8. TERIMAKASIH KEPADA TUHAN

Mendengarnya kami langsung menoleh kebelakang rupanya Bu Lisa masih berdiri disitu memperhatikan kami dari belakang

Dari jauh Bu Lisa memberi kode kepada kami supaya kami gak perlu menghampirinya dan kami paham lalu berdiri saja tanpa ada langkah

"Bu, tunggu sebentar ya" pintanya sambil pergi entah ke mana.

Kami sudah menunggu cukup lama berdiri di depan kelas yang pintunya selalu tertutup jika pelajaran sedang berlangsung.

Kira-kira hampir setengah jam kami berdiri karena aku dan Ibu juga gak liat jam. Itu perkiraan aku aja. Karena betis sudah terasa kaku apalagi di lorong ini gak ada satupun tempat duduk

Dari ujung lorong Bu Lisa berjalan pelan ia tampak terlihat jauh lalu semakin mendekat dihadapan kami, ia tersenyum pada kami lalu menyodorkan sebuah amplop biru dengan kop nama sekolah kepadaku.

Aku bingung kenapa ia bisa memberikannya padaku

"Ambil dan capai cita-cita kamu" sodornya dengan senyuman khasnya yang keibuan

Aku terharu menerimanya meski aku gak buka isinya tapi aku tau kalau didalam amplop besar itu adalah ijasa.

Gak tau kenapa aku menangis didepannya, Ibu juga terharu karena merasa ditolong, ia banyak mengucapkan terimakasih pada Bu Lisa yang ikut haru melihat respon kami, terlihat jelas dari matanya yang berkaca-kaca

"Terimakasih Bu, terimakasih..terrimaaakasih banyak" ucap ibu berkali-kali dengan haru

Bu Lisa tersentuh lalu ia tersenyum sambil mengusap-usap kepalaku dengan lembut

"Ra, saya mengenal kamu adalah anak yang baik semoga selamanya kamu tetap menjadi anak yang baik" pesannya padaku lalu melapaskan usapan lembutnya

Aku menyeka air mataku dengan telapak tanganku meski air mataku masih mengalir

"Terimakasih ya Bu, Ibu baik banget. Saya akan tetap ingat pesan Ibu dulu. Kalau mau jadi orang baik harus dibiasakan dari awal supaya nanti jadi terbiasa sampai tua" ucapku masih haru

Bu Lisa mengacung dua jempol "Mantap, bagus sekali. Liat nih Bu anak Ibu anak yang baik" ucapnya pada Ibu

Ibuku tersenyum mendengarnya lalu merangkulku mungkin ia bangga bercampur haru

Akhirnya aku dan Ibu pamit pulang "Baik bu, kami pamit pulang ya Bu" ucapku dengan santun

"Oh iya hati-hati ya, sukses ya" ucapnya sambil melambaikan tangannya

Beberapa langkah saat berpamitan Obu berbalik badan seperti ada hal yang penting untuk dipertanyakan

"Oh iya Bu, ini kan seharusnya bayar. Bagaimana saya bisa membayarnya sementara saya belum punya uang" tanya Ibu jadi berbalik kebingungan

Disitu justru Bu Lisa tetap tenang dan menenangkan hati Ibu.

"Gak usah khawatir Bu, masalah ijasa ini sekarang Ibu berurusan dengan saya aja nanti kalau Rara sudah ada uang boleh bayar ke saya" ucapnya bijaksana

Ibu senang mendengarnya dan lagi-lagi ia mengucapkan terimakasih kembali

"Terimakasiiiihh banyak ya Bu..terimakasihhh" ucap Ibu lagi

"Sama-sama Bu" Ucapnya

Akhirnya kami benar-benar berpamitan dan keluar dari area sekolah.

Sesampainya si rumah aku buka isi amplop itu dan rupanya

"Bu ?" Panggilku

Ibu menghampiriku.

"Ada apa Ra ?"

Aku memperlihatkan Ijasa ku pada Ibu

"Ini loh bu padahal aku pikir foto copian tau-taunya ijasa asli"

Aku sumringah melihatnya begitupun Ibu yang mengucap syukur berkali-kali "Alhamdulillah ya Ra, ternyata orang baik masih banyak"

"Iya Bu dia memang guru yang paling disayang semua murid di sekolah itu semua staff juga kenal dia itu baik tapi aku gak kepikiran kalau dia bisa lebih baik dengan cara kasih ijasa ini" ucapku

Ibu masih mengucap syukur "Alhamdulliah, semoga Bu Lisa sehat-sehat ya, rejekinya selalu melimpah"

Aku menyambut doanya Ibu "Amin"

"Ra, Ibu mau pergi ke rumah Pak Alan dulu ya"

"Ibu mau apa ? bukannya Ibu gak mau kerja sama dia lagi ?"

"Iya, tapi Ibu mau minta tumpangan sama dia"

"Tumpangan apa Bu ?"

"Supaya kamu bisa ke Jakarta, karena kan dia juga suplay sayuran ke Jakarta"

"Oh gitu, tapi apa itu gak memalukan Bu karena kita terlalu merepotkan"

"Insya Allah enggak Ra, berdoa aja supaya ada jalan yang terbaik ya"

"Amin Bu" aku mengangguk

"Ya udah kamu di sini aja sambil berbenah, nanti sekaligus temenin Tiara. Jangan lupa doakan Ibu ya supaya kamu bisa diijinkan dapat tumpangan"

"Iya Bu"

Lagi dalam obrolan tiba-tiba suara panci seperti dibanting ke lantai terdengar keras sekali,

Praanggggg!

Suara itu kami dengar dari dalam dapur

Spontan kami kaget bercampur panik sempat juga suasana tiba-tiba terasa hening mencekam sementara kami masih saling menoleh kebingungan. Karena kalau pun dijatuhkan oleh tikus bunyinya gak sekasar itu tapi suara ini seperti ada seorang yang sengaja membantingnya dengan tenaga kemarahan

Tapi suara itu terdengar untuk yang kedua kalinya

Praaannngggg!

Ibu mendengarnya sampe tersentak sampai-sampai kami jadi paranoid

Ibu mencoba memanggil nama adikku "Tiara ?" panggilnya, walau sebenarnya Ibu tau pasti itu bukan Tiara yang melakukannya, sementara kami masih duduk melantai dan takut untuk mengecek keadaan

Tapi isi dalam rumah benar-benar jadi mencekam seolah ada makhluk lain yang ikut berkumpul di rumah, hawa nya beda bukan hawa yang biasa aku rasakan.

Agak panas dan sesak

Meski aku jadi ketakutan, jantung berdebar kencang kaki lemas melangkah pikiran kacau membayangkan hal yang diluar nalar, tapi aku berusaha memberanikan diri untuk memeriksa ke dapur.

Ibu berjalan dibelakangku, kami melangkah pelan-pelan sambil mengintip dari pintu.

Baru kali ini kami ketakutan di rumah sendiri, dan baru kali ini kami ketakutan dengan pikiran mistis

Ibu bergumam "Kosong gak ada siapa-siapa Ra"

Kami melihat isi dapur memang gak ada siapa-siapa akhirnya aku melangkah masuk menyaksikan ruangan dapur masih rapi tapi memang ada panci yang sudah tengkurap dekat tungku api, aku juga ingat betul panci untuk mengaron nasi ini sudah bersih dan sudah aku gantung dengan rapi dipaku

Ibu mangambilnya lalu menggantungkannya kembali

"Kenapa bisa begini ya Ra ?" gumamnya lagi

"Iya Bu aku juga bingung kenapa bisa begitu, seingat aku itu sudah aku cuci dan aku gantung"

"Iya ibu juga bingung. Aneh ya" Ucapnya lalu akhirnya gak perduli lagi dengan keanehan yang terjadi ia bersikap seperti gak terjadi apa-apa

Tapi dari sudut dapur sosok hitam tinggi besar melayang pelan-pelan menghampiriku tapi aku gak mau panik karena Ibu pasti bisa syok melihat tingkahku, karena aku yakin pasti Ibu gak bisa melihat sosok yang gak berbentuk manusia dan gak berwajah tapi dia hanya hitam seperti bayangan tapi seperti berjubah

Semakin sosok hitam itu menghampiriku semakin aku mundur tapi rupanya Ibu sudah gak bersamaku. Sosok hitam itu makin mempercepat lajunya ia mengambang berusaha menghantamku karena sudah mau menabrakku aku refleks jongkok menutup wajahku dengan dua telapak tanganku lalu terus menerus mengucap doa.

Sosok hitam itu hilang, ya hilang begitu aja.

Aku berdiri sambil mengucap syukur kalau Tuhan sudah melindungiku dari makhluk asing itu

Saat bersamaan Ibu datang kembali ke dapur untuk berpamitan, untungnya kejadian barusan Ibu gak tau sama sekali

"Ra, Ibu pergi ke rumah Pak Alan dulu ya" pamitnya

"Iya Bu hati-hati ya bu" balasku

"Jaga rumah ya Ra, jagain Tiara juga. Ibu gak akan lama" pesannya

Aku mengangguk paham " Iya Bu"

Pukul lima sore Ibu baru pulang ia membawa kabar yang cukup membuat aku gak bisa berkata-kata apa lagi

"Ra, Tiara di mana ?" tanyanya padaku setelah dia duduk melantai di ruang tamu

"Lagi mandi Bu" jawabku lalu duduk menghadapnya

"Ra, Ibu mau kasih tau kamu" ucapnya datar

Ya Tuhan, ini pasti kabar yang buruk

"Besok kamu bisa ikut ke Jakarta bareng supir Pak Alan" ucapnya

Aku tersenyum simpul tapi aku mendadak sedih tiba-tiba aku menangis

"Kenapa nangis Ra ?" tanya Ibu

"Tiba-tiba aja aku gak siap Bu"

"Jangan berpikiran begitu, ini adalah niat kamu dan Tuhan sudah bukakan jalan jadi kamu harus bisa menerimanya"

Aku menyeka air mataku

"Iya Bu, aku takut Ibu sakit tapi gak ada yang urus"

"Loh, kan masih ada Tiara"

"Tiara masih kecil Bu"

"Tapi Tiara anak Ibu. Sudahlah Ra, percayalah ketika kamu menjalankan niat baikmu dan Tuhan memberikan jalan keluar dalam setiap prosesnya meskipun sakit meskipun kamu terluka tapi itu semata-mata tanda kalau kamu akan berhasil"

Aku hanya diam menunduk mendengarkan nasehat Ibu

"Jangan pernah menyerah Ra, apa pun yang terjadi. Ketika kamu saat ini terasa lelah melangkah ingatlah peristiwa kemarin yang juga sulit tapi bisa kamu lalui sampai dititik ini kan ?. Jadi teruslah melangkah, berjuang sampai Tuhan panggil kamu tuk pulang"

"Iya Bu" air mataku kembali menetes jatuh ke tikar pandan hasil tenunan Ayah. Mendengarnya semangatku kembali berkumpul dan aku semakin siap mental

"Sekarang kamu siap-siap ya, nanti sama Supir Pak Alan bakalan dibantuin untuk cari tempat tinggal pada hari itu juga untuk kamu, itulah yang membuat Ibu cukup lega melepas kamu"

Aku senang mendengarnya

"Alhamdulillah, baik banget ya Pak Alan"

"Iya dia baik banget dari dulu dia masih jadi orang baik, semoga aja sehat-sehat selalu dan banyak rejekinya. Amin"

Aku menyambut doa Ibu "Amin"

Sehabis Isya aku membungkus pakaianku ke dalam ransel tas jaman aku sekolah kebetulan tasnya besar dan masih bagus meskipun memang sudah banyak jahitannya, ransel biru yang dibelikan Ayah sewaktu aku baru masuk SMP aku memakainya sampai lulus SMA. Ayah membelikannya karena dia tau kalau aku suka dengan warna biru muda.

Aku masukkan pakaian seadanya karena memang bajuku sedikit jadi aku yang bawa ya memang ala kadarnya juga.

Semua bawaan sudah siap aku ajak ke Jakarta besok jam tiga pagi aku akan berangkat ke pasar untuk sama-sama pergi ke Jakarta bersama supir Pak Alan.

Tapi permasalahannya sudah jam satu malam aku benar-benar gak bisa tidur mataku masih awas menatap langit-langit kamar yang gak ada plafonnya terlihat kayu-kayu pondasi atap yang seperti kerangka

Malam semakin sunyi dan sepi yang ramai cuma suara jangkrik yang semakin nyaring

Tiba-tiba aja dari balik kayu menyembul rambut hitam panjang terurai tapi gak ada wujudnya, sontak aku kaget bercampur panik sampai loncat dari ranjang dan jatuh ke samping ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!