04.Eh, Kenapa?

"Vanya,....mami ingin bicara dengan mu nak,"

"Tentang papi?"

Vanya sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan oleh maminya.

"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini Vanya?" Liana menatap wajah anaknya dengan sedih.

"Mi, sampai kapan pun Vanya tidak akan pernah lupa rasa sakit itu. Jadi, Vanya mohon jangan memaksa Vanya untuk memaafkan dia...!"

"Mami tidak memaksa mu nak. Tapi, akan lebih baik jika kita hidup saling berdamai."

"Terserah mamah saja. Vanya sudah bosan mendengarnya!" ujar Vanya kemudian berlalu begitu saja.

Bagas yang baru turun hanya bisa memandang kakaknya penuh tanda tanya.

"Kak....!" sapa Bagas hanya mendapatkan lirikan tajam dari kakaknya.

Vanya masuk kedalam kamarnya, tak berapa lama keluar lagi dengan memakai pakaian tebal dan membawa kunci mobil.

"Kak, mau kemana?" tanya Bagas.

"Iya, mau kemana kamu?" Liana juga ikut bertanya.

"Butuh angin malam mi, Vanya pergi dulu sebentar!" pamit Vanya.

"Jangan aneh-aneh loh Vanya!" seru Liana.

"Gak lah mi, siapa tahu pulang bawa mantu untuk mami...!" gurau Vanya.

"Amiiiiiinnn.....!" ucap Bagas dan Liana bersamaan.

Vanya hanya tertawa menanggapi mami dan adiknya, wanita ini langsung pamit pergi.

"Kakak itu sedang tertarik dengan karyawan baru di kantor mi. Jadi, biarkan saja!"

"Seganteng apa sih....?" tanya Liana penasaran.

"Lebih ganteng Bagas sih mi...!" seru Bagas.

"Kakak mu memiliki perangai yang tidak bisa di jelaskan. Tergantung suasana hatinya lah. Semoga karyawan itu bisa menjadi teman kakak mu ya...!"

"Jadi suami lebih baik mi. Umur kakak sudah hampir dua puluh delapan tahun, apa dia akan tetap seperti ini?"

"Kamu benar juga Bagas. Sekarang mami gak minta laki-laki kaya atau pun berpendidikan tinggi. Yang penting dia bertanggung jawab dan sayang pada kakak mu."

Bagas hanya bisa menanyakan tapi dalam hatinya juga mendoakan yang terbaik untuk kakaknya.

Sementara itu, Vanya yang baru saja memarkirkan mobilnya langsung turun dan masuk kedalam cafe. Pandangan Vanya langsung tertuju pada sosok yang sangat di kenalnya.

"Leon....!" sapa Vanya mengejutkan Leon yang sedang melayani pengunjung.

"Bu,...eh kok bisa di sini?" tanya Leon.

"Panggil Vanya aja. Ini di luar jam kerja!"

"Oh iya, lupa!" seru Leon.

Leon kemudian mencarikan meja yang kosong untuk Vanya. Leon juga ikut duduk.

"Sejak kapan kamu kerja di sini?" tanya Vanya yang merasa aneh. Bukannya apa-apa, Vanya hampir setiap minggu pergi ke cafe ini tapi tidak pernah melihat Leon.

"Sebenarnya sudah lama sih, tapi aku gak kerja cafe yang ini,"

"Lalu di mana?" tanya Vanya semakin penasaran.

"Di cabangnya dekat jembatan sana. Kebetulan malam ini di cafe yang ini kekurangan karyawan jadi aku di lempar ke sini." Perjelas Leon.

"Kamu gak lelah harus kerja dua waktu?" tanya Vanya lagi.

"Lelaki harus memiliki tulang yang kuat. Di masa depan, ada anak dan istri yang harus di beri makan juga di cukupi segala kebutuhannya. Jadi, aku harus belajar bekerja keras!" tutur Leon membuat hati Vanya menghangat.

"Pacar mu pasti bangga memiliki pasangan seperti mu!" ujar Vanya.

"Belum punya pacar sih....!" ucap Leon malu-malu.

Deg....ada perasaan yang aneh dalam benak Vanya.

"Em, kalau begitu aku kerja dulu. Gak enak di lihat yang lain." Leon beranjak dari duduknya, Vanya hanya menanggapi dengan senyuman. Wanita ini mulai tertarik untuk memperhatikan Leon, yang membuat Vanya senang terhadap Leon karena lelaki itu selalu tersenyum ramah pada siapa pun.

Setengah jam sudah berlalu, Vanya masih betah berada di cafe itu. Jika sepi, Leon akan menemani Vanya mengobrol, jika ramai Leon akan melanjutkan pekerjaannya begitu seterusnya tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Sudah malam,kenapa belum pulang?" tanya Leon.

"Aku menunggu mu!" jawab Vanya membuat Leon heran.

"Kenapa menunggu ku?" tanya Leon.

"Em,...kenapa ya....?" Vanya mulai bingung, wanita menunjukkan wajah malu-malunya.

"Eh, kenapa?"

"Pengen nganterin kamu pulang aja!" jawab Vanya spontan.

Leon mengerutkan keningnya, baru beberapa hari Vanya mengenal dirinya sebagai seorang karyawan tapi kenapa ada rasa yang berbeda di rasakan oleh mereka berdua.

"Tapi, aku membawa motor sendiri. Tidak mungkin jika harus ku tinggal di sini,"

"Kalau begitu kau saja yang mengantarkan aku pulang....!"

Jleeeb,...

Vanya langsung menarik hatinya malu, entah kenapa juga wanita ini sangat ingin berada di samping Leon terus.

"Mobilnya....?"

"Supir ku yang akan mengambilnya besok pagi...!"

"Jika hilang bagaimana?" tanya Leon tidak enak hati.

"Beli lagi...!" seru Vanya tanpa berpikir panjang.

"Aku tidak tanggung jawab loh. Kau tahu sendiri aku hanya seorang karyawan di kantor mu!"

"Tidak, aku tidak akan menuntut mu!" tegas Vanya.

"Ya sudah, ayo ku antar pulang!"

Benar-benar pergi mencari angin, Vanya yang di bonceng Leon merasa sangat bahagia. Untuk pertama kalinya Vanya merasakan hal seperti ini.

"Jangan tersenyum terus, aku takut melihatnya...!" tegur Leon yang sejak tadi melihat senyum lebar Vanya dari kaca spion.

"Hih, aku senang aja gitu. Baru sekarang aku di bonceng naik motor malam-malam. Ternyata, rasanya seru juga...!"

"Masa sih...?"

"Iya, hidup ku hanya di sibukkan dengan bekerja. Kalau pergi, itu juga sama Bagas dan Dalia."

"Em, bagaimana jika minggu depan aku mengajak mu pergi? tapi naik motor loh, aku gak punya mobil...!"

"Iya, gak apa-apa kok. Aku sebenarnya gak punya teman cowok, baru sama kamu aja pergi seperti ini."

"Serius? ah masa?" tanya Leon tidak percaya. Sekelas wanita seperti Vanya pasti saja banyak laki-laki tampan dan kaya akan memperebutkannya.

"Iya, masa lalu keluarga ku lah yang membuat ku menjadi seperti ini. Kau lihat saja kan tadi siang...?"

Leon hanya diam, lelaki ini tidak berniat untuk mengorek informasi tentang keluarga Vanya.

"Eh, ngomong-ngomong ini lewat mana?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan mereka.

"Oh, itu jalan terus belok kanan nanti masuk kawasan perumahan nanti aku kasih tahu yang mana rumah ku...!" jawab Vanya.

Mulai larut, buru-buru Leon mempercepat laju motornya. Rasanya cukup malu juga ketika Leon melihat rumah-rumah mewah yang berjejer rapi.

Setibanya di rumah Vanya, wanita ini langsung turun dan mengucapkan terimakasih pada Leon. Leon juga langsung pamit. Sementara itu, Bagas dan mami yang mengetahui Vanya pulang langsung mengintip di balik jendela. Mereka juga bersembunyi karena tidak ingin Vanya tahu jika mereka sedang mengintip.

"Nah, itu yang namanya Leon mah!" ujar Bagas memberitahu.

"Ya ampun, ganteng banget. Sepertinya murah senyum, pantesan aja kakak mu sikapnya seperti itu,"

"Ya udah, ayo masuk kamar. Jika kakak lihat kita bahaya nanti,...!" ujar Bagas kemudian mereka buru-buru masuk kedalam kamar masing-masing.

Vanya yang baru masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar penuh kebahagiaan. Hatinya benar-benar berbunga malam ini.

Terpopuler

Comments

Vera Diani

Vera Diani

Ciiieee nu jatuh cintrong 😂🤣😂🤣

2022-10-05

1

Nur Suci Aeni

Nur Suci Aeni

jatuh cinta 🥰🥰

2022-06-08

0

Edo Setiawan

Edo Setiawan

lanjut

2022-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 01.Sabar Bagas
2 02.Maaf Bu
3 03.Entahlah
4 04.Eh, Kenapa?
5 05.Bohong
6 06.Diamlah!
7 07.Leon Bertamu
8 08.Tidak Mau!
9 09.Aku Malu
10 10.Seperti Kita
11 11.Kotor Sekali
12 12.Misi
13 13.Aku Menyukai Mu
14 14.Sedikit Masa Lalu Leon
15 15.Aku Rindu Sama Kamu
16 16.Sombong Sekali
17 17.Sudahlah!
18 18.Semua Tergantung Vanya
19 19.Biarkan Saja
20 20.Menikahlah Liana
21 21.Bagaimana?
22 22.Diam Kau!
23 23.Ini Bukan Naomi
24 24.Hentikan
25 25.Apa Hubungannya
26 26.Secepatnya
27 27.Diam Kau!
28 28.Tidak Ada
29 29.Vanya Emosi
30 30.Bercanda
31 31.Memfitnah
32 32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33 33.Sialan Kau!
34 34.Kenapa Tersenyum?
35 35.Bohong
36 36.Lepaskan Aku
37 37.Kenapa Memangnya?
38 38.Dia Anakku
39 39.Kita Lihat Saja Nanti
40 40.Menurut Mu
41 41.Jangan Menekannya
42 42.Saya Mengerti
43 43.Tidak Masalah
44 44.Kenapa Tersenyum?
45 45.Kami Berjanji
46 46.Panggil Mami
47 47.Sabar
48 48.Gosip
49 49.Terus Suami ku
50 50.Jangan Bohong
51 51.Biasa Saja
52 52.Ini Masih Sore
53 53.Gas Terus
54 54.Berhenti Menggodaku
55 55.Peluk Aku
56 56.Suka Begitu
57 57.Kau Kenapa?
58 58.Bukalah
59 59.Janji Apa?
60 60.Biarkan Saja
61 61.Lepaskan Dia
62 62.Senyum Dong
63 63.Titip Salam
64 64.Biarkan Saja
65 65.Yang Sabar Leon
66 66.Kenapa Kau Menangis?
67 67.Eh, Kenapa?
68 68.Jawab....
69 69.Masih Kuat?
70 70.Tamat
Episodes

Updated 70 Episodes

1
01.Sabar Bagas
2
02.Maaf Bu
3
03.Entahlah
4
04.Eh, Kenapa?
5
05.Bohong
6
06.Diamlah!
7
07.Leon Bertamu
8
08.Tidak Mau!
9
09.Aku Malu
10
10.Seperti Kita
11
11.Kotor Sekali
12
12.Misi
13
13.Aku Menyukai Mu
14
14.Sedikit Masa Lalu Leon
15
15.Aku Rindu Sama Kamu
16
16.Sombong Sekali
17
17.Sudahlah!
18
18.Semua Tergantung Vanya
19
19.Biarkan Saja
20
20.Menikahlah Liana
21
21.Bagaimana?
22
22.Diam Kau!
23
23.Ini Bukan Naomi
24
24.Hentikan
25
25.Apa Hubungannya
26
26.Secepatnya
27
27.Diam Kau!
28
28.Tidak Ada
29
29.Vanya Emosi
30
30.Bercanda
31
31.Memfitnah
32
32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33
33.Sialan Kau!
34
34.Kenapa Tersenyum?
35
35.Bohong
36
36.Lepaskan Aku
37
37.Kenapa Memangnya?
38
38.Dia Anakku
39
39.Kita Lihat Saja Nanti
40
40.Menurut Mu
41
41.Jangan Menekannya
42
42.Saya Mengerti
43
43.Tidak Masalah
44
44.Kenapa Tersenyum?
45
45.Kami Berjanji
46
46.Panggil Mami
47
47.Sabar
48
48.Gosip
49
49.Terus Suami ku
50
50.Jangan Bohong
51
51.Biasa Saja
52
52.Ini Masih Sore
53
53.Gas Terus
54
54.Berhenti Menggodaku
55
55.Peluk Aku
56
56.Suka Begitu
57
57.Kau Kenapa?
58
58.Bukalah
59
59.Janji Apa?
60
60.Biarkan Saja
61
61.Lepaskan Dia
62
62.Senyum Dong
63
63.Titip Salam
64
64.Biarkan Saja
65
65.Yang Sabar Leon
66
66.Kenapa Kau Menangis?
67
67.Eh, Kenapa?
68
68.Jawab....
69
69.Masih Kuat?
70
70.Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!