"Kau mengikuti ku?" tanya Vanya.
"Aku khawatir pada mu, makanya aku mengikuti mu!"
"Ya ampun, manisnya!" Dalia tersenyum sendiri.
"Kita tunggu di sini, aku yakin sebentar lagi Naomi akan datang bersama papi dan mamahnya!" ujar Vanya yang sudah bisa menebak.
"Dari mana kau tahu?" tanya Leon.
"Ini mah udah biasa, Naomi suka memutar balikan fakta!" ujar Dalia.
"Kakak.....!" Bagas menghampiri kakaknya setelah mendapatkan kabar dari Dalia.
"Kenapa kau seperti orang kesurupan seperti ini hah?"
"Duh, apa lagi sih? kenapa suka sekali bertengkar dengan Naomi?"
"Dia yang mulai, Jadi apa salahnya jika kakak meladeninya!"
"Dia menghina bahkan hampir memukul kakak mu. Lalu, apa salahnya jika kakak mu melawan?" Leon buka suara.
Lima menit menunggu, belum juga terlihat kedatangan Naomi dan pak Yoman.
"Mereka tidak akan datang, sebaiknya kau tenangkan diri dulu!" ujar Leon mengajak Vanya kembali ke ruangannya.
"Kata siapa?" tanya Vanya lalu menunjuk ke arah pintu yang sejak tadi sudah terbuka lebar.
Vanya yang sudah menyiapkan mental dan tenaga serta sumpah serapahnya langsung bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan keluarga bahagia tersebut.
"Vanya.....!" suara berat Yoman menggema di ruangan itu.
"Tidak usah teriak-teriak, aku mendengarnya. Kenapa, apa anak kesayangan anda itu sudah mengadu?" Vanya bertanya sambil melipat kedua tangannya.
"Kau memukul anak ku, Naomi tidak bersalah apa pun. Aku lah yang bersalah. Apa kau tidak di didik oleh mami mu hah?" Mira memasang wajah kecewanya.
"Jika anak mu bisa kau didik mulut dan sikapnya, maka Vanya tidak akan turun tangan seperti ini," ucap Leon membuat Yoman dan Mira langsung menoleh ke arah Leon.
"Dia, lelaki ini yang sudah dua kali mendorong ku mah," adu Naomi langsung memeluk lengan Yoman, "Naomi takut pi...!"
Melihat perlakuan Yoman pada Naomi, Vanya benar-benar muak melihatnya.
Yoman memandang Leon dari atas sampai ke bawah.
"Pegawai rendahan seperti kau berani mendorong anak ku hah?" sentak Yoman tidak terima.
Vanya menyunggingkan senyumnya, semakin muak dan benci Vanya pada ayah kandungnya sendiri.
"Pi, Naomi yang salah. Dia suka mengganggu aku dan kakak bahkan menghina kami.Seharusnya papi membela kami, bukan Naomi...!" Bagas membuka suara, kekecewaan pria ini semakin bertambah pada papinya.
"Diam kau Bagas!" sentak Yoman, "apa mami kalian tidak mendidik kalian agar menjadi anak yang memiliki rasa sopan santun dan menghargai orang?"
Vanya tertawa, keras sekali tawa wanita ini.
"Pak tua, apa selingkuh anda ini tidak memiliki cermin di rumah? seharusnya anda bisa bercermin, bukankah tugas seorang ayah mendidik dan memberikan perlindungan pada anak-anaknya. Lalu kenapa anda menyalahkan ibu ku hah?"
"Kak, sabar...!" Bagas menarik Vanya.
"Dan anda, apa kah anda masih bisa makan dan tidur enak setelah apa yang ada perbuat di masa lalu?" tanya Leon pada Mira hingga membuat wanita itu kebingungan.
"Apa maksud mu hah?" tanya Mira tidak mengerti.
"Oh, tidak ada. Mungkin anda sudah lupa dengan masa lalu anda!" jawab Leon kemudian acuh.
"Pukul Vanya pi, Naomi tidak terima dia memukul Naomi tadi...!" Naomi mencoba mengadu domba.
Vanya maju, menatap tajam ke arah papinya.
"Ayo pukul aku, anak tiri anda ini sudah tidak sabar ingin melihat aku menangis. Ayo pukul aku....!" kata Vanya dengan nada yang sangat tinggi.
Yoman mundur, wajahnya gugup.
"Kak, sudahlah...!" Bagas kembali menarik tangan kakaknya, "pergilah pi, jika papi tidak pernah memberi kasih sayang pada kami, setidaknya papi jangan menyakiti aku dan kakak."
"Sebaiknya kita pergi,....!" kata Yoman menarik tangan Naomi dan Mira.
"Tapi pi....!" Naomi menghentakkan kakinya.
"Sudah ayo....!" sentak Yoman membuat Naomi ketakutan.
Mereka bertiga kemudian berbalik badan dan melangkah keluar.
"Untuk nyonya Mira, bisakah anda mengembalikan apa yang sudah anda rampas dulu....?"
Langkah Mira terhenti, wanita itu berbalik badan menatap Leon.
"Apa maksud mu hah, apa yang sudah aku rampas?" tanya Mira geram.
"Kau pikirkan saja!" seru Leon dengan tatapan tajam.
Yoman menarik tangan Mira, Mira yang masih penasaran dengan Leon masih terus memandang kearah Leon.
"Leon,....!" Vanya menarik tangan Leon.
"Aku baik-baik saja. Melihat wajahnya, ingin sekali aku memusnahkannya!" ucap Leon membuat Bagas dan Dalia penasaran.
"Kak, ada apa dengan dia?" tanya Bagas.
"Anak kecil, kembali bekerja sana!" usir Vanya.
Bagi karyawan Vanya, sudah biasa hal seperti ini terjadi. Mereka semua juga sudah tahu bagaimana hubungan Vanya dengan keluarga papinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Vera Diani
Eh Nomi kau punya ginjal brp sii,,mau tak congkel dan goreng tu ginjal 😂🤣🤣🤣🤭🤪
2022-10-05
0
awanbiru95
boleh gak sih aku geprek tu manusia" astghfirullah
2022-04-06
1
Riska Wulandari
papi udah g waras g bisa mikir..
2022-03-01
0