19. BELUM ADA SEHARI

Gia setuju dengan mengangguk tapi pandangan Gia terus menerus tak lepas memandangi setiap sudut ruangan dengan pandangan liar

Pintu kamar sudah dibukakan Ibu Tiwi

"Silakan masuk nona nona manis" ucapnya mepersilakan kami masuk

Tapi Bu Tiwi tetap berdiri dimulut pintu

Aku dan Gia masuk tanpa berkomentar sambil melihat ruangan kamar yang sebenarnya gak begitu bersih masih kelihatan ada debu yang menempel dilantai, di dalam hanya ada kasur dengan selimut berwarna putih sudah bercampur debu dan satu lemari ukuran besar

Ketika pertama kali menginjak lantai kamar aku merasakan ada aura mistis di ruangan yang cukup besar ini tapi mungkin itu hanya perasaanku aja

Aku dan Gia melangkah masuk pelan-pelan lalu menaruh koper di samping kasur

Aku duduk diatas kasur sementara Gia melengos ke arah jendela tanpa membukanya

Bulu kudukku langsung merinding saat duduk diatas kasur

Tapi aku gak mau memperlihatkan rasa takutku

Bu Tiwi tersenyum pada kami mungkin dia paham kalau kami agak sedikit kaku dengan suasana kamarnya

"Gimana, Kalian suka dengan kamar ini ?" tanyanya

Aku mengangguk " Iya suka" jawabku

Tapi Gia gak menjawab dan gak mengubris pertanyaan Bu Tiwi, justru dia asik melihat keluar kamar lewat jendela yang sudah berdebu

Rupanya Bu Tiwi memahami apa yang kami pikirkan kalau kamar ini cukup kotor dan harus dibersihkan

"Maaf ya kamarnya memang kotor karena kan di sini gak ada yang bersihin jadi terpaksa kalian yang harus bersihkan" ucapnya padaku lalu sebentar menoleh Gia yang masih dihadapan jendela

"iya Bu gak apa-apa nanti saya dan Gia bersihkan" ucapku

"Oh iya, tugas kalian di sini sebenernya gak banyak, cuma sapu dan pel lantai rumah aja atau ada yang kotor ya kalian bersihan atau ada yang rusak kalian buang aja. Dan yang paling kalian harus utamakan adalah lantai satu aja yang kalian bersihkan. Lantai dua gak usah karena diatas juga gak ada apa-apa, karena saya juga jarang ke rumah ini jadi pastinya jarang ke atas jadi gak penting juga kalian bersihkan" ucapnya menjelaskan pada kami

"Tapi kalau ke atas untuk sekedar melihat apa boleh Bu ?" tanyaku

Bu Tiwi berfikir sebentar lalu kemudian cepat menjawabnya

"Mmmm...boleh aja tapi kalau ada saya ya karena didepan tangganya kan ada pagar jeruji dan saya selalu kunci jadi percuma juga kalian gak bisa masuk" ucapnya

Sepanjang Bu Tiwi menjelaskan beberapa hal tapi Gia tetap terpaku memandang ke luar, aku gak tau apa yang ada dipikirannya saat ini

"Ya sudah kalau begitu kalian bisa lanjut tidur, saya tinggal dulu ya. Sampai besok pagi" ucap Bu Tiwi lalu pergi

Sementara Gia masih aja diam mematung

Pelan-pelan aku hampiri dia

"Gi, ngeliatin apa sih ?" tanyaku padanya sampai-sampai aku ikut melihat keluar padahal diluar gelap gulita aku gak tau apa yang dia pandangi sejak tadi

Tapi Gia tetap diam setelah beberapa saat setelah bu Tiwi keluar dari kamar barulah Gia mau bicara

Gia berbisik berbicara sangat pelan padaku sampai-sampai aku memberikan kupingku padanya

"Ra, kita harus pergi dari sini" bisiknya

Raut wajahnya serius penuh keyakinan

Aku gak paham maksud Gia karena baru aja sampai tapi Gia malah minta pergi dari sini.

Aku jadi bingung dengan kelabilannya

"Kenapa memangnya Gi ?" tanyaku

Tapi Gia tetap berusaha meyakinkan aku kalau ada yang gak beres dengan Bu Tiwi

Gia yakin pasti ada sesuatu makanya aku dan Gia dibawa kerja di rumahnya dengan iming-iming lima juta per bulan

"Ra, dengerin gua .Tadi pas gua liat keluar jendela, gua ngeliat sosok putih loncat-loncat dibelakang kamar ini dan gua gak tau itu apa tapi gua yakin banget itu bukan makhluk hidup" ucapnya masih dengan berbisik sambil menoleh ke pintu takut Bu Tiwi masuk

Aku syok mendengarnya tapi setengah yakin dan gak percaya kalau Bu Tiwi yang berulah

"Kamu yakin Gi liat sosoknya ?" tanyaku lagi

"Iya Gua liat dia loncat bolak balik makanya dari tadi gua diem aja pura-pura gak denger kalian ngobrol, karena gua yakin ini pasti ada apa-apanya Ra"

Aku menepis keyakinan Gia karena aku tau betul sosok kebaikan Bu Tiwi

"Gak mungkin Gi, gak mungkin Bu Tiwi yang pelihara setan begitu" ucapku

Gia malah tersinggung "Jadi maksud lu yang bawa setan ke sini itu gua ? lu gak sadar kalau lu juga diteror setan pesugihan ?" ucapnya

Mendengarnya aku jadi sanksi padanya " Bukan itu maksud aku Gi"

"Terus apa ? Gua ini sering ke Dukun jadi tau sedikit banyaknya hal-hal mistis. Tadi lu ngecium gak pas kita masuk ada bau dupa campur kemenyan. Sewangi itu sampai mual rasanya"

Oh, rupanya Gia juga menciumnya aku pikir cuma aku aja

Aku mengangguk tanpa menjawabnya

"Sekarang lu masih gak curiga sama Bu Tiwi yang lu anggap baik itu ?" tanyanya lagi

"Sekarang apa lu gak mikir kalau dia ada main dukun, emangnya lu gak bertanya-tanya kalau wangi menyengat itu berasal darimana ?" tambahnya lagi

Aku diam

Tapi Gia tetap bicara " Lu inget gak dia bilang kita gak boleh ke atas, bolehnya kalau ada dia karena alasannya dia selalu kunci pager depan tangga. Sekarang apa lu gak mikir sampai ke situ, apa ?"

"Mikir apa ?" tanyaku jadi bingung dengan semua perkataan Gia

Sumpah, kenapa momen ini jadi berbelit-belit

Gia menghela napasnya " Lu masih gak mikir kenapa ?. Sekarang untuk apa dia bikin pager depan tangga dan udah gitu dikunci pula. Di sini kan gak ada anak kecil dan kenapa juga diatas gak boleh dibersihin. Lu gak mikir sampai situ Ra ? Otak lu udah keracunan orang baik yang semu"

Aku mengecap sepele pada Gia "Gak lah Gia, aku tau banget Bu Tiwi orang baik. Dia gak mungkin macem-macem sama kita"

"Haduh, lu tuh selain polos juga rada dungu ya. lu gak bisa ngebedain mana kebaikan yang tulus dan enggak. Setiap yang bertingkah baik pasti lu anggap orang itu malaikat padahal lu gak pernah tau hati orang itu misterius, dan sekarang ini gua udah ngerasa kalau kita dijebak"

"Stop Gi" ucapku, menyetop omongan Gia yang menurutku semakin gak masuk akal bagiku

Tapi Gia tetap menambahkan "Gua yakin dia bukan orang baik" ucapnya

Semakin dia bicara begitu semakin aku bingung mau percaya siapa, Gia atau hati kecil aku sementara aku yakin betul Bu Tiwi orang baik

Aku cuma bisa diam dan gak bergeming sedikitpun

Tapi Gia tetap keukeh menyadarkanku sampai-sampai matanya mau menangis

"Ra, ayok sadar Ra, sadar. Apa jangan-jangan sekarang lu lagi dalam pengaruh hasutan apa atau gimana ?" ucap Gia lagi

Tapi tetep aja aku gak bisa terima omongan Gia

"Gi, lebih baik kamu tidur aja dulu karena kamu kan baru sembuh" ucapku mencoba membujuknya

Aku yakin Gia cuma halusinasi aja karena kelelahan jadi pikirannya buruk kemana-mana

Tapi Gia gak mau

Dia menolak mentah-mentah

"Gua gak mau tidur disitu, gua yakin pasti nanti gua bakal rep repan"

Aku menoleh kasur yang Gia maksud.

"Terus kamu mau tidur di mana ?" tanyaku

"Gua gak mau tidur, gua mau pulang" ucapnya

"kalau kita pulang sekarang juga gak bisa Gi, kalau pun kita minta pulang besok malah jadi gak enak sama Bu Tiwi" ucapku

Gia jadi prustasi mendengar aku bilang begitu. Dia duduk melantai dibawah jendela, aku jadi ikut disampingnya

"Gi, kita pulang dari sini pas Idul Fitri aja ya" bujukku berharap Gia setuju

Tapi gia gak menjawabnya, pandangannya kebawah dan memeluk lututnya

Aku coba bujuk Gia lagi

"Gi, kita sebulan aja, siapa tau sebulan kedepan kita jadi tau kalau di sini aman gak ada apa-apa" tambahku

Tapi Gia malah tetap gak bersuara dia malah bengong, yang tadinya menatap kelantai sekarang menatap tembok kamar lurus kedepan tanpa berkedip.

Melihat dia begitu lantas aja aku jadi paranoid

Tapi aku coba beranikan diri sentuh pundaknya dengan jari telunjukku sambil memanggil namanya

"Gia...Gi" panggilku pelan

Sontak Gia menepis tanganku

Aku syok

Tapi rupanya Gia gak kenapa-kenapa

"Apaan sih Ra, gua lagi dalam keadaan sadar. gua gak lagi kesurupan" ucapnya

Oh, syukurlah

Mau ketawa tapi saat ini bukan situasi main-main

Aku coba ajak Gia lagi tuk tidur di kasur

"Kita tidur di kasur yuk Gi"

Gia tetap menolak "Ogah, lu aja"

Aku diam lalu Gia juga diam, hanya ada suara bising dipagi buta seakan menusuk telinga.

Suasana kamar semakin sunyi

dan semakin sunyi

Tiba-tiba kaca jendela gemetar keras

Sontak aku dan Gia panik saling menoleh tapi gak berani menoleh kearah jendela.

Kaca jendela masih gemetar kencang seperti ada yang dobrak-dobrak dari luar

Suasana yang tadinya hening jadi mencekam sekali. Bulu kuduk merinding dan sekelujur tubuh menjadi dingin serasa jantung berhenti berdetag

Aku dan Gia gak sempat berkomentar hanya berusaha menahan rasa takut dengan saling berpelukan karena saking ketakutan.

Gak nyangka suara getaran jendela cukup lama terjadi dan berhenti disaat terang.

Kira-kira pukul enam pagi kami masih saling memeluk dibawah jendela. Kami gak tidur tapi kami ketakutan dan terjaga,

Karena cahaya matahari sudah mulai menembus jendela maka aku dan Gia memberanikan diri untuk melepaskan pelukan

Bahkan aku dan Gia berani menoleh ke jendela.

Gia juga berani membuka jendela tanpa ada rasa trauma sedikitpun.

Aku dan Gia melihat keluar yang sebenarnya memang gak ada apa-apa dan gak ada yang aneh disana

Pemandangan diluar jika dalam cahaya terang begini hanya terlihat tembok besar yang menjadi benteng rumah ini kalau malam cuma kelihatan gelap gulita tanpa satupun penerangan. Tapi aku jadi penasaran ada apa sebenarnya dibalik tembok tinggi itu, apakah ada tetangga yang rumahnya sama seperti ini atau dibalik tembok itu adalah perkampungan.

Terpopuler

Comments

Rania Puspa

Rania Puspa

si Rara tu saking ssh hidupny mky skliny ada org baik dy anggep malaikat wlpun puny niat terselubung hadeeeuh pgn gw jedotin aj kplny biar sadar...

2022-03-01

0

Kustri

Kustri

Maklum Rara wong ndeso, msh polos bgt,, beda ama Gia lbh byk pengalaman'a

2022-02-28

1

Naa

Naa

govlok nya gak k tulungan

2021-12-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!