Gia berusaha menenangkanku karena emosiku sudah mulai gak bisa terkontrol
Suaraku keras tangisanku histeris
"Ra, udah Ra..udah..tenang..Ra..tenang"
Tapi aku tetap mengatakan ke si Mbah itu kalau si Mbah itu berbohong
"Mbah bohong, mbah cuma asal nebak aja!"
Gia tetap berusaha menenangkan aku
Sementara si Mbah itu menenangkan aku dengan menyentuh kepalaku lalu komat kamit entah apa kalimatnya sampai-sampai aku kembali menangis histeris tapi bukan karena setan didalam tubuhku melainkan karena aku menolak dan masih gak percaya dengan mantra yang diucapkannya dan apa yang dikatakan Mbah tentang sosok, keluarga ,tumbal bahkan kematian Ayahku
Sementara Gia tetap menahan tubuhku supaya aku gak bertindak lebih arogan lagi
Beberapa saat aku mulai tenang dalam pelukan Gia meskipun aku masih menangis tapi Gia tetap menenangkanku
Hatiku hancur seolah kebahagiaan gak berpihak padaku
Si Mbah bicara lagi kali ini dengan nada yang lebih lembut, ia berbicara dengan hati-hati padaku
"Mbak, yang kuat ya. Jujur aja saya sendiri kayaknya gak bisa usir sosok itu karena sosok itu kuat sekali" ucapnya
Tapi aku gak peduli dengan ucapannya, yang sekarang aku pikirkan adalah kalau memang benar ada yang mengirim sosok itu pada keluargaku lalu kenapa ada orang setega itu pada keluargaku.
Apa salah keluargaku
Kenapa bisa setega itu ?
Saat inilah aku semakin panik dan takut kalau Ibu dan Tiara dalam bahaya besar
Tapi aku harus yakin kalau mereka gak akan mengalami kejadian aneh seperti yang aku alami ini.
Aku menyeka airmataku berusaha menerima apa yang mungkin sebenarnya memang terjadi seperti itu
Aku dan Gia akhirnya pulang tanpa ada bawaan penjaga seperti Gia karena memang si Mbah Dukun bilang, dia aja gak sanggup mengusirnya
Sudah seminggu aku masih terbayang oleh ucapan Mbah Dukun itu sampai-sampai aku gak bisa fokus bekerja tapi bersyukurnya Gia menjadi penyemangatku walau aku malas membalas candaanya tapi aku merasa ditemani olehnya
"Ra, ayok dong semangat lagi kerjanya..Udah seminggu lu layu begini" ucapnya
Tapi aku gak mengubris dia sama sekali, yang aku lakukan cuma menggunting pola terus menerus
Gak seperti biasanya yang bisa sambil saling cerita bersama
Tapi Gia gak patah semangat, dia tetap mencoba mengembalikan senyumanku
"Ra, hari ini adalah gajian pertama lu, harusnya lu bahagia dong" ucapnya lagi sambil menampilkan wajahnya yang senang
Gia menambahkan lagi "Jangan lupa trakir gua ya" rayunya
Aku tau Gia minta traktiran itu cuma bercanda, cuma mau mancing emosi aku aja
Tapi aku tetap lebih memilih diam aja
Ya, aku gak ada hasrat untuk semangat lagi
Semakin hari aku semakin yakin apa yang dikatakan Mbah Fukun itu ada benarnya juga
kalau begini jadinya, rasanya hidup pun udah gak artinya kalau selalu diteror hantu pesugihan
Dan mirisnya aku baru tau kenapa aku mengalami hal aneh sampai bisa bertemu sosok hitam dan sosok yang lainnya itu.
Aku jadi penasaran, siapa sebenarnya yang tega melakukan pesugihan itu dan kenapa dia bisa memilih keluargaku jadi tumbalnya
Tiba-tiba aja senyuman Ayah seolah melintas di wajahku , isi kepalaku kembali teringat Ayah semasa hidupnya sampai akhirnya Ayah pergi dengan gak sewajarnya
Air mataku menetes begitu aja butiran jatuh dikertas pola yang sedang aku gunting, buru-buru aku menyeka air mataku dengan punggung tanganku
Tapi rupanya Gia menyadarinya lalu kembali memberikan asupan semangat yang udah kesekian kalinya padaku
"Ra, jangan nangis dong. Gua sedih kalo lu nangis begini. Gua bingung harus apa" bujuknya dengan lembut
Aku mencoba menuruti maunya Gia kalau aku harus semangat
Tiba-tiba Gia mengucapkan perkataan yang membuatku ingat kembali pada motivasiku "Ra, lu pernah bilang sama gua kalau lu mau bahagiain Ibu dan adik lu tapi kalau lu aja kayak gini apa lu bisa pastikan kalau mereka bisa bahagia liat lu begini . Ra, gua sebagai temen lu dukung lu banget tuk bisa bahagiain keluarga lu karena kenapa ? karena gua gak punya siapa-siapa. Lu tau gua kan, betapa menyedihkannya kayak apa?" ucapnya panjang lebar
Mendengarnya begitu aku jadi menangis lagi, aku terharu dengan perkataannya tapi aku masih tetap diam walau kali ini tangisanku tertahan pedih sampai dada
Rara menepuk pundakku dengan lembut ia mengucap kata yang membuatku semakin berfikir lebih lagi
"Lu harus kuat, inget Ibu inget Adik lu, mereka mau lu pulang pas lebaran dengan sehat dan bahagia"
Disitu aku terenyuk mendengarnya sampai-sampai aku menangis untuk yang kedua kalinya
Tapi kali ini Gia gak berkomentar apa-apa. Dia cuma melihatkku dan tersenyum padaku.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore, saatnya aku ambil gajian bersama karyawan lain yang gajinya masih ambil tunai.
Kebetulan gajiannya Gia sudah lewat rekening karena Gia sendiri yang mau buka rekening, jadinya Gia gak ikut mengantri.
Gia menungguku di parkiran
Sementara aku antri di loket admin bersama belasan karyawan lainnya
Sekarang giliranku yang ambil
Adminnya menyuruhku tanda tangan dan melampirkan total rincian gajian aku. Totalnya satu juta tujuh ratus ribu rupiah.
Aku seneng banget bisa dapet uang sebanyak ini, pasti kalau aku tabung sampai lebaran udah bisa belanja keperluan di rumah
Teeimakasih ya Tuhan.
Setelah mengambil salary langsung aja aku menghampiri Gia yang sejak tadi menunggu.
Gia seolah menyambutku dengan sumringah
"Asiik gajian. selamat ya" ucapnya sambil tersenyum lalu melangkahkan kakinya pergi ke luar area diikuti aku
"Mau makan apa Gi ?" tanyaku padanya
Gia menolehku lalu tersenyum "Ah, kalau ditawarin makan sih gua maunya yang mahal Ra, tapi gua gak mau melangkahi Ibu lu. Jadi sebaiknya lu tabung aja tuh duit traktiran gua" ucapnya
Mendengarnya, aku jadi gak enak hati padanya
"Enggak Gi, enggak gitu. Aku traktir ya"
"Gak usah Ra, waktu itu gua cuma becanda kok. Jangan serius gitu dong" tolaknya
Dia malah menolak padahal aku memang tulus mau traktir dia
"Gak apa-apa Gi, aku traktir aja ya" ajakku
"Gak usah Ra" dia masih menolak
Akhirnya sepanjang jalan kami cuma berdebat antara traktir dan penolakan
Sampai akhirnya Gia mau juga
"Oke deh gua lagi pengen makan nasi padang tapi isi rendang ya. Hahaha "pintanya
"Oke oke sipp..gimana kalau kita langsung aja makan ditempatnya Gi ?" usulku
Gia setuju dengan usulku "Oke tuh"
Akhirnya aku dan Gia cari rumah makan padang dan kami makan bersama.
Setelah makan sore kami kembali ke rusun lalu membersihkan diri mengganti pakaian lalu loncat ke kasur seperti biasanya
Aku dan Gia nonton tivi sebelum tidur
"Gi, aku pengen beli hape deh" ucapku
"Beli hape ?" tanyanya
"Iya beli hape, emang hape harganya berapaan sih ?" tanyaku
Gia seperti memikirkan sesuatu "Mmm, harganya sih,kalau hape gua sih tiga jutaan tapi ini kan gua beli karena nabung" ucapnya
"Oh , nabung berapa lama ?" tanyaku
"Nabung tiga bulan" jawabnya
Mendengarnya aku putus asa
Tapi Gia ada usul "Kalau menurut gua sih lebih baik lu jangan beli hape dulu deh, nanti takutnya cita-cita lu buat ngebahagiain keluarga lu jadi gak kesampean" ucapnya
Yang dikatakan Gia sebenarnya ada benarnya juga sih tapi aku pengen banget punya hape
Aku masih tanya-tanya Gia "Kalau hape yang murah dari hape kamu ada gak ?" tanyaku lagi
Gia menoleh ku sebentar tanpa merasa terganggu denganku
"Ada kok yang seken juga banyak kalau lu mau tapi ya resiko beli seken jadi cepet rusak gitu" terangnya
Mendengarnya aku jadi mikir-mikir lagi karena aku berharap aku punya hape "Berarti aku nabung dulu nih ya" ucapku yang jadi patah hati
Gia mengangguk "Iya nabung aja dulu apa lagi kan kurang lebih sebulan lagi mau lebaran, jadi harus bijak nabungnya" ucapnya sambil menguap tanda matanya sudah lelah
karena dia sudah menguap tanpa diajak pun aku langsung ubah ke posisi tidur
Gia juga memposisikan tubuhnya untuk tidur setelah mematikan tivi
Tiba-tiba suara guntur seolah berteriak dari langit mengagetkan aku dan Gia
Gdurrr....rrrrrr!
Tapi kami gak berkomentar lalu kembali tidur
Tapi.
Tiba-tiba gelap gulita dibarengin suara guntur yang kini saling bersahutan
Malam ini lampu padam
Gelap satu ruangan, aku langsung menoleh Gia walau aku sadar wajahnya gak terlihat begitupun Gia yang gak bisa meihatku
Aku panggil Gia dengan pelan " Gi" panggilku
Gia menyahut " Ape ? lu takut gua kesurupan kan ?" tebaknya
Padahal aku gak kepikiran sampai situ tapi karena dia bilang begitu jadinya aku kepikiran
"Enggak, ini kalau listrik padam begini lama gak sih ?" tanyaku
"Enggak tau sih, kadang lama kadang juga sebentar" jawabnya
"Oh, jadi gimana dong, apa nyalahin lilin aja ya " usulku
Gia menolaknya "Gak usah Ra, kita kan mau tidur ya kita tidur aja gak usah permasalahin lampu. Besok juga normal lagi" ucapnya dengan nada yang berat, sepertinya Gia sudah mulai ngantuk berat
Tapi rupanya aku gak bisa tidur karena aku ngerasa ada sosok hitam tepat dihadapanku sedang memperhatikan ke arah kasur
Pelan-pelan aku tarik selimut sampai menutupi kepala lalu bersembunyi dibaliknya
Aku mengucap doa walau gak kuat menahan gemetar ketakutan dalam kegelapan
Tiba-tiba tangan Gia menyentuh pundakku distu aku makin gak tau harus apa karena sudah diteror hantu ditambah lagi harus menghadapi orang yang kesurupan
"Ra, lu kenapa gemeter begitu. Lu kedinginan ?" tanyanya.
Aku pikir Gia kesurupan.
Dan listrik kembali nyala lagi
Aku lega rusun kembali bercahaya dan lebih lega lagi rupanya Gia gak kenapa-kenapa
Aku belum menjawabnya tapi Gia masih bertanya
"Kenapa Ra, lu masuk angin ?" tanyanya lagi
"Enggak, tapi gua cuma liat sosok itu lagi" ucapku masih ketakutan, kali ini aku sudah bisa kasih tau perihal sosok hitam pada Gia
Gia langsung menoleh ke seluruh sudut kamar
"Jangan nakutin deh, masa iya sih ?"
"Iya bener"
Gia menawarkan padaku "Lu mau ke Mbah Dukun itu lagi gak, kita mintain jimat aja" usulnya padaku
Langsung aja aku menolaknya mentah-mentah
"Gak mau ah" tolakku
"Kenapa, kan dengan jimat lu bisa dilindungi"
Tetep aja aku menolaknya "Gak mau Gi, sori" jawabku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kustri
Jgn ke dukun Ra, bener ibadah aja yg rajin,,
2022-02-28
1