OB Tampan Pemikat Hati

OB Tampan Pemikat Hati

01.Sabar Bagas

"Pecat dia....!" titah perempuan cantik memiliki wajah tegas.

"T-tapi bu,...!" OB yang tidak sengaja menjatuhkan vas bunga itu mencoba protes.

"Bawa dia keluar!" titah Vanya pada Sekretarisnya.

OB tersebut langsung menghembuskan nafas pasrah, baru juga kerja dua hari sudah langsung di pecat saja hanya karena vas bunga.

"Apa kita akan mencari OB lagi bu?" tanya Dalia.

"Hem, cari yang pintar dan berpengalaman. Ingat, harus laki-laki."

Dalia hanya bisa menghela nafas panjang, kurang lebih lima tahun menjadi Sekretaris Vanya, wanita itu paham betul sifat dan sikap Vanya yang banyak maunya.

Hari itu juga, Dalia membuka lowongan khusus OB yang akan bekerja di lantai lima dan hanya di ruangan kerja Vanya.

"Di pecat lagi?" tanya Bagas, adik Vanya yang sekarang menjabat sebagai Direktur di kantor kakaknya.

"Aku tidak habis pikir dengan kakak mu itu, sebulan ini sudah delapan orang yang di pecat." Dalia memijat kepalanya pusing.

"Kakak ku memang pemecah rekor!" seru Bagas tertawa.

"Sepertinya kak Vanya butuh pendamping hidup. Di tidak galak, tidak pelit, tapi kenapa sangat sensitif dengan masalah laki-laki?"

"Mami pernah di khianati oleh papi, membuat kakak tidak mempercayai hubungan spesial," ujar Bagas juga merasa sedih dengan keadaan kakaknya.

"Tapi kan, tidak semua laki-laki sama seperti papi kalian. Setiap laki-laki yang melamar pekerjaan, pasti ujung-ujungnya di pecat. Lihatlah, di kantor ini laki-lakinya hanya bisa di hitung dengan jari,"

Obrolan Bagas dan Dalia terhenti ketika melihat Vanya menghampiri mereka. Tidak ada senyum sama sekali, setiap hari hanya wajah dingin yang di tampakkan Vanya pada semua karyawan.

"Apa kalian sudah makan siang?" tanya Vanya, meskipun wanita ini sangat acuh, namun tetap saja Vanya sangar peduli dan perhatian pada orang-orang di sekitarnya. Ini juga salah satu hal yang membuat Dalia betah bekerja dengan Vanya.

"Belum kak, kami menunggu kakak keluar!" jawab Bagas.

Vanya melirik jam yang melingkar di tangannya, "Sudah hampir siang, sebaiknya kita pergi,"

"Biar aku yang menyetir kak!" ujar Bagas.

"Biar kakak saja!" seru Vanya, "kalian semua jangan lupa makan siang!" kata Vanya mengingatkan beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.

"Baik bu...!"

Meskipun bersikap dingin, namun Vanya menggratiskan semua makanan yang ada di kantin. Ini lah yang menjadi alasan semua karyawan menjadi betah.

Mereka bertiga kemudian pergi ke tempat makan langganan mereka. Vanya sebenarnya adalah tipe wanita yang santai, hanya saja hatinya yang dingin membuat orang-orang menjadi segan untuk menyapanya.

Masa lalu lah yang membuat Vanya menjadi seperti ini. Sejak umur lima belas tahun, Vanya dan Bagas sudah merasakan sakitnya broken home.

"Duh.....!" mata Dalia secara tidak sengaja melihat seseorang.

"Aku ke toilet sebentar!" ujar Vanya.

"Iya kak,"

"Bagas, jangan sampai kak Vanya melihat ini," kata Dalia panik.

"Melihat apa?" tanya Bagas bingung.

"Anak tiri dari papi mu. Sebaiknya kita pindah tempat!" ujar Dalia yang paham betul apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aduh, kenapa pas makan siang seperti ini sih?" panik lah Bagas.

Bagas dan Dalia langsung mengatur rencana agar mereka tidak jadi makan di tempat tersebut. Dalia pada akhirnya menyusul Vanya ke toilet.

"Loh Lia, kenapa di sini?" tanya Vanya yang baru saja keluar dari toilet.

"Anu kak, Bagas bilang gak mau makan di tempat ini. Dia mengajak makan di tempat lain,"

"Oh, ya sudah. Ayo pergi," Vanya menurut saja dengan ucapan Dalia tanpa merasa curiga sedikit pun.

Mereka kemudian pergi mencari tempat makan yang lain. Untung saja anak tiri dari papi Vanya makan dengan membelakangi mereka. Bukan apa-apa, Vanya pernah bertemu dan mereka saling adu fisik hingga masuk penjara. Jadi, Bagas dan Dalia tidak ingin hal tersebut terjadi lagi.

Akhirnya, mereka menemukan tempat makan siang yang cocok. Mereka bertiga langsung memesan makanan. Sesekali Bagas melirik ke Dalia memberi isyarat jika Bagas bisa bernafas lega.

"Dal, apa kau sudah menemukan OB baru untuk ku?" tanya Vanya.

"Sudah kak, besok dia mulai berkerja!" jawab Dalia langsung membuat Vanya senang. Jika di luar Dalia akan memanggil Vanya sebutan kakak jika sedang bekerja akan memanggil ibu.

"Ini OB yang kesembilan loh kak. Gak capek apa?" tanya Bagas iseng.

"Itu karena pekerjaan mereka tidak ada yang becus!"

"Emmm, mami pasti akan tertawa lagi jika mendengar cerita kali ini," ujar Bagas.

"Baguslah jika mami tertawa, kakak lebih senang jika melihat mami banyak tertawa!" kata Vanya. Bagas paham betul dengan perkataan kakaknya itu.

Selesai makan siang, mereka langsung kembali ke kantor. Perusahaan ini adalah perusahaan milik mami Vanya yang di pertahankan mati-matian setelah bercerai dari papi mereka. Bukannya apa-apa, perusahaan ini sebenarnya milik orangtua dari mami Vanya dan Bagas yang ingin di kuasai oleh selingkuhan papi mereka.

Sejak sepuluh tahun yang lalu, Vanya tidak ingin melihat wajah sang papi. Kebencian wanita ini telah mendarah daging pada papinya yang sudah tega menyakiti mami mereka dan meninggalkan mereka demi perempuan lain.

"Kak,....!" Bagas masuk begitu saja kedalam raungan kakaknya.

"Em, ada apa?" tanya Vanya masih fokus dengan tumpukan berkas di hadapannya.

"Papi meminta bertemu!" kata Bagas langsung menghentikan pena yang sejak tadi mencoret kertas.

Vanya mendongakkan kepalanya, "Ada di sini lagi?" tanya Vanya.

"Ya, papi menunggu di bahwa!"

"Bilang saja kakak sibuk. Jangan pernah datang kesini lagi. Kakak tidak ingin melihat wajahnya!"

Sebenarnya Bagas sangat takut dengan suasana seperti ini.

"Papi ingin menawarkan kerja sama dengan perusahaan kita!"

"Kakak tidak peduli, apa pun alasannya kakak tidak ingin melihat dia. Bagas, sudah berapa kali kakak bilang pada mu?" Vanya melipat kedua tangannya, menatap wajah tampan adiknya yang terlihat gugup.

"Bagas mengerti kak, Bagas juga bosan di desak oleh papi."

"Dia bukan papi kita Bagas. Hanya mami orangtua kita satu-satunya!" tegas Vanya.

Tidak ingin berpanjang cerita lagi, Bagas keluar dari ruangan kakaknya. Laki-laki yang baru saja merayakan ulang tahun ke dua puluh lima ini hanya bisa bersandar di dinding dengan perasaan sedih.

"Sabar Bagas, kakak mu pasti belum siap untuk bertemu!" Dalia menepuk pundak Bagas.

"Aku sudah tidak tahu lagi ingin berbuat apa. Sejak kejadian malam itu, papi juga tidak pernah datang untuk meninta maaf pada aku dan kakak. Dia hanya menginginkan kerja sama saja!" keluh Bagas.

"Percayalah Bagas, suatu saat kerasnya hati kakak mu akan luluh juga. Begitu juga dengan kerasnya hati papi mu. Tetaplah seperti ini, hanya kau yang akan menjadi penengah di antara kakak mu dan papi mu."

Dalia tidak henti-hentinya menasehati Bagas dan juga memberi semangat pada pria ini. Akhirnya, Bagas turun ke loby dan memberitahu papinya jika sang kakak masih tidak ingin bertemu.

Terpopuler

Comments

Vera Diani

Vera Diani

Mampir

2022-10-05

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

hei hei heiiiii...aku datang lagi thorrr...

2022-03-01

1

Ardia Ningsih

Ardia Ningsih

Penasaran, lihat gambarnya si Xukai.🤭

2022-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 01.Sabar Bagas
2 02.Maaf Bu
3 03.Entahlah
4 04.Eh, Kenapa?
5 05.Bohong
6 06.Diamlah!
7 07.Leon Bertamu
8 08.Tidak Mau!
9 09.Aku Malu
10 10.Seperti Kita
11 11.Kotor Sekali
12 12.Misi
13 13.Aku Menyukai Mu
14 14.Sedikit Masa Lalu Leon
15 15.Aku Rindu Sama Kamu
16 16.Sombong Sekali
17 17.Sudahlah!
18 18.Semua Tergantung Vanya
19 19.Biarkan Saja
20 20.Menikahlah Liana
21 21.Bagaimana?
22 22.Diam Kau!
23 23.Ini Bukan Naomi
24 24.Hentikan
25 25.Apa Hubungannya
26 26.Secepatnya
27 27.Diam Kau!
28 28.Tidak Ada
29 29.Vanya Emosi
30 30.Bercanda
31 31.Memfitnah
32 32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33 33.Sialan Kau!
34 34.Kenapa Tersenyum?
35 35.Bohong
36 36.Lepaskan Aku
37 37.Kenapa Memangnya?
38 38.Dia Anakku
39 39.Kita Lihat Saja Nanti
40 40.Menurut Mu
41 41.Jangan Menekannya
42 42.Saya Mengerti
43 43.Tidak Masalah
44 44.Kenapa Tersenyum?
45 45.Kami Berjanji
46 46.Panggil Mami
47 47.Sabar
48 48.Gosip
49 49.Terus Suami ku
50 50.Jangan Bohong
51 51.Biasa Saja
52 52.Ini Masih Sore
53 53.Gas Terus
54 54.Berhenti Menggodaku
55 55.Peluk Aku
56 56.Suka Begitu
57 57.Kau Kenapa?
58 58.Bukalah
59 59.Janji Apa?
60 60.Biarkan Saja
61 61.Lepaskan Dia
62 62.Senyum Dong
63 63.Titip Salam
64 64.Biarkan Saja
65 65.Yang Sabar Leon
66 66.Kenapa Kau Menangis?
67 67.Eh, Kenapa?
68 68.Jawab....
69 69.Masih Kuat?
70 70.Tamat
Episodes

Updated 70 Episodes

1
01.Sabar Bagas
2
02.Maaf Bu
3
03.Entahlah
4
04.Eh, Kenapa?
5
05.Bohong
6
06.Diamlah!
7
07.Leon Bertamu
8
08.Tidak Mau!
9
09.Aku Malu
10
10.Seperti Kita
11
11.Kotor Sekali
12
12.Misi
13
13.Aku Menyukai Mu
14
14.Sedikit Masa Lalu Leon
15
15.Aku Rindu Sama Kamu
16
16.Sombong Sekali
17
17.Sudahlah!
18
18.Semua Tergantung Vanya
19
19.Biarkan Saja
20
20.Menikahlah Liana
21
21.Bagaimana?
22
22.Diam Kau!
23
23.Ini Bukan Naomi
24
24.Hentikan
25
25.Apa Hubungannya
26
26.Secepatnya
27
27.Diam Kau!
28
28.Tidak Ada
29
29.Vanya Emosi
30
30.Bercanda
31
31.Memfitnah
32
32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33
33.Sialan Kau!
34
34.Kenapa Tersenyum?
35
35.Bohong
36
36.Lepaskan Aku
37
37.Kenapa Memangnya?
38
38.Dia Anakku
39
39.Kita Lihat Saja Nanti
40
40.Menurut Mu
41
41.Jangan Menekannya
42
42.Saya Mengerti
43
43.Tidak Masalah
44
44.Kenapa Tersenyum?
45
45.Kami Berjanji
46
46.Panggil Mami
47
47.Sabar
48
48.Gosip
49
49.Terus Suami ku
50
50.Jangan Bohong
51
51.Biasa Saja
52
52.Ini Masih Sore
53
53.Gas Terus
54
54.Berhenti Menggodaku
55
55.Peluk Aku
56
56.Suka Begitu
57
57.Kau Kenapa?
58
58.Bukalah
59
59.Janji Apa?
60
60.Biarkan Saja
61
61.Lepaskan Dia
62
62.Senyum Dong
63
63.Titip Salam
64
64.Biarkan Saja
65
65.Yang Sabar Leon
66
66.Kenapa Kau Menangis?
67
67.Eh, Kenapa?
68
68.Jawab....
69
69.Masih Kuat?
70
70.Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!