Seminggu setelah gajian Gia mengeluh sakit perut tapi bukan sakit perut biasa. Gia masih merebahkan tubuhnya sambil *******-***** perutnya mengaduh kesakitan
"Perut gua sakit banget...Haduuh !" keluhanya
Rintihannya seolah meremukkan hatiku. Aku berlari ke dapur dan membuatkan teh manis hangat untuknya
Tapi saat mengaduk teh aku bisa merasakan sosok hitam kembali berdiri dibelakangku.
Aku geram dengan keberadaannya
Rasanya aku mau tusuk dia pakai pisau yang ada tepat dihadapanku. Tapi aku masih tahan.
Sosok itu semakin terasa ingin menyentuhku saking aku sudah kepalang kesal, langsung aja aku ambil pisau lalu berbalik badan dan menusuknya
Saat aku beranikan diri menusuknya, rupanya sosok itu langsung menghilang begitu aja.
Seketika saat itu juga aku merasa sangat lelah sekali pisau yang aku genggam erat aku kembalikan ketempatnya
Aku kembali ke kamar membawakan segelas teh manis hangat kesukaan Gia.
Aku menjumpai Gia masih merintih kesakitan, wajahnya pucat dan matanya berair karena saking menahan rasa sakit yang dia rasakan
Aku letakkan teh diatas meja tivi lalu membantu Gia untuk duduk tapi Gia menolaknya
"Gak usah Ra, gak bisa. Gua kalau duduk nyeri banget. Perut gua kayak disayat-sayat" ucapnya masih merintih kesakitan
Akhirnya aku suapin teh manis nya dengan sendok pelan-pelan untungnya Gia mau
"Ra, lu gak kerja ?. Emangnya sekarang jam berapa ? " tanyanya
Aku jadi berfikir mau kerja atau engga karena kondisi Gia yang seperti ini aku gak tega meninggalkannya
"Aku gak kerja dulu deh Gi, aku anterin kamu ke dokter aja " jawabku
"Gak usah khawatir Ra, gua pernah begini dan sembuh sendiri tapi sakit yang sekarang cukup lama dari biasanya"
"Gak mau Gi, aku takut kamu kenapa-kenapa"
Tapi Gia tetap menolakku untuk ditemani
"Gak usah Ra, lebih baik lu kerja aja. Nanti kalau lu gak kerja bisa-bisa nanti kena penalti dari sana. Bisa-bisa lu gak akan bisa kerja lagi" ucapnya
Aku terdiam sebentar masih bingung mau kerja atau menemani Gia tapi sejujurnya aku kasihan padanya
Gia masih meyakinkan aku kalau dia bisa jaga diri
"Tenang aja gua bisa jaga diri, lu kerja aja sana. Hati-hati dijalan ya" ucapnya
Akhirnya aku mengalah dan meninggalkan Gia sendirian
Hari ini aku bekerja sendirian seperti biasa mengunting pola yang akan dijahit. Hari yang gak biasanya aku jalani
Aku kesepian
Bekerja seperti kehilangan belahan jiwa
Pikiranku selalu tertuju pada Gia, aku takut Gia kenapa-kenapa apalagi dia cepat banget kerasukan
Pukul lima sore sudah saatnya aku kembali ke rusun. Aku udah gak sabar sampai rusun
Aku menunggu mikrolet dipinggir jalan, beberapa menit menunggu akhirnya mikrolet berhenti dihadapanku
Dalam perjalanan tiba-tiba aja aku kepikiran mau ke toko kue. Kebetulan toko kuenya ada dipinggir jalan jadi aku turun aja
"Kiri Pak!" ucapku lalu turun dari mikrolet setelah si Pak supir menghentikan mikroletnya tepat depan toko kue yang aku maksud
Aku masuk ke dalam lalu disambut dengan ramah oleh pelayannya.
Kebetulan tokonya lagi sepi dan pembelinya hanya aku aja yang baru datang
Pelayannya langsung menanyakan pilihan kue yang mau aku beli
"Mau pesen kue yang mana Kak ?" tanyanya dengan ramah
Sambil melihat-lihat kue yang disimpan di etalase aku masih kelihatan bingung dan belum menjawabnya
Tapi pelayan toko nya masih sangat ramah dan menawarkan beberapa kue padaku
"Kakak mau aku pilihin blackforest ?. Ini lagi promo Kak " ucapnya menawarkannya padaku
Karena aku gak paham nama makanan apalagi kue yang mewah seperti ini jadinya aku nurut aja
"Boleh Kak, ini harganya berapa Kak ?" tanyaku menunjuk blackforest yang lebih kecil dari blackforest lainnya
"Kalau yang ukuran enam belas centi itu harganya seratus enam puluh empat ribu Kak " jawabnya
"Kalau yang ini Kak ?" Tanyaku sambil menunjuk kue yang paling besar
"Oh kalau itu yang ukuran tiga puluh centi harganya Lima Ratus Ribu Kak" jawabnya
Wah, mahal sekali ya harganya
Akhirnya aku tunjuk kue yang ukuran sedang diantara lainnya
"Kalau yang ini Kak ?" tanyaku
"Kalau yang ini harganya tiga ratus ribu Kak" Jawabnya dengan sabar dan masih ramah
Akhirnya aku putuskan untuk memilih kue yang paling kecil
"Kak, aku pilih kue yang kecilnya aja ya" ucapku sambil menyiapkan uangnya
Saat aku mau membayar rupanya ada pelanggan lain yang datang, seorang Ibu yang sepertinya aku kenal dengan orangnya
Aku memandanginya dari atas sampai bawah seperti sedang mendeteksinya
Saat aku sudah membayar, aku dan Ibu itu saling menoleh dan saling diam seperti saling mengenali satu sama lain
Tapi dia yang lebih dulu mengenaliku dan mengucap namaku
"Loh, Rara ?" sapanya
Aku tersenyum
"Iya bu" jawabku
Rupanya gak disangka sore ini aku bertemu orang baik yang mengantarkanku ke puskesmas. Ibu Tiwi
"Tunggu bentar ya saya mau beli dulu" ucapnya
Aku menunggu Ibu Tiwi membeli kuenya lalu setelah itu kami keluar dari toko bersama
"Ibu ke sini sendirian ?" tanyaku
"Iya Ra, kamu saya antar pulang aja ya. Kamu tinggal di mana sekarang ?" tanyanya
"Aku tinggal sama temen aku Bu. Di rusun" jawabku
"Owh, ya udah saya antar sekalian ya ?" ajaknya lagi
Tapi aku menolak
"Gak usah Bu, angkotnya gak susah kok. Lagian temen aku lagi sakit aku mau buru-buru pulang" ucapku
"Owh, temen kamu sakit. Sakit apa ?" tanyanya
"Gak tau Bu, perutnya kayak kesayat-sayat katanya" jawabku
"Owh, kita bawa ke Dokter aja yuk. Kasihan sekali" ajaknya
Mendengar ajakannya aku jadi dilema mau atau gak. Tapi kalau dipikir lumayan juga bisa diantarkan ke Dokter
Tapi Bu Tiwi tetap memaksaku
"Ayok gak apa-apa" ajaknya lagi
Akhirnya kami masuk ke dalam mobil yang dia bawa.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya kami sampai di rusun dan bertemu dengan Gia yang rupanya masih merintih kesakitan diatas kasur. Aku bisa masuk karena aku punya kunci duplikat
Aku panik melihatnya begitupun dengan Ibu Tiwi "Waduh, ini parah sekali Ra" panik Bu Tiwi
Sementara Gia masih merintih kesakitan, suaranya sudah melemah
"Kita gotong aja yuk" ajak Bu Tiwi
Tanpa pikir panjang akhirnya aku menuruti usulan Bu Tiwi
Kami berdua berusaha menggotong Gia tapi pada saat kami dilorong ada beberapa tetangga yang melihat
"Loh kenapa itu ?" tanya tetangga
Ibu Tiwi yang menjawab " Sakit Pak mau dibawa ke Dokter"
Tanpa pikir panjang beberapa orang yang ada dilorong yang melihat kami langsung ikut membopong Gia sampai ke parkiran
Aku langsung berterimakasih pada mereka "Makasih ya Pak, makasih ya Bu " ucapku
Mereka menjawab serentak " Iya sama-sama" sambil pergi meninggalkan kami
Akhirnya kami dalam perjalanan menuju rumah sakit terdekat, sesampainya di rumah sakit, Gia langsung ditangani Dokter
Setelah beberapa menit diperiksa, Dokter bilang kalau Gia cuma asam lambung dan sudah dikasih resep dokter
Akhirnya Ibu Tiwi yang mengurus semua pengobatan dan biaya administrasinya.
Bu Tiwi memang malaikat tak bersayap, aku menegenalnya baik rupanya sampai sekarang dia tetap baik
Akhirnya Gia kembali dibawa ke rusun sambil pelan-pelan dibopong Ibu Tiwi karena sekarang Gia udah gak merintih lagi
Sesampainya di kamar aku buatkan teh hangat lagi untuk Gia tapi gak lupa aku tawarin juga pada Bu Tiwi
"Ibu mau teh juga ?" tanyaku santun
Tapi Bu Tiwi menolaknya dengan ramah
"Oh gak usah yah makasih banyak ya" tolaknya
Tapi aku gak mengapa lalu membuatkan teh hanya untuk Gia
Setelah aku buatkan, aku juga kasih Gia blackforest yang aku beli tadi
Aku sudah potong-potong kuenya dan aku sajikan diatas piring
"Gi, aku beli ini untuk kamu. Cepet sembuh ya" ucapku
Gia melihat hidanganku dan mengambil sepotong rotinya
"Makasih banyak ya Ra, kebetulan banget ini kue kesukaan gua" ucapnya
Sekarang Gia udah bisa bicara bahkan makan walau sedikit demi sedikit dan kelihatannya Gia sudah terlihat lebih baik
Bu Tiwi yang sejak tadi diam saja akhirnya membuka obrolan
"Kalian kerja di mana ya sekarang ?" tanya Bu Tiwi
Aku yang menjawab "Di kompeksi Bu"
Ibu Tiwi mengangguk "Owh, di kompeksi yang pinggir jalan itu ya ?"
Aku mengangguk "Iya disitu"
Ibu Tiwi diam sejenak lalu memulai obrolan kembali
"Kalau boleh tau gaji kalian berapa ?" tanyanya
Aku yang masih menjawab " Kalau aku sih gajiannya satu juta tujuh ratus ribu, Gak tau sih kalau Gia "
"Owh, kamu mau gak pindah kerja di tempat saya. Tapi kamu harus tinggal di rumah saya. Emang sih bantu-bantu beresin rumah tapi saya berani kasih sebulan lima juta. Mau ?" ajaknya
Aku dan Gia saling menoleh tanpa bergeming
Ibu Tiwi menambahkan lagi " Kalau Gia mau ikut boleh kok, kalau kalian mau keluar dari rumah saya juga terserah kapan aja, maksud saya kalau kalian mau pindah kerja. Tapi kalau mau berlama-lama kerja di rumah saya juga gak apa-apa karena kan lumayan ya sebulan lima juta, dua bulan aja jadi sepuluh juta apalagi sepuluh bulan. Bagaimana ?"
Mendengarnya aku jadi tergiur lalu menoleh Gia.
Ibu Tiwi rupanya tau kalau kami ragu tapi Ibu Tiwi meninggalkan nomor kontaknya. Dia tulis dikertas catatan dan memberikannya padaku
"Kalau kamu yakin mau, kamu boleh hubungi saya ya. Saya mau pulang dulu sepertinya udah malam nih kalian kan mau istirahat"
Aku langsung bertanya lagi "Rumah Ibu di mana ? maksud saya kami kerja di rumah Ibu yang di mana ?"
"Mmmm, sebenernya bukan di Jakarta sih tapi di daerah cukup jauh dari perkotaan tapi tenang aja kok di sana aman karena ada security yang menjaga, dan lagi pula rumah itu cuma dihuni saya aja, tapi kalau kalian mau ikut ya berarti dihuni tiga orang aja. karena kan rumah saya banyak salah satunya disitu jadi biar ada penghuni yang rawat aja" jelasnya
"Oh begitu Bu" ucapku mengangguk
"Iya kalau gitu saya pamit pulang dulu ya, semoga lekas sembuh Gia. daagh, semua" ucapnya mengakhiri perjumpaan
Aku mengangguk "Iya bu, hati-hati ya"
Ibu Tiwi kembali pulang dan sekarang tinggal aku dan Gia di kamar
"Dia itu siapa sih Ra, lu kenal ?" tanyanya padaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rania Puspa
yah klo rara mau msuk jebakan dy jgn tergiur ra sprtiy dy yg pke pesugihan.
2022-03-01
0
Ashley Anella
Bu Tiwi mencurigakan gak sih?
2022-02-14
2