"Jangan bilang mami tentang masalah hari ini, kakak gak mau mami sakit lagi," pesan Vanya pada Bagas sebelum masuk kedalam rumah.
"Bagas mengerti kak," ucap Bagas yang sebenarnya sudah lelah dengan drama keluarganya ini.
Mereka kemudian masuk kedalam rumah, hati yang panas dengan segenap emosi langsung dingin ketika melihat senyum hangat dari sang mami.
"Eh, anak-anak mami sudah pulang. Mandi gih, mami mau bantu bibi masak untuk makan malam," ujar Liana membuat kedua anaknya saling pandang.
"Kok tumben mami masak?" tanya Vanya heran.
"Mau ada tamu ya mi?" timpal Bagas.
"Gak ada, cuma ingin aja. Masak sesekali buat anak-anak mami masa gak boleh!"
"Vanya bantu ya mi....!"
"Gak usah, kamu pasti lelah. Mandi sana, kecantikan kamu luntur lima persen nih karena belum mandi...!" canda Linda membuat Vanya tertawa.
"Ada-ada aja!" seru Bagas.
Bagas dan Vanya masuk kedalam kamar masing-masing. Beristirahat sebentar kemudian mandi. Selesai mandi Vanya langsung turun untuk melihat maminya.
"Mi, banyak banget masaknya?"
"Lah kenapa?"
"Mau ada tamu ya mi, siapa?" tanya Vanya penasaran.
"Gak ada....!" seru Liana yang tidak mau memberitahu Vanya, "udah ah, bantu bibi sana. Hidangkan makanannya cepat!"
Vanya yang sebenarnya masih bingung dan penasaran hanya bisa mengikuti perintah sang mami.
Bagas yang baru keluar dari kamarnya memilih duduk di meja makan sambil bermain ponsel.
"Kak, itu tadi siang kak Leon kok aneh ya!"
"Aneh apanya?" tanya Vanya yang sebenarnya mengerti.
"Kak Leon seperti memiliki dendam pada tante Mira."
"Dari mana kau tahu?"
"Dari tatapannya, Bagas lihat sendiri saat kak Leon mengepalkan tangannya tadi."
"Itu hanya firasat mu saja. Buka pintu sana, sepertinya ada tamu...!" titah Vanya pada adiknya.
Bergegas Bagas membuka pintu lalu mempersilahkan sang tamu untuk masuk.
"Uh, rajinnya...!" ucap Leon mengejutkan Vanya.
"Leon,....ih kok bisa....?" Vanya bingung melihat kedatangan Leon.
"Wah, calon mantu mami sudah datang ternyata. Ayo duduk dulu, mami akan memotong buah sebentar!" Liana menyapa Leon, begitu juga sebaliknya.
"Jadi, tamu mami sebenarnya itu kamu?" tanya Vanya semakin bingung.
"Iya, mami mu mengundang ku untuk makan malam!" jawab Leon membuat Vanya dan Bagas saling pandang.
"Sudah dua malam ini kau tidak pergi bekerja. Jika kau di pecat bagaimana?" Vanya khawatir pada pekerjaan Leon.
"Tidak akan, tidak ada yang berani memecat ku!" jawab Leon.
"Ya begini, laki-laki akan berjuang demi wanita yang dia cintai. Contohnya seperti kak Leon, dia rela mempertaruhkan pekerjaannya demi kak Vanya." Celoteh Bagas.
"Leon, terimakasih loh udah datang. Tante sangat senang sekali."
"Leon juga senang tante. Apa lagi kalau lihat wajah anak tante...!"
"Leon,....!" Vanya mencubit lengan Leon.
"Ayo makan, jangan malu-malu. Semua ini tante yang masak, di bantu bibi tadi."
"Wah, tante hebat. Mertua idaman!" puji Leon membuat Liana semakin senang sedangkan Vanya hanya sibuk mengatur rasa malunya.
"Jadi, kapan dong mau melamar anak tante....?" tanya Liana membuat Vanya tersedak namun tidak dengan Leon.
"Mi,.....!" Vanya melirik tajam.
"Diam kau!" sentak Liana pada anaknya.
"Memangnya tante sudah yakin jika Leon laki-laki yang baik untuk anak tante?" tanya Leon.
"Vanya banyak berubah sejak mengenal kamu. Tante yakin jika kamu dan Vanya sudah berjodoh!"
"Leon cuma karyawan biasa di perusahaan. Apa tante gak malu punya menantu miskin seperti Leon?"
"Jangan merendah seperti itu, tante gak suka!"
"Kak Leon pasti takut dengan omongan orang ya...?" tebak Bagas.
"Tidak juga, tapikan Vanya bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih tinggi dari Leon tante."
"Yang kaya dan berpendidikan banyak, tapi sejauh ini hanya kamu yang memiliki attitude baik. Tante tidak mengharapkan materi, cukup sayangi Vanya dan jangan buat hidup Vanya sama seperti tante saja," tutur Liana membuat Leon tersenyum tipis. Lelaki ini dapat merasakan sebuah ketakutan dalam diri Liana.
"Semua tergantung Vanya. Kalau Vanya siap, Leon akan jauh lebih siap. Tapi, jika Vanya ragu sebaiknya berpikir dulu. Pernikahan bukan untuk di permainkan, menyatukan dua ego itu sangat sulit. Leon tidak ingin melihat Vanya nantinya kecewa telah memilih Leon."
"Siapa yang kecewa?" Vanya kesal.
"Maaf tante, jikalau pun kami menikah, Leon tidak bisa memberikan pesta mewah. Leon hanya sebatang kara tante."
"Tante mengerti. Ya sudah, lanjut makanannya!" ujar Liana.
Mendengarkan langsung obrolan mami dan Leon, nasi yang di kunyah Vanya seakan tidak bisa di telannya. Jantung Vanya terus berdebar kencang. Sedangkan Bagas hanya bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi wajah sang kakak. Bagas tidak percaya jika maminya lah yang jauh lebih agresif untuk menikahkan sang kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Widia Aja
Mami Lina, mertua idaman
2025-03-12
0
Vera Diani
Mami Liana bener bener mertua idaman y Mas Leon 😘🤭🤪😂
2022-10-05
0
💜bucinnya taehyung💜
cafe ny punya leon y
2022-06-13
0