kemana perginya, rupanya nasi gorengnya udah dibuang dan piringnya lagi dicuci Bu Tiwi" ucapku
Gia mengecap "Kirain apa"
Aku meneruskan ceitaku lagi " Enggak, enggak sampai situ ceritanya. Masih ada lagi"
"Oke terus ?"
"Aku pikir yang cuci piring itu Bu Tiwi tapi tiba-tiba Bu Tiwi datang dari luar ruang makan. Tiba-tiba dia muncul dan yang cuci piring itu hilang. Bu Tiwi nanyain aku kenapa, ya aku bingung jawabnya apa"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments