Vanya memandang dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas ketika Dalia membawa masuk seorang pria yang katanya sekarang adalah OB baru yang khusus bekerja untuknya.
"Dalia, apa kau tidak salah membawa masuk orang?" tanya Vanya bingung.
"Maaf bu, hanya Leon yang melamar pekerjaan kemarin,"
"Tampang mu tidak menyakinkan. Kau sepertinya bukan dari kalangan biasa!" Vanya merasa curiga pada lelaki tampan yang melamar menjadi OB ini.
"Maaf bu, saya cuma orang biasa. Tidak pernah kuliah juga, masalah tampang saya, ini sudah anugerah dari Tuhan!" ucap Leon begitu sopan.
Vanya membaca lagi selembaran kertas yang ada di tangannya.
"Kau lebih tua satu tahun dari ku. Tapi, kau harus paham tentang pekerjaan mu."
"Saya mengerti bu!"
"Dalia, beritahu dia apa saja tugasnya!" titah Vanya pada Dalia.
"Baik bu!"
Dalia dan Leon keluar dari ruangan Vanya.
"Astaga, semoga kau betah di sini dan semoga bu Vanya cocok dengan mu," ucap Dalia penuh harap.
"Memangnya kenapa?" tanya Leon penasaran.
"Percayalah, kau adalah karyawan ke sembilan di bulan ini. Semoga umur pekerjaan mu panjang ya...!" ujar Dalia menepuk pundak Leon.
Dalia kemudian menjelaskan apa saja pekerjaan yang harus di lakukan oleh Leon. Setelah itu Dalia kembali masuk kedalam ruangan Vanya.
"Sepertinya menantang...!" seru Leon dengan senyum lebarnya.
Seperti pekerjaan pada umumnya, Leon mengerjakan semua pekerjaannya sesuai dengan apa yang di instruksi kan Dalia tadi. Sesekali Vanya melirik ke arah pria yang sekarang sedang menyusun semua berkas-berkas tak terpakai di dalam ruangan Vanya.
Sengaja, Vanya memang sengaja memberi Leon pekerjaan seperti itu karena wanita ini masih penasaran kenapa ada seorang pria tampan yang mau bekerja seperti ini.
"Pekerjaan mu sangat rapi. Sepertinya kau bukan orang sembarangan," kata Vanya mulai penasaran dengan Leon.
"Ibu bicara pada saya?" tanya Leon dengan santainya.
"Menurut mu dengan siapa? makhluk halus?"
"Eh, hehe. Maaf bu!" ucap Leon.
Entah kenapa Vanya tidak bisa marah ketika melihat wajah cengengesan Leon. Biasanya Vanya akan langsung memecat karyawan yang bicara tidak serius padanya.
"Saya hanya orang biasa bu. Sebatang kara, hidup sederhana dan mencari makan sendiri," ujar Leon.
"Memangnya, di mana keluarga mu?" tanya Vanya membuat ekspresi wajah Leon langsung berubah.
"Ibu mamah saya sudah lama meninggal. Begitu juga dengan papah saya. Saya anak tunggal!" jelas Leon.
Vanya hanya manggut-manggut, entah kenapa wanita ini mulai tertarik mengorek informasi tentang Leon. Namun, baru saja hendak bertanya Bagas masuk kedalam ruangan kakaknya.
"Ada apa?" tanya Vanya singkat.
"Sudah waktunya makan siang. Kakak gak makan?"
Vanya melirik jam yang melingkar du tangannya, "Apa kau sudah makan?"
"Ya belum lah kak. Aku datang kesini ya ingin mengajak kakak makan siang!" kata Bagas.
"Aku tidak bertanya pada mu. Aku bertanya pada Leon!" ujar Vanya membuat Bagas melongo tidak percaya.
"Belum bu, kan dari pagi saya di sini mengerjakan ini...!" tunjuk Leon pada tumpukan kertas yang entah apa isinya.
"Kalau begitu, mari makan siang bersama kami," ajak Vanya membaut Bagas semakin melongo.
"Sejak kapan kakak membawa karyawan lain makan siang?" batin Bagas.
"Tidak usah bu. Saya bisa makan di kantin, katanya perusahaan menyediakan makanan gratis untuk semua karyawan!" tolak Leon.
"Aku tidak suka di tolak, cepat ikut kami...!"
Vanya langsung mengambil tasnya dan langsung keluar dari ruangannya.
"Heh, jangan membantah. Cepat ikut kami...!" ujar Bagas langsung menarik tangan Leon keluar dari ruangan kakaknya.
Di restoran tempat biasa mereka makan, Bagas dan Dalia saling lirik dengan penuh tanda tanya. Bukannya apa-apa, bertahun-tahun Dalia berkerja dengan Vanya baru sekarang melihat hal langka seperti ini.
"Kau kan lebih tua satu tahun dari kakak ku, jadi aku harus memanggil mu apa?" tanya Bagas dengan polosnya.
"Em, apa ya? aku juga bingung!" kata Leon juga bingung dan merasa tidak enak hati pada Vanya.
"Panggil yang sopan, meskipun dia bawahan mu dia lebih tua dari mu!" ujar Vanya membuka suara.
"Saya jadi tidak enak hati..." ucap Leon.
"Biasa saja jika di luar kantor. Jangan sungkan!" ujar Vanya benar-benar membuat Dalia dan Bagas terkejut dengan perubahan sikap kakaknya ini.
Mereka makan siang seperti biasa meskipun hari ini semua orang selain Vanya merasa canggung. Selesai makan siang, mereka langsung kembali ke kantor.
Kabar tentang Vanya mengajak Leon makan siang sudah tersebar dari lantai satu hingga ke lantai sebelas. Ini menjadi gosip terhangat di mulai siang ini hingga beberapa hari ke depan.
Leon kembali melanjutkan pekerjaannya di ruangan Vanya. Masih tetap sama, jika memandang wajah tampan Leon, tidak akan ada yang percaya jika pria ini hanya lulusan sekolah menengah atas dan sebatang kara pula.
"Kenapa kau tidak melanjutkan pendidikan mu?" tanya Vanya yang masih penasaran.
"Tidak ada biayanya bu. Kerja lebih baik untuk orang seperti saya," jawab Leon dengan sopan.
"Wajah mu ini jika di lihat lebih pantas menjadi seorang artis atau model gitu,"
"Tidak tertarik bekerja seperti itu. Enakan juga begini,...!"
"Umur mu sudah dua puluh sembilan tahun, kenapa kau belum menikah?"
Vanya terus bertanya pada Leon, bahkan tanpa sadar wanita ini sudah bertanya ke ranah pribadi tentang kehidupan Leon.
"Gak ada yang mau sama saya bu. Orang miskin dan jelek!"
"Hih, sungguh merendah untuk meninggi...!" ujar Vanya merasa lucu dengan jawaban Leon.
"Kan saya benar-benar orang miskin bu...!"
"Kalau begitu bekerjalah sampai kau kaya!" sahut Vanya.
"Kerja keras banting tulang kaki pun kalau di takdirkan miskin ya miskin bu!" jawab Leon begitu santainya.
"Setidaknya kita sudah berusaha!" seru Vanya lagi yang tidak ingin mengakhiri obrolannya.
"Hidup itu gak usah minta kaya, yang penting cukup apa adanya. Mau apa aja bisa terkabul asal tidak menyusahkan orang lain...!" ujar Leon, kali ini Vanya hanya menanggapi dengan tawa renyahnya.
Tak terasa, jarum jam sudah menunjukkan waktunya untuk pulang. Vanya adalah bos yang di impikan semua karyawan, jika jam makan siang ya semua karyawan harus pergi makan siang dan jika jam pulang harus pulang. Jikalau pun ada lembur, itu hanya akan terjadi di akhir bulan saja itu pun sangat jarang.
Di rumah, Bagas menceritakan semua yang terjadi di kantor hari ini pada mamahnya. Obrolan mereka terhenti ketika Vanya memasuki ruang makan. Di rumah ini mereka hanya tinggal bertiga dengan beberapa orang pembantu.
Meskipun memiliki wajah judes, Vanya adalah tipe wanita yang perhatian pada semua orang di sekitarnya terutama untuk mamah dan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Vera Diani
Apakah Leon org kaya yg jatuh miskin 🤔🤔🤔..dari sinopsisnya sii
2022-10-05
2
Pamri
seru ni cerita
2022-06-26
0
Lestari
calon abng ipar bagas jadi panggil aa, mas, kak, abang terserah lo gas
2022-05-01
0