Trauma

Perlahan jari-jari tangan Lala mulai bergerak, menandakan bahwa ia akan segera sadar dan sebentar lagi akan segera membuka mata. Dua jam sudah Lala tidak sadarkan diri, dan setelah dokter menangani nya kini ia di nyatakan sudah tidak apa-apa. Walaupun begitu bukan berarti ia sepenuhnya baik-baik saja.

Dimas yang duduk di kursi melipat kedua tangannya di dada, ia melihat tangan Lala mulai bergerak. Dan perlahan kelopak mata nya juga bergerak, hingga perlahan mulai terbuka. Dimas masih diam dan melihat Lala, yang menatap langit-langit kamar.

"Sssssttt......" Lala mendesis merasakan kepalanya terasa berat, perlahan tangannya terangkat dan memegangi kepalanya. Sejenak Lala mengingat terakhir kali saat ia masih sadar, dan kini Lala tahu ia berada di rumah sakit. Hingga mata Lala melihat Dimas yang juga tengah melihat kearah nya.

"Kau sudah sadar?" tanya Dimas.

Lala masih terdiam, karena ia bingung mengapa bisa berada di rumah sakit. Tapi ia hanya diam saja.

"Aku panggilkan dokter sebentar ya," kata Dimas lagi, lalu ia berdiri.

Deg.

Lala melepaskan matanya, dan mencengkram erat selimut. Matanya yang bulat dengan bola mata hitam pekat itu mulai berkaca-kaca, dengan sekuat tenaga ia berusaha melawan rasa takut nya. Tapi sangat sulit sekali. Dengan gerakan cepat Lala mendudukkan tubuhnya, dan dengan gemetaran pula ia menarik selimut untuk menutup matanya.

Dimas sadar saat sebelum dilarikan ke rumah sakit ini juga yang terjadi pada Lala, wajahnya seperti orang ketakutan. Karena takut terjadi hal buruk Dimas kembali mendekati Lala, kedua tangannya perlahan memegang pundak Lala.

"Lala kamu kau kenapa?" tanya Dimas.

Lala menggeleng, perlahan ia mulai menurunkan selimut yang menutupi wajahnya. Tapi tetap saja Lala sangat takut pada benda yang melingkar pada pinggang Dimas, tubuhnya berkeringat dingin dan ketakutan yang berlebihan itu kembali muncul. Rasanya tubuhnya sudah tidak sanggup lagi merasakan benda tumpul itu mengenai tubuh nya.

"Hiks.....hiks....hiks......" Lala menangis sambil terus mencengkram selimut, rasanya benda itu sangat mengerikan sekali baginya, "Pak, menjauh Pak!!!!" seru Lala sambil terus menangis.

Dimas tentu saja tidak mau menjauh, ia semakin bingung dengan Lala yang sekarang.

"Hiks....hiks.....hiks......" Lala terus menangis sambil berusaha menggeleng, ia ingin Dimas menjauh dari nya. Karena Dimas tidak mau keluar akhirnya Lala, mencabut selang infus yang tertancap pada tangannya dengan paksa. Walaupun terasa sakit tapi itu tidaklah masalah, sebab ia kini sangat ingin menjauh dari Dimas, "Sssssttt......" ringis Lala merasa sakit, dengan tubuh lemah nya ia kini turun dari atas ranjang.

Dimas terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Lala, "Apa yang kau lakukan?" tanya Dimas panik sambil berusaha berjalan mendekati Lala.

"Pak! Jangan mendekat!" Lala mundur selangkah demi selangkah, ia benar-benar tidak ingin Dimas mendekati nya. Hingga tubuhnya terbentuk dinding dan perlahan Lala duduk di lantai, baru sadarkan diri membuat tubuhnya sangat lemah sekali, "Pak tolong menjauh....hiks....hiks....hiks....." pinta Lala sambil terus menangis.

"Tapi kenapa aku harus pergi?"

"Hiks....hiks.....hiks....." Lala berusaha menguasai diri sambil tangannya terus mengusap air matanya, "Pak tolong pergi, lagi pula saya tidak harus melayani bapak kan? Ayah belum sempat di operasi," ujar Lala dengan bibir yang bergetar, Lala kini bukan hanya takut pada tali pinggang Dimas. Tapi ia juga malu di hadapan Dimas, karena ia dengan suka rela meminta Dimas untuk membeli dirinya. Rasa itu sangat membekas di kepala Lala, hingga ia tidak ingin lagi berjumpa dengan Dimas.

"Kau bicara apa?" tanya Dimas.

"Pak saya mohon....." pinta Lala sambil menangis.

Tidak lama berselang seorang dokter datang, bersama dua orang perawat.

"Ibu Lala, tolong tenang ya," ujar dokter Vera yang kini mendekati Lala.

"Pak Dimas pergi!!!!" teriak Lala sambil berusaha untuk pergi, tapi dua perawatan langsung memegangi Lala dan dengan cepat dokter menyuntikan obat bius. Hingga perlahan tubuh Lala mulai tidak terasa dan ia tidak lagi berteriak, "Pergi Pak," kata Lala lagi setelah itu ia sudah tidak sadarkan diri.

"Lala!!!" dengan cepat Dimas mendekati Lala, ia menepuk pipi Lala.

"Pasien tidak apa-apa tuan, itu hanya pengaruh obat," jelas sang Dokter, "Tolong baringkan pasien kembali, agar infus nya di pasang kembali," pinta sang dokter.

"Biar saya saja," Dimas langsung mengangkat tubuh Lala dan membaringkan nya di atas ranjang.

"Pasang kembali selang infus nya," pinta dokter Vera pada seorang suster.

Setelah selang infus kembali terpasang, kini Lala terbaring dengan baik. Walaupun ia kembali tidur karena obat yang di suntik kan oleh dokter.

Tangan dokter itu bergerak membuka satu kancing baju milik Lala, "Lihat tuan," dokter tersebut menunjukkan memar pada diri Lala, "Saya sudah melihat yang lebih banyak. Dan memar itu ada yang masih baru dan ada juga yang sudah lama, seperti nya pasien memang sering mengalami kekerasan hingga mentalnya sedikit terganggu. Sepertinya ini semakin serius, karena harus melibatkan seorang dokter kejiwaan agar trauma pasien tidak berlanjut," jelas sang dokter.

Walaupun tidak terlalu banyak, tapi mata Dimas melihat memar yang di tunjukan oleh dokter Vera. Dan luka itu memang cukup mengerikan.

"Lakukan yang terbaik dok, apapun. Tapi kenapa dia seperti menghindari saya?" tanya Dimas.

"Saya kurang mengerti dengan kejiwaan tuan, tapi sepertinya dia memiliki suatu problem mungkin yang tidak bisa di terima dirinya dan itu berkaitan dengan anda. Tapi saya tidak tahu pasti, yang lebih pastinya pasien sebaiknya di tangani dokter ahli nya," jelas sang dokter.

Dimas mengangguk, "Tapi saya minta pasien di visum Dok, dan ini diam-diam saja. Tidak boleh ada yang tahu," ujar Dimas.

"Iya, baiklah," kata dokter Vera, "Tapi tuan, coba anda melepas ikat pinggang Anda. Saya menangkap jika pasien trauma dengan genda itu, sesuai memar pada tubuhnya. Ini saya curiga bekas ikat pinggang, tapi jangan terlalu percaya juga. Karena ini bukan ahli saya, tapi saya hanya sekedar menyarankan saja. Agar mungkin pasien bisa lebih tenang," ujar sang dokter.

"Ikat pinggang?"

"Iya, saya perhatikan dari tadi mata pasien hanya fokus menatap ikat pinggang Anda," jelas dokter itu lagi.

Dimas mengangguk dan ia juga mulai mengingat saat-saat Lala berteriak, memang pandangannya sangat fokus pada pinggang nya, "Baiklah," kata Dimas lagi.

"Saya permisi dulu, dan sebentar lagi akan ada dokter bagian kejiwaan yang akan masuk," ujar dokter Vera.

"Iya," Dimas mengangguk, ia mengusap wajah nya, "Ternyata kau sangat berarti bagi ku," ujar Dimas sambil melihat wajah pucat Lala.

*

Vote ya Kawan, Othor rencananya mau graziup.

Terpopuler

Comments

🌷Mita Sari 🌷

🌷Mita Sari 🌷

untunglh Dimas kau mengikutinya, makin kesini makin nyesek thor banyak bawangnya...

2022-12-03

1

Siti Aisyah

Siti Aisyah

cerdas...dimas diam.diam minta visum sam dokter...
aneh...disetiap kejadian suami nya suka datang telat ..dan mengetahui lala nya selalu bersama dimas ..

2022-07-15

1

Titin Candies

Titin Candies

bodyguard Dimitri kadang ada kadang gak

2022-07-01

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Menikah
3 Tersiksa
4 Zira Anak Dimitri
5 Kembali Kuliah
6 Bertemu Dimas
7 Kasar
8 Bersenang-senang
9 Curiga
10 Apa Sudah Terjadi?
11 Info giveaway (Hadiah)
12 Ayah Sadar
13 Demi Ayah
14 Luka
15 Kehilangan Ayah
16 Pemakaman Ayah
17 Robot
18 Overdosis
19 Trauma
20 Istri Ku
21 Rumah Kedua Orang Tua Dimas
22 Sahabat Selamanya
23 Main Cantik
24 Ingin Pergi
25 Berdebar
26 Visum
27 Surat Cerai
28 Di Kepung
29 Tertembak
30 Sah bercerai
31 Trauma
32 Waktunya bangkit dari keterpurukan
33 Nyaman
34 Cemburu
35 Pulang dengan Pak Bimo
36 Ketakutan
37 Memalukan
38 Tidak tergenggam
39 Apa harus sesakit ini
40 Jangan Dia
41 Direnggut paksa
42 Kecewa
43 Pil
44 Korban
45 Pengen Khilaf
46 Pengakuan Zea
47 Kebaya milik Mama Yeni
48 Sah!!!!
49 Makanlah biar kuat
50 Panas
51 Morning kiss
52 Bocah Lebih menarik
53 Dasar Bucin
54 Kontrak Pernikahan
55 Ngadem?
56 Perjuangan Di mulai
57 Makan Malam Romantis
58 Aa Dimas
59 Selamat pagi Cinta
60 Pawangnya
61 Pencuri
62 Liburan
63 Kau harus di hukum dulu
64 Sendiri
65 Senyuman mu
66 Nasib
67 Berdebar
68 Jangan Adik ku
69 Kesal
70 Sama saja
71 Ketemu diam-diam
72 Memohon
73 Gemas
74 Demi adik ipar
75 Asisten dadakan
76 Cinta pertama tidak seindah bayangan ku
77 Maaf
78 Selamat
79 Maksudnya
80 Berkunjung
81 Mode Lola
82 Kita bukan sahabat lagi
83 Salah
84 Bukti
85 Yakin
86 Terpaksa
87 Tidak Tenang
88 Kawin lari
89 Pasrah
90 Keputusan
91 Di Titik Terendah
92 Berakhir
93 Dimitri
94 Sesal
95 Pisah
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100 skip aja, kalau ngotot dosa di tanggung pembaca.
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147 pengumuman
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
Episodes

Updated 159 Episodes

1
Part 1
2
Menikah
3
Tersiksa
4
Zira Anak Dimitri
5
Kembali Kuliah
6
Bertemu Dimas
7
Kasar
8
Bersenang-senang
9
Curiga
10
Apa Sudah Terjadi?
11
Info giveaway (Hadiah)
12
Ayah Sadar
13
Demi Ayah
14
Luka
15
Kehilangan Ayah
16
Pemakaman Ayah
17
Robot
18
Overdosis
19
Trauma
20
Istri Ku
21
Rumah Kedua Orang Tua Dimas
22
Sahabat Selamanya
23
Main Cantik
24
Ingin Pergi
25
Berdebar
26
Visum
27
Surat Cerai
28
Di Kepung
29
Tertembak
30
Sah bercerai
31
Trauma
32
Waktunya bangkit dari keterpurukan
33
Nyaman
34
Cemburu
35
Pulang dengan Pak Bimo
36
Ketakutan
37
Memalukan
38
Tidak tergenggam
39
Apa harus sesakit ini
40
Jangan Dia
41
Direnggut paksa
42
Kecewa
43
Pil
44
Korban
45
Pengen Khilaf
46
Pengakuan Zea
47
Kebaya milik Mama Yeni
48
Sah!!!!
49
Makanlah biar kuat
50
Panas
51
Morning kiss
52
Bocah Lebih menarik
53
Dasar Bucin
54
Kontrak Pernikahan
55
Ngadem?
56
Perjuangan Di mulai
57
Makan Malam Romantis
58
Aa Dimas
59
Selamat pagi Cinta
60
Pawangnya
61
Pencuri
62
Liburan
63
Kau harus di hukum dulu
64
Sendiri
65
Senyuman mu
66
Nasib
67
Berdebar
68
Jangan Adik ku
69
Kesal
70
Sama saja
71
Ketemu diam-diam
72
Memohon
73
Gemas
74
Demi adik ipar
75
Asisten dadakan
76
Cinta pertama tidak seindah bayangan ku
77
Maaf
78
Selamat
79
Maksudnya
80
Berkunjung
81
Mode Lola
82
Kita bukan sahabat lagi
83
Salah
84
Bukti
85
Yakin
86
Terpaksa
87
Tidak Tenang
88
Kawin lari
89
Pasrah
90
Keputusan
91
Di Titik Terendah
92
Berakhir
93
Dimitri
94
Sesal
95
Pisah
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100 skip aja, kalau ngotot dosa di tanggung pembaca.
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147 pengumuman
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!