"Pagi bu,...!" sapa Leon sambil memegang gagang sapu.
"Hm, pagi juga. Tolong buatkan saya teh ya!" titah Vanya langsung di laksanakan oleh Leon.
"Gulanya dikit aja, bu Vanya udah manis!" gurau Dalia.
"Ya, manisnya kelewatan!" seru Leon lalu mereka berdua tertawa cekikikan.
"Semoga rezeki mu panjang ya di kantor ini. Jangan sampai bulan ini aku harus mencari karyawan yang kesepuluh lagi,"
"Doa kan saja yang terbaik!" kata Leon lalu membawa secangkir teh ke ruangan Vanya yang berada berdampingan dengan pantry.
"Ini tehnya bu!"
Vanya melirik lelaki tampan yang baru saja meletakan secangkir teh pesanannya.
"Bu, kenapa?" tanya Leon membuat Vanya mendadak linglung.
"Tidak kenapa-kenapa!" jawab Vanya salah tingkah, "anu,...ini lagi mikirin pekerjaan aja!" bohong wanita itu padahal Vanya sedang mengagumi ketampanan Leon.
"Kalau begitu saya keluar dulu...!" pamit Leon.
Baru saja Leon hendak membuka pintu, pintu tersebut di buka dari dulu. Seseorang masuk tanpa izin dan permisi membuat Leon dan Vanya sangat terkejut. Lebih terkejut lagi Vanya karena orang yang baru saja masuk adalah papinya sendiri.
"Maaf kak, papi memaksa masuk!" ucap Bagas khawatir.
"Dasar anak tidak tahu diri...!" umpat Yoman sambil berkacak pinggang, "sombong sekali kau hingga membuat mu tidak mau melakukan kerjasama dengan perusahaan papi hah?"
Leon yang masih berada di dalam ruangan hanya bisa melirik Vanya yang nampak santai duduk sambil melipat kedua tangannya.
"Entah di mana letak rasa malu pak tua ini? datang ke kantor ku hanya untuk mengemis sebuah kerjasama. Apa dia lupa jika dulu ada seorang gadis yang memohon belas kasihan untuk sesuap nasi namun dia malah menutup pintu dengan kejamnya!"
Ucapan Vanya langsung pada intinya, membuat Yoman membuang muka karena malu.
"Jika anda tahu jalan keluar, silahkan keluar!" usir Vanya.
"Kak,....!" lirih Bagas.
Dalia menarik tangan Bagas, memberi isyarat agar pria itu tidak ikut campur.
"Ciih,....kau dan mami mu sama-sama keras kepala!" ujar Yoman mencibir.
"Setiap perempuan akan keras kepala jika di duakan apa lagi di paksa untuk madu. Silahkan anda keluar!" sekali lagi Vanya mengusir papinya sendiri.
Kebencian Vanya pada Yoman sudah mendarah daging. Dengan tatapan tajam, Yoman keluar dari ruangan Vanya.
"Leon, kau ingat wajah lelaki tadi kan?" tanya Vanya.
"Iya bu, kenapa?" Leon bertanya balik.
"Jika dia datang lagi ke sini, usir saja!" pesan Vanya lalu mengusir semua orang dari ruangannya.
Vanya menarik nafas dalam-dalam. Bagaimana bisa wanita ini melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu. Membuang istri dan anak hanya demi perempuan lain.
"Sampai kapan kak Vanya akan bermusuhan dengan papi?" Bagas menghela nafas.
"Sabar Bagas, kita tidak tahu apa yang sedang di rasakan oleh kakak mu!" Dalia menepuk pundak Bagas memberi semangat.
"Maaf, aku tidak bisa memberi pendapat!" ujar Leon bingung sendiri.
"Tidak ada yang meminta pendapat mu!" kata Dalia.
Kreeek,....
Pintu terbuka membuat Dalia dan Bagas juga Leon terkejut.
"Kenapa kalian masih di sini?" tanya Vanya dengan wajah dinginnya.
"Ini juga mau pergi kak!" ujar Bagas.
"Leon, ikut aku!" ajak Vanya kemudian berlalu pergi. Leon yang bingung langsung toleh sana toleh sini dan langsung mengekor di belakang Vanya.
Bagas dan Dalia lagi-lagi di buat tercengang dengan sikap Vanya pada Leon yang sudah dua hari ini terlihat aneh.
"Sepertinya kak Vanya menyukai Leon!" ujar Dalia.
"Biarkan saja, aku lebih senang jika mereka bisa berteman. Kau tahu sendiri kak Vanya itu bagaimana dengan laki-laki...!"
Tanpa banyak tanya, Leon terus mengekor di belakang Vanya.
"Apa kau bisa menyetir?" tanya Vanya.
"Bisa bu!" jawab Leon dengan tegas.
"Menyetirlah, aku butuh udara segar!" ujar Vanya lalu memberikan kunci mobil pada Leon.
Mereka berdua kemudian pergi, entah kemana tujuannya Leon juga tidak tahu yang jelas mutar-mutar saja dulu.
"Ehem,...kita sudah dua kali lewat di jalan ini. Sebenarnya ibu mau kemana?" tanya Leon memberanikan diri.
"Jika sedang di luar, jangan panggil aku ibu. Aku bukan ibu mu!"
"Jadi, saya harus memanggil apa?" tanya Leon bingung.
"Terserah kau, lagian umur kita hanya selisih satu tahun."
Semakin bingung lah Leon, "Jadi, kita mau kemana sekarang?" tanya Leon sekali lagi.
"Terserah kau saja! yang jelas aku butuh udara segar. Kehadiran dia tadi membuat nafas ku sesak!"
Leon hanya bisa menarik nafas panjang dengan sikap wanita yang ada di sampingnya ini. Pada akhirnya, Leon membawa Vanya pergi ke sebuah pantai yang berada di ujung kota mereka.
"Kenapa kau membawa ku kesini?" tanya Vanya.
"Katanya butuh udara segar, jadi aku membawa mu ke pantai.Lumayan banyak angin!"
Vanya memandang Leon dari atas ke bawah, membuat Leon semakin bingung dengan sikap Vanya.
"Kau pergi ke pantai dengan memakai seragam seperti ini?" tanya Vanya.
"Lalu, aku harus memakai apa?"
Vanya mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya pada Leon.
"Untuk apa?" tanya Leon tidak mengerti.
"Pergi dan ganti pakaian mu. Di sekitar sini pasti ada yang menjual pakaian biasa!"
"Duh, aku tidak enak hati...!"
"Cepat atau ku tinggal ku di sini,...!" ancam Vanya.
Mau tidak mau Leon mengambil uang tersebut dan langsung pergi mencari toko pakaian yang ada di sekitar pantai.
Sekitar sepuluh menit, Leon kembali ke mobil karena Vanya sudah menunggunya di sana. Mata Vanya terpana ketika melihat Leon yang mengenakan celana setengah kaki dengan baju kaos di lapisi dengan kemeja bergambar pohon kelapa.
Postur tubuh yang tinggi, hidung mancung, alis tebal dan kulit putih menambah sempurna ketampanan yang di miliki Leon.
"Aku masih tidak percaya jika dia adalah OB di kantor ku. Tampangnya sama sekali tidak mendukung!" batin Vanya.
"Mau pergi sekarang?" tanya Leon.
"Em, ternyata kau tahu cara berpakaian juga ya!"
"Aku tidak pandai dalam memilih pakaian. Jadi, ku pakai saja apa yang ada di depan mata!" sahut Leon.
"Cih, tidak bisa di percaya. Lelaki seperti mu ini pasti sangat pandi merayu perempuan,"
"Wah, ini fitnah namanya!" seru Leon tidak terima.
Sambil berjalan menuju pinggir pantai, Vanya dan Leon saling mengobrol.
"Aku tidak fitnah, nyatanya papi ku begitu...!"
"Hanya karena cinta pertama mu sudah membuat mu patah, jangan kau memukul rata setiap laki-laki itu jahat," ucap Leon.
"Entahlah, aku mati rasa dengan yang namanya laki-laki."
"Em, pantas saja Bagas begitu menyedihkan!" batin Leon.
"Oh ya Leon, jika di kantor aku adalah bos mu. Jika di luar kita adalah teman. Jadi, jangan melunjak."
"Aku juga tahu diri,...!" sahut Leon, "kita baru kenal dua hari,"
"Tapi aku merasa jika kita kenal sudah sangat lama. Melihat sikap cengengesan mu, seperti mengingatkan ku pada seseorang yang entah kenapa sulit sekali aku mengingatnya!" ujar Vanya yang merasa tidak asing pada Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
💜bucinnya taehyung💜
mungkin bagas waktu kejadian papi nya ninggalin mami nya dia msh terlalu kecil jd ga ngerasain gmn sakit hati nya vanya... gw jd vanya pun akan memohon pada Tuhan agar bapak nya kena karma.... dan gw g akan menaruh belas kasihan sedikit pun klo itu terjd...
2022-06-13
0
Edo Setiawan
seruuuu
2022-06-02
0
Imam Sutoto Suro
good job leon
2022-05-16
0