'"Nggg" Gia mengerutkan dahinya seakan berusaha semakin dalam mengingat dimana daerah yang aku maksud
Akhirnya dia tau.
"Ooh..oke oke..gua tau..gua tau...oke nanti gua anterin lu ke situ"
"Kamu tau ?" tanyaku
Hebat ya dia bisa tau.
Gia meyakinkan lagi "Iya, besok lu tunggu gua di sini aja dulu, nanti kalau gua udh pulang baru kita ke kostan lu"
"Iya" aku mengangguk paham
Pagi ini aku bangun jam tujuh, tumben-tumbennya aku kesiangan. Entah kenapa kasur springbad Gia membuat aku lupa waktu
Aku masih rebahan dan masih berselimut
Tapi rupanya Gia udah bangun lebih dulu malahan Gia udah siap mau berangkat kerja.
Ia masuk ke kamar sebentar lalu menyemprotkan parfum ke bajunya
Aku jadi gak enak padanya lalu bangkit duduk mengumpulkan nyawa
"Gua berangkat dulu ya" pamitnya padaku
"Iya, hati-hati ya. Maaf ya kalau aku bangunnya kesiangan" ucapku, karena bagaimana pun juga aku gak enak hati, sambil senyum-senyum malu menggaruk kepala
"Ah santai, kalau lu mau makan ambil sendiri atau masak sendiri aja. Bahannya ada di kulkas. Oh iya, kunci duplikat rumah ada dilaci lu pegang aja satu" ucapnya lalu pergi
Suara pintu depan sudah terdengar ia tutup dari luar disitu aku yakin kalau dia memang sudah berangkat kerja.
Aku merebahkan tubuhku sekali lagi tapi beberapa menit rebahan akhirnya aku kepikiran untuk mengunci pintu depan dulu.
Aku melangkah menghampiri pintu tapi baru aja aku mau pegang gagang pintunya, tiba-tiba gagang pintunya bergerak sendiri dengan cepat seolah ada yang menggerakkan dari balik
krek..krek..krek.krek!
"Sebentar Gia" ujarku dari dalam
Sepertinya Gia kembali lagi mungkin karena ada yang ketinggalan dan penting, tapi giliran aku tunggu beberapa menit Gia gak masuk juga sampai akhirnya aku buka pintu lalu melihat sendiri dibalik pintu gak ada siapa-siapa
Aku tengok kanan kiri lorong semuanya sepi
Dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali masuk.
Karena sudah jam segini juga akhirnya aku putuskan untuk membersihkan seluruh ruangan, ya hitung-hitung ada balas budiku pada Gia.
Aku mulai merapikan benda-benda apa aja yang sekiranya perlu dirapikan tapi karena memang masih rapi jadinya aku lanjut menyapu dan mengepel lantai disetiap ruangan
saat aku mencuci piring disitu aku merasa ada bayangan hitam berdiri dibelakangku tapi aku hanya melirik kebelakang sedikit lalu tetap mencuci piring. Tanpa panik sedikitpun
Meskipun bayangan itu bukan sekedar halusinasi tapi nyata menjadi sosok yang menakutkan
Bau kemenyan tiba-tiba menusuk penciumanku seolah menjadi parfum ruangan tapi mencekam
Selesai mencuci piring aku lanjutkan untuk mandi dan kembali ke kamar tapi wangi kemenyan masih belum hilang bahkan semakin tebal.
Sementara sosok hitam itu sudah menghilang begitu saja entah kapan perginya
Disaat seperti ini aku bingung mau melakukan apa lagi karena semuanya sudah aku bersihkan
Akhirnya aku putuskan untuk menonton tivi yang diletakkan di meja kamar menghadap kasur. Aku duduk dikasur tepatnya ditengah kasur sambil mencari siaran yang bagus
Tapi sosok hitam itu muncul lagi datang dari pintu kamar seolah-olah berjalan menghampiriku.
Jalannya lambat tapi cukup membuat aku ketakutan
Sosoknya bayangan tapi tubuhnya lengkap seperti bayangan manusia, ia berjalan mengambang pelan-pelan mendekatiku, dari tadi aku malah terpaku dengan kedatangannya
Semakin ia mendekat semakin aku panik dan gak tau harus berlindung seperti apa lagi
Lalu dia pun semakin mendekatiku
Dan.
Aku semakin ketakutan
Tapi akhirnya tanganku reflek melemparnya dengan remot tivi yang masih aku pegang sejak tadi tapi justru remotnya tembus dan melesat keras ke dinding kamar sampai batrenya terpental
Apa daya ku, sosok hitam itu masih terus mendekat seolah ingin menyatu dengan tubuhnku
langsung aja aku tutupi wajahku dengan selimut sambil berusaha membaca doa dengan tenang walau masih ketakutan
Aku gemetar.
Merinding tapi tetap mengucap doa dalam hati
Seolah aku merasakan sosok itu berusaha masuk ke dalam jiwaku tapi seakan masih sulit baginya
Tubuhku menjadi dingin dan aku menggigil
Tapi doa dalam hati gak ada putus-putusnya sampai beberapa menit tengkurap dalam ketakutan akhirnya suasana kembali normal tubuhku menjadi hangat kembali dan aku juga gak merinding lagi
Perlahan aku mengintip dari selimut yang menutupi wajahku
Aku mengecek keadaan untuk memastikan kalau semua udah selesai
Akhirnya semua aman dan terlihat baik-baik aja
Akhirnya aku mengambil kembali remot yang sekarang sudah retak untungnya batrenya lepas gak jauh dari sarangnya
Yang sekarang aku pikirkan adalah aku gak tau alasan apa nantinya yang aku sampaikan ke Gia kalau dia bertanya perihal remot ini
Aku bingung harus jawab jujur atau berbohong kalaupun mau bohong aku juga bingung kebohongan apa yang bakal aku ucapkan pada Gia
Seketika aja aku lapar lalu mengambil sebungkus mie instan dalam kulkas lalu memasaknya
Aku tau yang aku lakukan ini mungkin lancang di rumah orang yang baru aku kenal tapi setidaknya tadi dia sudah berpesan padaku
Pukul lima sore Gia belum juga pulang mungkin dia masih dalam perjalanan sementara aku sudah selesai makan dan mandi untuk yang kedua kalinya dan menunggunya pulang untuk pergi ke kost mengambil barang-barangku terutama surat lamaran kerjaku
Tok...tok...tok!
Terdengar suara pintu diketuk dari luar
Langsung aja aku bergegas membukanya
Aku harap itu Gia
Tapi rupanya bukan Gia, justru seorang Ibu paruh baya sambil membawa kotak merah kecil tanpa dibungkus dengan kantong kresek atau tas teng-teng lainnya. Kotak merah kecil itu dia genggam saja
Ia berdiri diluar pintu aja karena memang aku gak persilakan masuk karena aku gak berani juga menyuruh orang lain masuk tanpa seijin Gia
Si Ibu itu bingung melihat kalau aku yang membuka pintu "Loh, Gia ada ?" tanyanya, dia heran melihatku karena harusnya kan Gia yang berhadapan dengannya
"Gia belum pulang Bu" jawabku
"Oh, kamu siapanya Gia ?" tanyanya lagi
"Aku temennya"
"Oh, lagi nginep ya ?"
Aku mengangguk saja
Tanpa cerita panjang lagi si Ibu itu berniat menitipkan benda kotak merah
"Oke deh kalau gitu saya titip kotak ini bisa ya ?" pintanya sambil memperlihatkan kotaknya yang sedari tadi ia genggam
Aku memberikan tangan isyarat mau menerimanya " Boleh"
Lalu dia berikan padaku dan aku sudah menerimanya
"Oke deh nanti kalau Gia sudah pulang tolong kasih aja ya" pesannya lalu melangkah pergi mengakhiri perjumpaan kami tanpa ada kata lain yang terucap darinya
Tapi sebelum melangkah jauh aku langsung menanyakan namanya
"Ini dari siapa Bu ?" tanyaku
Ibu itu menoleh ke belakang.
Menoleh ke arahku.
"Gia sudah tau" jawabnya misterius lalu kembali melanjutkan langkahnya
Akhirnya kotak merah itu aku letakkan saja di atas kulkas sambil duduk melantai didepan pintu bersandarkan dinding menunggu Gia pulang
Jarum pendek jam dinding sudah mengarahkan keangka tujuh malam tapi Gia belum juga kembali
Kelamaan menunggunya aku jadi bosan juga jadinya aku ketiduran dilantai tepat menghadap pintu
Tapi sialnya pada saat aku ketiduran malah rep repan, sebenarnya dalam keadaan sadar situasi tapi aku gak bisa menggerakkan badan dan membuka mata.
Aku berusaha sekuat tenaga membuka mata dan menggerakkan badanku tapi masih belum bisa sama sekali, sampai aku mengucap doa berkali kali menyebut Tuhan berkali-kali tapi belum juga bisa.
Tapi tanpa putusnya mengucap Tuhan akhirnya aku bisa kembali bergerak dan bisa membuka mata, seketika dalam bersamaan Gia memanggilku dari balik pintu sambil mengetuk-ngetuk pintu
Tok...tokk..tokk!
"Ra....Rara...Rara!" panggilnya
Langsung aja aku berdiri dan membukanya
"Maap tadi aku ketiduran" icapku meminta maaf
"Gak apa" ucapnya lalu masuk ke dalam setelah membuka sepatunya.
Ditangannya dia menenteng bungkusan plastik hitam lalu membukanya setelah menaruh tasnya disembarang tempat
"Makan yuk Ra" ajaknya, gelagatnya sudah seperti orang kelaparan
Gia memberikanku bungkusan makanan yang terbungkus kertas nasi.
"Cuma nasi padang Ra, makan aja" icapnya lalu mengambil dua piring kosong untuknya dan untukku
Akhirnya kami makan berdua
"Makasih ya udah beliin" ucapku berterimakasih
"Sama-sama. Nanti kalau lu udah gajian jangan lupa traktir gua. Hahaha" Ucapnya dibarengai candanya
Aku ikut tertawa " Iya nanti aku traktir deh"
Gia membuat dua jempol tangannya "Siiippp"
Disela-sela makan bersama aku ingat kembali kalau jadwal malam ini Gia mau mengantarkan aku ke kost
Langsung aja aku tanyakan, takutnya kalau Gia lupa nanti aku malah nganggur dan sia-sia ke Jakarta
"Kamu jadi kan mau anterin aku ke kost ?" tanyaku
Gia tersenyum
"Enggak" jawabnya
Aku kecewa mendengarnya
Tapi Gia menambahkan jawabannya lagi
"Buat apa ke sana, lupain aja. Toh, besok juga lu udah mulai kerja kok. Jadi tadi gua udah cerita sama orang kantor di sana tentang perkara lu. Syukurnya mereka paham dan mereka bilang ya udah dimaklumi aja"
Mendengarnya aku kembali bahagia
"Beneran nih ?" tanyaku masih gak percaya
"Iya bener, makanya kan tadi gua udah bilang kalau lu udah gajian traktir gua. Hahaha" ucapnya
Aku tertawa mendengarnya
Setelah makan dan mandi, Gia naik ke kasur dan berniat nonton tivi tapi akhirnya dia liat remotnya retak
Gia bergumam "Kok retak ya ?"
Aku meliriknya tapi takut mengakuinya
Tapi akhirnya Gia bertanya padaku "Ra, ini remot kenapa retak mau ancur begini ya. Perasaan kemarin gak begini" tanyanya padaku
Entah kenapa jawabanku hanya menggelengkan kepala tanda kalau aku gak tau apa-apa tentang remot
Setelah beberapa saat Gia kebingungan memikirkan nasip remot, akhirnya Gia malah melupakannya lalu kembali menonton tivi
Aku juga ikut menonton disampingnya.
Kami menonton sambil rebahan dan berselimut
Acara tivinya kebetulan talk show dan pembawa acaranya lucu banget sampai kami tertawa geli
Disaat kami tertawa bersama tiba-tiba aku mendengar suara perempuan tertawa yang nyaring seperti suara kuntilanak
Hihihihi..hihii..hiiii....hihihi!
Mendengarnya aku syok dan langsung melihat ke belakang lalu ke atas dan penglihatanku berakhir di wajah Gia yang rupanya sudah menatapku tajam sambil tertawa seperti suara tawa Kuntilanak
Hiiiihiiii...hiiiihhiii...hihihihi!
Matanya melotot dan putih matanya berubah jadi banyak urat merah, wajahnya pucat tubuhnya mendadak kaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments