02.Maaf Bu

Vanya memandang dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas ketika Dalia membawa masuk seorang pria yang katanya sekarang adalah OB baru yang khusus bekerja untuknya.

"Dalia, apa kau tidak salah membawa masuk orang?" tanya Vanya bingung.

"Maaf bu, hanya Leon yang melamar pekerjaan kemarin,"

"Tampang mu tidak menyakinkan. Kau sepertinya bukan dari kalangan biasa!" Vanya merasa curiga pada lelaki tampan yang melamar menjadi OB ini.

"Maaf bu, saya cuma orang biasa. Tidak pernah kuliah juga, masalah tampang saya, ini sudah anugerah dari Tuhan!" ucap Leon begitu sopan.

Vanya membaca lagi selembaran kertas yang ada di tangannya.

"Kau lebih tua satu tahun dari ku. Tapi, kau harus paham tentang pekerjaan mu."

"Saya mengerti bu!"

"Dalia, beritahu dia apa saja tugasnya!" titah Vanya pada Dalia.

"Baik bu!"

Dalia dan Leon keluar dari ruangan Vanya.

"Astaga, semoga kau betah di sini dan semoga bu Vanya cocok dengan mu," ucap Dalia penuh harap.

"Memangnya kenapa?" tanya Leon penasaran.

"Percayalah, kau adalah karyawan ke sembilan di bulan ini. Semoga umur pekerjaan mu panjang ya...!" ujar Dalia menepuk pundak Leon.

Dalia kemudian menjelaskan apa saja pekerjaan yang harus di lakukan oleh Leon. Setelah itu Dalia kembali masuk kedalam ruangan Vanya.

"Sepertinya menantang...!" seru Leon dengan senyum lebarnya.

Seperti pekerjaan pada umumnya, Leon mengerjakan semua pekerjaannya sesuai dengan apa yang di instruksi kan Dalia tadi. Sesekali Vanya melirik ke arah pria yang sekarang sedang menyusun semua berkas-berkas tak terpakai di dalam ruangan Vanya.

Sengaja, Vanya memang sengaja memberi Leon pekerjaan seperti itu karena wanita ini masih penasaran kenapa ada seorang pria tampan yang mau bekerja seperti ini.

"Pekerjaan mu sangat rapi. Sepertinya kau bukan orang sembarangan," kata Vanya mulai penasaran dengan Leon.

"Ibu bicara pada saya?" tanya Leon dengan santainya.

"Menurut mu dengan siapa? makhluk halus?"

"Eh, hehe. Maaf bu!" ucap Leon.

Entah kenapa Vanya tidak bisa marah ketika melihat wajah cengengesan Leon. Biasanya Vanya akan langsung memecat karyawan yang bicara tidak serius padanya.

"Saya hanya orang biasa bu. Sebatang kara, hidup sederhana dan mencari makan sendiri," ujar Leon.

"Memangnya, di mana keluarga mu?" tanya Vanya membuat ekspresi wajah Leon langsung berubah.

"Ibu mamah saya sudah lama meninggal. Begitu juga dengan papah saya. Saya anak tunggal!" jelas Leon.

Vanya hanya manggut-manggut, entah kenapa wanita ini mulai tertarik mengorek informasi tentang Leon. Namun, baru saja hendak bertanya Bagas masuk kedalam ruangan kakaknya.

"Ada apa?" tanya Vanya singkat.

"Sudah waktunya makan siang. Kakak gak makan?"

Vanya melirik jam yang melingkar du tangannya, "Apa kau sudah makan?"

"Ya belum lah kak. Aku datang kesini ya ingin mengajak kakak makan siang!" kata Bagas.

"Aku tidak bertanya pada mu. Aku bertanya pada Leon!" ujar Vanya membuat Bagas melongo tidak percaya.

"Belum bu, kan dari pagi saya di sini mengerjakan ini...!" tunjuk Leon pada tumpukan kertas yang entah apa isinya.

"Kalau begitu, mari makan siang bersama kami," ajak Vanya membaut Bagas semakin melongo.

"Sejak kapan kakak membawa karyawan lain makan siang?" batin Bagas.

"Tidak usah bu. Saya bisa makan di kantin, katanya perusahaan menyediakan makanan gratis untuk semua karyawan!" tolak Leon.

"Aku tidak suka di tolak, cepat ikut kami...!"

Vanya langsung mengambil tasnya dan langsung keluar dari ruangannya.

"Heh, jangan membantah. Cepat ikut kami...!" ujar Bagas langsung menarik tangan Leon keluar dari ruangan kakaknya.

Di restoran tempat biasa mereka makan, Bagas dan Dalia saling lirik dengan penuh tanda tanya. Bukannya apa-apa, bertahun-tahun Dalia berkerja dengan Vanya baru sekarang melihat hal langka seperti ini.

"Kau kan lebih tua satu tahun dari kakak ku, jadi aku harus memanggil mu apa?" tanya Bagas dengan polosnya.

"Em, apa ya? aku juga bingung!" kata Leon juga bingung dan merasa tidak enak hati pada Vanya.

"Panggil yang sopan, meskipun dia bawahan mu dia lebih tua dari mu!" ujar Vanya membuka suara.

"Saya jadi tidak enak hati..." ucap Leon.

"Biasa saja jika di luar kantor. Jangan sungkan!" ujar Vanya benar-benar membuat Dalia dan Bagas terkejut dengan perubahan sikap kakaknya ini.

Mereka makan siang seperti biasa meskipun hari ini semua orang selain Vanya merasa canggung. Selesai makan siang, mereka langsung kembali ke kantor.

Kabar tentang Vanya mengajak Leon makan siang sudah tersebar dari lantai satu hingga ke lantai sebelas. Ini menjadi gosip terhangat di mulai siang ini hingga beberapa hari ke depan.

Leon kembali melanjutkan pekerjaannya di ruangan Vanya. Masih tetap sama, jika memandang wajah tampan Leon, tidak akan ada yang percaya jika pria ini hanya lulusan sekolah menengah atas dan sebatang kara pula.

"Kenapa kau tidak melanjutkan pendidikan mu?" tanya Vanya yang masih penasaran.

"Tidak ada biayanya bu. Kerja lebih baik untuk orang seperti saya," jawab Leon dengan sopan.

"Wajah mu ini jika di lihat lebih pantas menjadi seorang artis atau model gitu,"

"Tidak tertarik bekerja seperti itu. Enakan juga begini,...!"

"Umur mu sudah dua puluh sembilan tahun, kenapa kau belum menikah?"

Vanya terus bertanya pada Leon, bahkan tanpa sadar wanita ini sudah bertanya ke ranah pribadi tentang kehidupan Leon.

"Gak ada yang mau sama saya bu. Orang miskin dan jelek!"

"Hih, sungguh merendah untuk meninggi...!" ujar Vanya merasa lucu dengan jawaban Leon.

"Kan saya benar-benar orang miskin bu...!"

"Kalau begitu bekerjalah sampai kau kaya!" sahut Vanya.

"Kerja keras banting tulang kaki pun kalau di takdirkan miskin ya miskin bu!" jawab Leon begitu santainya.

"Setidaknya kita sudah berusaha!" seru Vanya lagi yang tidak ingin mengakhiri obrolannya.

"Hidup itu gak usah minta kaya, yang penting cukup apa adanya. Mau apa aja bisa terkabul asal tidak menyusahkan orang lain...!" ujar Leon, kali ini Vanya hanya menanggapi dengan tawa renyahnya.

Tak terasa, jarum jam sudah menunjukkan waktunya untuk pulang. Vanya adalah bos yang di impikan semua karyawan, jika jam makan siang ya semua karyawan harus pergi makan siang dan jika jam pulang harus pulang. Jikalau pun ada lembur, itu hanya akan terjadi di akhir bulan saja itu pun sangat jarang.

Di rumah, Bagas menceritakan semua yang terjadi di kantor hari ini pada mamahnya. Obrolan mereka terhenti ketika Vanya memasuki ruang makan. Di rumah ini mereka hanya tinggal bertiga dengan beberapa orang pembantu.

Meskipun memiliki wajah judes, Vanya adalah tipe wanita yang perhatian pada semua orang di sekitarnya terutama untuk mamah dan adiknya.

Terpopuler

Comments

Vera Diani

Vera Diani

Apakah Leon org kaya yg jatuh miskin 🤔🤔🤔..dari sinopsisnya sii

2022-10-05

2

Pamri

Pamri

seru ni cerita

2022-06-26

0

Lestari

Lestari

calon abng ipar bagas jadi panggil aa, mas, kak, abang terserah lo gas

2022-05-01

0

lihat semua
Episodes
1 01.Sabar Bagas
2 02.Maaf Bu
3 03.Entahlah
4 04.Eh, Kenapa?
5 05.Bohong
6 06.Diamlah!
7 07.Leon Bertamu
8 08.Tidak Mau!
9 09.Aku Malu
10 10.Seperti Kita
11 11.Kotor Sekali
12 12.Misi
13 13.Aku Menyukai Mu
14 14.Sedikit Masa Lalu Leon
15 15.Aku Rindu Sama Kamu
16 16.Sombong Sekali
17 17.Sudahlah!
18 18.Semua Tergantung Vanya
19 19.Biarkan Saja
20 20.Menikahlah Liana
21 21.Bagaimana?
22 22.Diam Kau!
23 23.Ini Bukan Naomi
24 24.Hentikan
25 25.Apa Hubungannya
26 26.Secepatnya
27 27.Diam Kau!
28 28.Tidak Ada
29 29.Vanya Emosi
30 30.Bercanda
31 31.Memfitnah
32 32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33 33.Sialan Kau!
34 34.Kenapa Tersenyum?
35 35.Bohong
36 36.Lepaskan Aku
37 37.Kenapa Memangnya?
38 38.Dia Anakku
39 39.Kita Lihat Saja Nanti
40 40.Menurut Mu
41 41.Jangan Menekannya
42 42.Saya Mengerti
43 43.Tidak Masalah
44 44.Kenapa Tersenyum?
45 45.Kami Berjanji
46 46.Panggil Mami
47 47.Sabar
48 48.Gosip
49 49.Terus Suami ku
50 50.Jangan Bohong
51 51.Biasa Saja
52 52.Ini Masih Sore
53 53.Gas Terus
54 54.Berhenti Menggodaku
55 55.Peluk Aku
56 56.Suka Begitu
57 57.Kau Kenapa?
58 58.Bukalah
59 59.Janji Apa?
60 60.Biarkan Saja
61 61.Lepaskan Dia
62 62.Senyum Dong
63 63.Titip Salam
64 64.Biarkan Saja
65 65.Yang Sabar Leon
66 66.Kenapa Kau Menangis?
67 67.Eh, Kenapa?
68 68.Jawab....
69 69.Masih Kuat?
70 70.Tamat
Episodes

Updated 70 Episodes

1
01.Sabar Bagas
2
02.Maaf Bu
3
03.Entahlah
4
04.Eh, Kenapa?
5
05.Bohong
6
06.Diamlah!
7
07.Leon Bertamu
8
08.Tidak Mau!
9
09.Aku Malu
10
10.Seperti Kita
11
11.Kotor Sekali
12
12.Misi
13
13.Aku Menyukai Mu
14
14.Sedikit Masa Lalu Leon
15
15.Aku Rindu Sama Kamu
16
16.Sombong Sekali
17
17.Sudahlah!
18
18.Semua Tergantung Vanya
19
19.Biarkan Saja
20
20.Menikahlah Liana
21
21.Bagaimana?
22
22.Diam Kau!
23
23.Ini Bukan Naomi
24
24.Hentikan
25
25.Apa Hubungannya
26
26.Secepatnya
27
27.Diam Kau!
28
28.Tidak Ada
29
29.Vanya Emosi
30
30.Bercanda
31
31.Memfitnah
32
32.Jangan Di Pikirkan Lagi
33
33.Sialan Kau!
34
34.Kenapa Tersenyum?
35
35.Bohong
36
36.Lepaskan Aku
37
37.Kenapa Memangnya?
38
38.Dia Anakku
39
39.Kita Lihat Saja Nanti
40
40.Menurut Mu
41
41.Jangan Menekannya
42
42.Saya Mengerti
43
43.Tidak Masalah
44
44.Kenapa Tersenyum?
45
45.Kami Berjanji
46
46.Panggil Mami
47
47.Sabar
48
48.Gosip
49
49.Terus Suami ku
50
50.Jangan Bohong
51
51.Biasa Saja
52
52.Ini Masih Sore
53
53.Gas Terus
54
54.Berhenti Menggodaku
55
55.Peluk Aku
56
56.Suka Begitu
57
57.Kau Kenapa?
58
58.Bukalah
59
59.Janji Apa?
60
60.Biarkan Saja
61
61.Lepaskan Dia
62
62.Senyum Dong
63
63.Titip Salam
64
64.Biarkan Saja
65
65.Yang Sabar Leon
66
66.Kenapa Kau Menangis?
67
67.Eh, Kenapa?
68
68.Jawab....
69
69.Masih Kuat?
70
70.Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!