Sudah mau sebulan aku bekerja bersama Gia sudah gak sabar juga aku akan menerima gaji yang cukup untuk aku tabung, pastinya Ibu dan Tiara akan senang menerimanya apa lagi aku akan pulang tepat di hari Idul Fitri, susana nanti pasti akan lebih dari kata bahagia.
Sudah sebulan juga aku tinggal bersama Gia, semakin lama aku semakin nyaman dengan sikap dan seluruh kebaikannya padaku meski aku akui Gia sering sekali kesurupan di rusun dan apalagi di pabrik.
Tapi, itu lah Gia dari segala kelemahannya.
Bagiku Gia anak yang kuat dan pandai menyembunyikan kesedihannya.
Dia selalu berusaha menjadi orang yang bahagia meski aku tau dia sangat rapuh
Hari ini kebetulan hari sabtu pulangnya juga jam satu siang kebetulan juga jam sudah hampir menunjukkan pukul tiga belas nol nol
Seorang laki-laki tampan menghampiri kami yang lagi siap-siap closing. Kami mau pulang jadi beresin alat-alat kerja dan bersih-bersih dulu supaya nanti sewaktu mengerjakannya lagi sudah tau tempat alat kerjanya
Pria yang sering dipanggil Koko itu bertubuh tinggi, tubuhnya atletis berkulit putih dan berparas manis, dia masih kelihatan muda mungkin kira-kira umurnya tiga puluh tahunan
Sebenarnya dia cuma melihat-lihat kondisi ruangan divisi pola aja, kebetulan karyawan divisi pola belum pulang semua.
Ada lima orang termasuk aku dan Gia
Semua karyawan menyapanya "Siang Ko!"
Dia memyapa balik "Siang juga semua!" balasnya dengan ramah
Lalu ia melihat-lihat pola pakaian yang sudah aku gunting lalu membuat tanda jempol padaku
"Good job" Ucapnya padaku sambil menatapku dengan kedua matanya yang seakan menarik jiwaku untuk bersatu dengan jiwanya.
Ini agak berlebihan tapi aku merasakannya begitu
Sampai-sampai aku jadi terkesima lalu menatapnya sampai dalam
Aku jatuh cinta padanya.
Aku suka.
Tapi mana mungkin aku bisa memilikinya sementara dia anak bos, anak pemilik perusahaan ini
Aku terus menerus memandangnya sampai jauh dan hilang diantara karyawan lain yang berjalan pulang
Aku baru tersadar saat Gia berusaha terus menerus menepuk-nepuk pundakku
"Ra,..heh...woi...Ra...mata...jaga mata" icap Gia
Aku tersadar dan menahan rasa malu
"Lu suka ya sama dia, ngaku aja deh lu" godanya
Aku mengelaknya
"Ih, sembarangan. Mana mungkin aku suka sama dia" ucapku masih menyembunyikan perasaanku
"Mmmm....bukan cuma lu yang suka sama si Bayu itu tapi semua cewek-cewek sini juga suka. Jadi kalau lu ngaku pun gak bakal dianggap aneh" jelas Gia
Tapi meskipun penjelasannya begitu aku tetap gengsi mengakuinya
Sekarang diruangan hanya ada tinggal aku dan Gia
Tapi Gia tetap yakin kalau aku suka laki-laki itu
"Lu suka kan sama dia ?"
Tetap aku jawab " Enggak!"
"Dah, ngaku aja" paksanya
"Enggak, Gia. Biasa aja" ucapku tetap keukeh menyembunyikannya
Akhirnya kami keluar dari ruangan setelah selesai menyiapkan pekerjaan untuk hari senin
Beberapa menit dalam perjalanan pulang akhirnya Gia kembali membahas laki-laki itu
Kami sudah sampai di rusun kali ini tugas aku yang menyiapkan makan
Gia mau makan mie rebus jadi aku masakkan juga sekalian untukku
Aku membawakan mie untuknya ke dalam kamar. Disitu Gia udah siap didepan tivi
"Silakan makan Baginda Ratu" ucapku sambil menyodorkan semangkuk mie dengan toping telur dan sayuran padanya
Gia menerimanya dengan senang
"Waah, makasih Dayang ku" candanya
Selang beberapa saat akhirnya kami makan bersama dengan santai sambil menonton tivi
Tapi Gia lagi-lagi membahas Ko Bayu padaku
"Lu suka ya sama Bayu ?"tanyanya lagi
Aku menggelengkan kepala sambil tetap menikmati kuah mie dengan bumbu yang bikin ketagihan
Tapi Gia tetep memaksaku dengan lembut
"Udah lah ngaku aja lu suka sama si Bayu itu, kalau lu suka sama dia gua bisa bantu kok supaya dia balik suka sama lu. Toh muka lu juga gak jelek-jelek banget, kalau misalkan lu udah jadi suami istri kan gak akan ketauan kalau sebenernya lu melet dia" ucapnya
Mendengarnya aku nyaris tersedak
Gia melanjutkan lagi "Nanti lu gua ajak ke dukun langganan gua gimana ?"
Akhirnya mendengar kalimatnya barusan aku langsung batuk-batuk tersedak lalu pergi ke dapur dan minum
Dari kamar Gia masih melanjutkan omongannya "Nanti kalau mau malam ini juga kita ke sana sekalian gua mau isi cincin dari Mama gua. Mau gak lu ?"
Mendengarnya aku jadi dilema dan tanpa sadar aku udah minum terlalu banyak
Gak lama di dapur, aku kembali ke kamar membawakan segelas air untuk Gia meskipun dia gak minta diambilkan
"Nih minum" sodorku
"Waah, makasih kamu baik sekali" ucapnya sambil menerimanya lalu langsung meminumnya
Gia masih mengajakkku rupanya dia penasaran dengan perasaanku pada Ko Bayu
"Gua tau lu malu jawab iya kalau lu suka Bayu, tapi gua yakin lu pasti mau gua ajakin ke dukun supaya aura lu dibuka terus dia suka sama lu" ucapnya masih terus promosikannya
Aku diam, sejenak memikirkan apa yang terjadi nantinya karena aku takut ada timbal balik dari dunia perpeletan itu
"Ada efek sampingnya gak ? .Misalnya dihantui setan-setan"
Gia menggeleng cepat sekali dan langsung meyakinkan aku
"Enggak ada...nyaman..aman..dijamin" jawabnya
Aku diam dan berfikir lagi.
Aku dilema.
Aku takut.
Tapi sepertinya aku memang naksir pada Bayu
"Oke deh aku coba ikut, tapi aman ya gak ada efek yang mematikan?" tanyaku lagi
"Ya..elaaaa...enggak ada Ra. Dijamin!"
"Emangnya kamu udah pernah melet orang ?" tanyaku
"Belum" jawabnya cepat
"Loh, kok tau kalau ini bakalan berhasil ?" tanyaku
"Bukan, karena emang gua gak pernah jatuh cinta aja sama orang" jawabnya
"Maksudnya?" tanyaku
"Semenjak orang tua gua pisah dan sekarang mereka meninggalkan gua, semenjak itulah gua gak perduli lagi dengan cinta cintaan"
"Separah itu kah perasaan kamu ?" tanyaku
"Iya, separah itu" jawabnya
Gia merapikan mangguk mie yang sudah kami habiskan
"Sini gua yang cuci, lebih baik dari sekarang lu siap-siap aja , nanti sekitar jam empat kita kesana" ucapnya sambil bergegas ke dapur
Mendengarnya menyuruh aku siap-siap tiba-tiba aku jadi merinding sendiri, sebenarnya ada rasa takut yang gak biasa
"Seriusan jadi ke sana ?" tanyaku
Gia sudah di dapur tapi dia tetap bisa mendengarku dan menjawabku
"Iya jadi dong" jawabnya dari balik kamar
Pukul Empat sore sudah menyambutku untuk pergi ke Dukun langganan Gia.
Yang paling bersemangat di sini cuma Gia. Terlihat jelas dari wajahnya yang sejak tadi sumringah
Kami sudah dalam perjalanan menuju rumah dukunnya Gia, Perjalanan cukup jauh memakan waktu dua jam.
Kami sampai diperkampungan dekat kota Jakarta, sebenarnya gak ada aura mistis seperti di film-film , semua seperti biasa aja.
Apalagi setelah kami sampai di rumahnya pun seperti rumah tembok yang biasa saja, semua normal gak ada yang menunjukkan kalau si pemilik rumah ini adalah seorang Dukun
Tapi memang saat masuk ke ruang tamu aku melihat ada pocong berdiri dibalik sofa yang akan aku duduki bersama Gia.
Wajahnya hitam gosong dan rusak semua, kain kafannya dekil sekali berlumuran lumpur tanah yang lembab dan bau busuk yang menyengat
Aku masih berdiri di mulut pintu
Meski Bapak tua itu menyuruh kami masuk "Silakan duduk" ucap Bapak tua itu memepersilakan kami.
Gia langsung duduk saja karena memang mungkin dia gak tau ada sosok apa dibelakang sofa. Dia gak bisa melihat sosok astral
Sementara aku tetap berdiri dipintu dengan wajah yang menyembunyikan ketakukan, Tapi si Bapak tua itu tetap menyuruhku dan sempat memperhatikan raut wajahku sepertinya dia tau kalau aku dalam ketakutan
"Silakan duduk Mbak" ucapnya
Akhirnya aku duduk saja meski aku sudah ketakutan karena sosok itu masih tetap berdiam tepat sekarang ada dibalik badanku
Setelah kami duduk berhadapan dengan Dukun itu akhirnya Gia memulai konsultasinya
Gia meletakkan cincin diatas meja untuk diberikan pada Dukun itu
"Ini Mbah cincin yang mau saya isi, tolong diisikan untuk bisa menjaga saya" ucapnya
Si Dukun yang dipanggil Mbah itu menerimanya lalu pergi ke kamarnya, entah apa yang dia lakukan didalam kamarnya
Beberapa menit berlalu si Mbah datang kembali lalu memberikan cincin itu pada Gia.
"Sudah saya isikan, tinggal dipakai aja jari kanan" ucapnya
Gia menerimanya dengan senang lalu langsung memakainya saat itu juga
Tanpa kelupaan juga, Gia memberitahu Dukun itu kalau aku juga ada perlu dengannya
"Mbah, sekalian ini ada teman saya juga mau minta tuk melet orang katanya" ucapnya
Si Mbah menolehku dan menatap mataku tajam sekali
Aku refleks menyangkalnya "Enggak, enggak jadi, enggak jadi" tolakku dengan gugup
Rupanya si Mbah gak tertarik dengan perpeletan yang Gia ucapkan, tapi justru si Mbah lebih melihat aku dari sisi lain
Sorot matanya seolah menatapku sangat tajam dan seakan akan dia bisa membaca isi kepalaku
"Kamu diikutin sosok hitam terus menerus ya. Sampai sekarang sosok hitamnya juga masih ikutin kamu, sosok hitamnya ada diluar pagar gak bisa masuk"
Aku terdiam mendengarnya, karena apa yang diungkapkannya benar adanya
Dari mana dia bisa tau.
Si Mbah menambahkan lagi "Sosok hitam itu sosok jahat, dia yang sempat membunuh satu keluargamu" tambahnya lagi
Sebuah ungkapan yang sulit aku harus aku terima atau gak
Aku terenyuk dan gak percaya mendengarnya "Maksudnya ?" tanyaku
"Iya dia kiriman seseorang, niat nya untuk menjadikan anggota keluarga kamu tumbal kekayaannya"
Mendengarnya kakiku jadi lemas tapi ini pasti bohong, tapi kalaupun dia bohong darimana dia tau kalau aku sering ketemu sosok hitam dan Ayahku meninggal
Aku tetap diam, Gia juga jadi diam
Suasana hening tapi si Mbah tetap bicara
"Sosok hitam itu sebenarnya mau masuk ke dalam tubuhmu mau cabut nyawamu tapi gak bisa karena kamu rajin ibadah, begitupun pada anggota keluargamu yang lainnya. Seinget kamu siapa orang yang paling mencurigakan saat itu ?"
Tapi saat mendengarnya aku udah gak tahan lagi, aku menangis sejadi-jadinya sementara Gia mecoba menenangkan ku dengan memelukku
"Sabar ya Ra " ucapnya dengan lembut
Aku masih menangis tubuhku gemetar dan dingin
Aku melepas paksa pelukan Gia dan masih tetap menangis. Aku marah pada si Mbah
"Aku gak percaya, ini bohong kan!" ucaplu pada si Mbah
Tapi si Mbah diam tetap dengan tenang menghadapiku, sepertinya dia memahamiku ia seperti membiarkan aku mengeluarkan uneg-uneg yang ada dikepalaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kustri
Paling kaya di kampung Rara, bu Tiwi ya... Apa dia x
2022-02-28
1