Kebetulan jalanan lagi macet jadi mikroletnya juga datangnya lama
Akhirnya aku ceritakan aja kejadian yang membuatku jadi kacau
"Tadi niatnya aku mau kerja tapi malah dijebak, kerjaan nya malah melayani laki-laki hidung belang"
Dia syok mendengar pengakuanku
"Oowh, di mana ?" tanyanya
Aku menunjuk jalan yang mengarah ke tempat karaoke "Disana, masuk sana masuk perkomplekan"
Dia mengangguk seperti tau tempatnya
"Oh iya iya gua tau wilayah itu tapi gua gak pernah tau ada tempat karaoke disitu" ucapnya
Mendengar ceritaku dia iba dan percaya disitu aku cukup lega karena dia gak menganggap aku lagi mengada-ngada
Tapi saat ini aku berharap dia mau menyelamatkanku, mulut ini ingin rasanya mengucap meminta empatinya padaku aku berharap banyak kalah dia mau memahami kondisiku dan membawaku pergi bersamanya
Sebenarnya aku sudah menahan diri untuk gak perlu minta tolong padanya karena aku juga ragu dia bisa aja gak peduli padaku
Tapi Hati dan pikiran gak bisa menahannya lagi
"Mbak mau bawa aku pergi dari sini gak, aku takut banget di sini dan aku juga gak tau mau pergi ke mana karena aku juga gak tau daerah sini" pintaku memelas nyaris menangis tapi aku tahan sampai terasa nyeri dalam dada
Dia diam gak bergeming sedikitpun seperti memikirkan sesuatu yang gak mungkin mengabulkan permintaanku
Tapi aku tetap memohon padanya terus menerus
"Aku gak tau harus ke mana aku juga gak berani ke kostan lagi. Lagi pula aku juga gak tau gimana caranya ke sana, nama daerahnya aja aku gak tau. Aku bener-bener kesusahan Mbak" akhirnya airmataku menetes juga
Dia mulai angkat bicara setelah diam mendengarkan curahanku
"Waduh, maaf ya gak bisa" tolaknya dengan cepat
Mendengarnya aku jadi putus harapan, air mataku makin basah berhamburan dipipiku
Sekarang macet sudah lancar kembali semua kendaraan yang bosan menunggu kemacetan akhirnya pelan-pelan saling melaju seperti sedang dalam antrian loket diwisata, dari jauh mikrolet sudah terlihat dan dia juga sudah mempersiapkan diri untuk naik dengan berdiri dipinggir jalan
Dia berdiri sambil menoleh mikrolet yang sebentar lagi datang menjemputnya sementara aku hanya duduk diam memandangnya dari belakang,
Bingung
Tapi mau apa lagi
Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan
Sekarang aku udah gak tau harus bagaimana lagi sekarang
Sementara mikrolet sudah semakin mendekati halte
Tapi.
Dia menoleh ke belakang
"Ayok" tiba-tiba dia ajak aku
Aku gak paham maksudnya dan masih duduk terpaku
Dia mengajak lagi setelah mikrolet sudah berada dihadapannya
"Mau ikut gak lu!" ajaknya sambil menaikkan satu kakinya dipintu mobil
Aku yang mengharapkan ajakan itu dari tadi langsung bangkit berdiri dan masuk ke dalam mikrolet bersamanya
Gak nyangka dia baik padaku aku pikir dia akan meninggalkan ku begitu aja
Didalam perjalanan dia memberikanku blezernya untuk aku pakai seolah dia tau banyak penumpang yang menatapku liar padaku
"Nih pakai"
Aku menerimanya dan langsung memakainya
Sedikit demi sedikit penumpang berkurang dan akhirnya tinggal kami berdua tapi meski begitu tetap gak ada obrolan atau omongan yang terucap darinya
Sampailah kami di rumah susun yang tinggi dan luas dia tinggal di situ.
Dia mengajakku melewati lapangan yang cukup luas untuk naik ke tempatnya
"Ini hotel ya ?" tanyaku asal nebak aja
"Bukan, ini rumah susun" jawabnya
"Oh , aku kira ini hotel"
"Bukan tapi Ini rusun, dulunya orang tua gua yang tinggal di sini tapi sekarang diwariskan ke gua" jawabnya
"Terus, orang tua kamu ke mana sekarang ?" tanyaku
"Udah cerai dan saling pisah, udah punya keluarga masing-masing. Tadinya gua sempet tinggal sama Mama gua tapi rupanya Mama gua pergi sama suami barunya"
"Kenapa kamu gak diajak ?"
"Enggak, gua nya yang gak mau"
"Kenapa ?"
"Karena gua gak suka suami barunya, lagi pula dia bukan Bapak gua. Kejadiannya juga udah lama kok , udah tiga tahun yang lalu jadi gua udah terbiasa hidup sendiri"
"Jadi, selama tiga tahun ini kamu hidup tanpa orang tua ?"
"Dari gua kecil juga udah ngerasain hidup gak sama orang tua kok meskipun mereka ada"
"Kenapa bisa bilang begitu ?" tanyaku
"Mereka berantem terus-terusan, yang satu gak mau ngalah yang satu lagi gila hormat. Gua pusing dengernya selama bertahun-tahun"
Aku miris mendengarnya
Akhirnya kami sampai ditangga lalu menaiki anak tangga satu per satu dengan pelan-pelan
Mungkin karena sudah mau tengah malam jadi suasana terasa sunyi hanya suara langkah kaki kami aja yang terdengar mengiringi obrolan aku dan dia
"Tadinya di sini ada lift tapi beberapa minggu ini lagi rusak, gak tau kenapa tapi katanya sih bentar lagi mau diperbaiki" ucapnya setelah kami sudah sampai di lorong lantai dua
"Oh gitu" aku mengangguk sambil melihat-lihat disekeliling lantai dua
Sunyi dan terasa mencekam sampai bulu kudukku berdiri
Sampai akhirnya aku melihat Bapak-bapak tua berdiri tepat mengarah tangga lantai dua, dia memperhatikan kami yang mau naik tangga ke arah lantai tiga, tanpa baju hanya menggunakan kain sarung sebagai celananya wajahnya pucat dia menatap ku dengan tatapan tajam lalu hilang begitu aja
Seketika aku berusaha menahan kepanikanku dan berusaha tetap tenang
Aku diam saja sampai akhirnya kami sampai di lantai empat dan berhenti di kamar nya nomor tiga kosong satu
Dia mengajakku masuk setelah membuka kunci pintu kamarnya
"Ayok masuk" ajaknya
Aku masuk mengikutinya dari belakang lalu melihat-lihat seisi ruangan yang bersih dan rapih lengkap dengan tempat tidur, kamar mandi, dapur walau memang ruangan tamu menyatu dengan dapur tapi itu sudah cukup lengkap menurutku
Aku duduk melantai bersila kaki sambil menunggu dia mencuci muka dan mengganti pakaiannya lalu ia membuatkan ku teh manis hangat, ia letakkan dihadapanku lalu duduk disampingku
"Nih minum aja"
Aku diam hanya memandang suguhannya
"Tenang aja itu gak ada racunnya" ucapnya, rupanya dia memperhatikan sikapku
Mendengarnya aku jadi gak enak hati "Oh enggak, enggak..bukan itu maksud aku. Aku cuma gak nyangka kamu bisa sebaik ini" ucapku lalu mengambil tehnya dan menyeruputnya
"Tehnya enak" pujiku kemudian meletakkan gelas dihadapanku
"Nggg, sebenernya gua ini gak baik-baik banget sih tapi gua ini kan berasal dari broken home disitulah setidaknya gua bisa merasakan rasanya gak dipedulikan siapa-siapa seperti kasus lu ini"
Hatiku terenyuk mendengarnya
"Makasih ya" ucapku berterimakasih
Dia membalas dengan senyumannya lalu memperkenalkan namanya
"Oh ya dari tadi kita gak kenalan, nama gua Gia nama lu siapa ?"
"Aku Rara" jawabku
"Terus gimana barang-barang yang lu tinggalin di kost, apa mau kita ambil ?" tanyanya
"Nggg, gak usah . Gak perlu ke sana lagi deh karena kuncinya juga ada di dalam tas dan tas aku ketinggalan di tempat karaoke itu"
"Waduh, yang ada didalam tas apa aja ?"
"Ada baju ganti aku, dompet, kartu Transjakarta. Itu aja"
"Oh dompet juga ketinggalan ya, isi duitnya berapa ?"
"Mmm, kayaknya sih empat puluh lima ribu deh. Seinget aku segitu"
"Oh, segitu. Terus hape lu ada di kost atau di tas itu juga ?"
"Kebetulan aku gak punya hape"
"Walllaa, jaman begini lu gak punya hape ? Meskipun hape kentang atau hape jadul juga gak punya, gitu ?"
"Iya gak punya" Jawabku "Hape kentang itu apa sih ?" tanyaku
"Hape kentang itu...emmmm...hape kentang itu apa ya..mmmm...hape, hape nanggung gitu sih kayaknya...ah..gak penting ah. Udah malem tidur yuk..atau lu mau mandi ?. Mandi aja sana nanti pakai baju gua aja" ucapnya
"Emang boleh ?" tanyaku
"Iya boleh lah, air banyak kok. Kalau lu mau ngerendam sampai pagi juga gak apa-apa" candanya
Aku tertawa mendengarnya tanpa menjawab apa-apa
"Disitu ada anduk gua, pakai aja sabun segala macem pakai aja, nanti sambil nunggu lu mandi gua pilihin baju dulu" ucapnya
Aku senang banget mendengar dia seramah dan sebaik itu padaku
langsung aja aku mandi ditengah malam meski dingin tapi masih aku tahan
Setelah selesai aku ke kamar Gia untuk mengganti pakaianku rupanya Gia sudah menyiapkan beberapa lembar baju untukku
"Ini baju buat lu, lu pakein aja karena gua juga gak pernah pakai itu lagi, kebetulan ukuran badan kita juga gak beda jauh jadi pakein aja"
Aku menerima pakaian yang dia berikan banyak dan bagus semuanya
"Makasih ya" ucapku berterimakasih
"Iya, iya. Gua mau tidur dulu ya" icapnya sambil naik ke kasurnya dan merebahkan tubuhnya.
Aku ikut naik ke kasur lalu merebahkan diri disebelahnya
"Lu kerja ditempat gua aja, kebetulan pabrik ditempat gua ada lowongan" ucapnya
Sebenarnya aku mau tapi mendengar kalimat barusan aku jadi teringat dengan Nita. Jadi ada trauma tersendiri
Tapi aku yakin Gia pasti gak akan berbohong
"Di sana kerja apa ?" tanyaku
"Tenang aja, gua gak kayak temen lu itu. Gua kerjanya halal kok" icapnya meyakinkan aku
"Syarat kerjanya apa ?" tanyaku
"Yang penting orangnya mau kerja, sehat, bisa kerja, niat kerja, nyambung, manusia " jawabnya
Aku tertawa haha "Ya jelas manusia lah"
Dia juga tertawa mendengarku
"Siapin aja lamarannya sekarang" icapnya
Aku ingat surat lamaran kerjaku ada di kost
"Semuanya ada di kos gimana dong ya ?" ucapku
"Waduh, kalau gitu kita ke sana aja"
"Tapi kan kunci kost aku ada di tas"
"Nggg" Gia jadi mikir keras
"Kita ke sana aja, kita ambil aja" ajaknya
"Pakai kunci apa ?" tanyaku
"Minta kunci serep sama ibu kost lu" ucapnya
Aku masih bingung maksudnya
"Maksudnya gimana ?"
"Dah, yang penting kita ke sana aja dulu. Kost lu daerah mana ? lu masih ingat tempatnya ?"
Aku menggelengkan kepala
"Haduuhh, patokan kost lu dekat apa ?"
Aku mencoba mengingat-ingat kembali
"Deket halte busway dan deket gedung penyiaran tivi" jawabku sambil mengingat-ngingat kembali yang sempat aku perhatikan saat pergi bersama Nita
Gia kembali mencoba mengenali patokan yang aku berikan, dia terus bertanya-tanya sampai patokannya dia yakin tau
Aku berharap dia tau
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rania Puspa
susah bgt idupnya rara ksian bner klo memposisikan hidup gw ky dy ma udah gak tau dah..
2022-03-01
1
Kustri
Ah syukurlah ada yg nolongin
2022-02-28
1