"Vanya,....mami ingin bicara dengan mu nak,"
"Tentang papi?"
Vanya sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan oleh maminya.
"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini Vanya?" Liana menatap wajah anaknya dengan sedih.
"Mi, sampai kapan pun Vanya tidak akan pernah lupa rasa sakit itu. Jadi, Vanya mohon jangan memaksa Vanya untuk memaafkan dia...!"
"Mami tidak memaksa mu nak. Tapi, akan lebih baik jika kita hidup saling berdamai."
"Terserah mamah saja. Vanya sudah bosan mendengarnya!" ujar Vanya kemudian berlalu begitu saja.
Bagas yang baru turun hanya bisa memandang kakaknya penuh tanda tanya.
"Kak....!" sapa Bagas hanya mendapatkan lirikan tajam dari kakaknya.
Vanya masuk kedalam kamarnya, tak berapa lama keluar lagi dengan memakai pakaian tebal dan membawa kunci mobil.
"Kak, mau kemana?" tanya Bagas.
"Iya, mau kemana kamu?" Liana juga ikut bertanya.
"Butuh angin malam mi, Vanya pergi dulu sebentar!" pamit Vanya.
"Jangan aneh-aneh loh Vanya!" seru Liana.
"Gak lah mi, siapa tahu pulang bawa mantu untuk mami...!" gurau Vanya.
"Amiiiiiinnn.....!" ucap Bagas dan Liana bersamaan.
Vanya hanya tertawa menanggapi mami dan adiknya, wanita ini langsung pamit pergi.
"Kakak itu sedang tertarik dengan karyawan baru di kantor mi. Jadi, biarkan saja!"
"Seganteng apa sih....?" tanya Liana penasaran.
"Lebih ganteng Bagas sih mi...!" seru Bagas.
"Kakak mu memiliki perangai yang tidak bisa di jelaskan. Tergantung suasana hatinya lah. Semoga karyawan itu bisa menjadi teman kakak mu ya...!"
"Jadi suami lebih baik mi. Umur kakak sudah hampir dua puluh delapan tahun, apa dia akan tetap seperti ini?"
"Kamu benar juga Bagas. Sekarang mami gak minta laki-laki kaya atau pun berpendidikan tinggi. Yang penting dia bertanggung jawab dan sayang pada kakak mu."
Bagas hanya bisa menanyakan tapi dalam hatinya juga mendoakan yang terbaik untuk kakaknya.
Sementara itu, Vanya yang baru saja memarkirkan mobilnya langsung turun dan masuk kedalam cafe. Pandangan Vanya langsung tertuju pada sosok yang sangat di kenalnya.
"Leon....!" sapa Vanya mengejutkan Leon yang sedang melayani pengunjung.
"Bu,...eh kok bisa di sini?" tanya Leon.
"Panggil Vanya aja. Ini di luar jam kerja!"
"Oh iya, lupa!" seru Leon.
Leon kemudian mencarikan meja yang kosong untuk Vanya. Leon juga ikut duduk.
"Sejak kapan kamu kerja di sini?" tanya Vanya yang merasa aneh. Bukannya apa-apa, Vanya hampir setiap minggu pergi ke cafe ini tapi tidak pernah melihat Leon.
"Sebenarnya sudah lama sih, tapi aku gak kerja cafe yang ini,"
"Lalu di mana?" tanya Vanya semakin penasaran.
"Di cabangnya dekat jembatan sana. Kebetulan malam ini di cafe yang ini kekurangan karyawan jadi aku di lempar ke sini." Perjelas Leon.
"Kamu gak lelah harus kerja dua waktu?" tanya Vanya lagi.
"Lelaki harus memiliki tulang yang kuat. Di masa depan, ada anak dan istri yang harus di beri makan juga di cukupi segala kebutuhannya. Jadi, aku harus belajar bekerja keras!" tutur Leon membuat hati Vanya menghangat.
"Pacar mu pasti bangga memiliki pasangan seperti mu!" ujar Vanya.
"Belum punya pacar sih....!" ucap Leon malu-malu.
Deg....ada perasaan yang aneh dalam benak Vanya.
"Em, kalau begitu aku kerja dulu. Gak enak di lihat yang lain." Leon beranjak dari duduknya, Vanya hanya menanggapi dengan senyuman. Wanita ini mulai tertarik untuk memperhatikan Leon, yang membuat Vanya senang terhadap Leon karena lelaki itu selalu tersenyum ramah pada siapa pun.
Setengah jam sudah berlalu, Vanya masih betah berada di cafe itu. Jika sepi, Leon akan menemani Vanya mengobrol, jika ramai Leon akan melanjutkan pekerjaannya begitu seterusnya tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Sudah malam,kenapa belum pulang?" tanya Leon.
"Aku menunggu mu!" jawab Vanya membuat Leon heran.
"Kenapa menunggu ku?" tanya Leon.
"Em,...kenapa ya....?" Vanya mulai bingung, wanita menunjukkan wajah malu-malunya.
"Eh, kenapa?"
"Pengen nganterin kamu pulang aja!" jawab Vanya spontan.
Leon mengerutkan keningnya, baru beberapa hari Vanya mengenal dirinya sebagai seorang karyawan tapi kenapa ada rasa yang berbeda di rasakan oleh mereka berdua.
"Tapi, aku membawa motor sendiri. Tidak mungkin jika harus ku tinggal di sini,"
"Kalau begitu kau saja yang mengantarkan aku pulang....!"
Jleeeb,...
Vanya langsung menarik hatinya malu, entah kenapa juga wanita ini sangat ingin berada di samping Leon terus.
"Mobilnya....?"
"Supir ku yang akan mengambilnya besok pagi...!"
"Jika hilang bagaimana?" tanya Leon tidak enak hati.
"Beli lagi...!" seru Vanya tanpa berpikir panjang.
"Aku tidak tanggung jawab loh. Kau tahu sendiri aku hanya seorang karyawan di kantor mu!"
"Tidak, aku tidak akan menuntut mu!" tegas Vanya.
"Ya sudah, ayo ku antar pulang!"
Benar-benar pergi mencari angin, Vanya yang di bonceng Leon merasa sangat bahagia. Untuk pertama kalinya Vanya merasakan hal seperti ini.
"Jangan tersenyum terus, aku takut melihatnya...!" tegur Leon yang sejak tadi melihat senyum lebar Vanya dari kaca spion.
"Hih, aku senang aja gitu. Baru sekarang aku di bonceng naik motor malam-malam. Ternyata, rasanya seru juga...!"
"Masa sih...?"
"Iya, hidup ku hanya di sibukkan dengan bekerja. Kalau pergi, itu juga sama Bagas dan Dalia."
"Em, bagaimana jika minggu depan aku mengajak mu pergi? tapi naik motor loh, aku gak punya mobil...!"
"Iya, gak apa-apa kok. Aku sebenarnya gak punya teman cowok, baru sama kamu aja pergi seperti ini."
"Serius? ah masa?" tanya Leon tidak percaya. Sekelas wanita seperti Vanya pasti saja banyak laki-laki tampan dan kaya akan memperebutkannya.
"Iya, masa lalu keluarga ku lah yang membuat ku menjadi seperti ini. Kau lihat saja kan tadi siang...?"
Leon hanya diam, lelaki ini tidak berniat untuk mengorek informasi tentang keluarga Vanya.
"Eh, ngomong-ngomong ini lewat mana?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan mereka.
"Oh, itu jalan terus belok kanan nanti masuk kawasan perumahan nanti aku kasih tahu yang mana rumah ku...!" jawab Vanya.
Mulai larut, buru-buru Leon mempercepat laju motornya. Rasanya cukup malu juga ketika Leon melihat rumah-rumah mewah yang berjejer rapi.
Setibanya di rumah Vanya, wanita ini langsung turun dan mengucapkan terimakasih pada Leon. Leon juga langsung pamit. Sementara itu, Bagas dan mami yang mengetahui Vanya pulang langsung mengintip di balik jendela. Mereka juga bersembunyi karena tidak ingin Vanya tahu jika mereka sedang mengintip.
"Nah, itu yang namanya Leon mah!" ujar Bagas memberitahu.
"Ya ampun, ganteng banget. Sepertinya murah senyum, pantesan aja kakak mu sikapnya seperti itu,"
"Ya udah, ayo masuk kamar. Jika kakak lihat kita bahaya nanti,...!" ujar Bagas kemudian mereka buru-buru masuk kedalam kamar masing-masing.
Vanya yang baru masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar penuh kebahagiaan. Hatinya benar-benar berbunga malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Vera Diani
Ciiieee nu jatuh cintrong 😂🤣😂🤣
2022-10-05
1
Nur Suci Aeni
jatuh cinta 🥰🥰
2022-06-08
0
Edo Setiawan
lanjut
2022-06-02
0