"Iya," Lala mengangguk sambil tersenyum.
"Kak, Zira udah nabung buat operasi Ayah," Zira tertunduk lesu sambil mengingat wajah Atmaja, orang yang selama ini ia pikir Ayah kandungnya, "Tapi masih jauh banget Kak," ucap Zira penuh rasa sedih.
Lala terharu, dengan cepat ia langsung memeluk Zira. Walaupun keduanya bukan saudara kandung, tapi keduanya saling menyayangi sebab sejak kecil Zira sudah terbiasa dengan kasih sayang Lala. Begitupun Lala yang tulus menyayangi adiknya.
"Ibu, sama Dimitri tega sekali ya Kak. Sampai sekarang Ayah belum juga di operasi, padahal janjinya Dimitri dulu mau membiayai operasi Ayah," kata Zira lagi di sela-sela tangisnya.
Tidak ada panggilan Ayah yang di ucapkan Zira pada Dimitri, yang ada ia langsung memanggil nama. Zira tahu itu tidak sopan, tapi hatinya masih terlalu sulit untuk menempatkan posisi Dimitri sebagai ayah di hatinya. Semua terlalu menyulitkan, bahkan Dimitri adalah manusia kejam yang tidak punya hati.
"Kakak juga enggak bisa lama-lama di sini," Lala mulai menjauh dan menatap wajah Zira.
"Zira kerja dulu ya Kak, kalau kakak butuh Zira datang aja ke minimarket depan sana," kata Zira.
"Iya, kamu jaga diri ya Dek."
"Iya Kak."
Lala tidak ingin membuang-buang waktu dengan segera ia melangkahkan kakinya mencari toko pakaian, sampai akhirnya Lala menemukan sebuah dress yang menurutnya cocok untuk di gunakan. Dress merah dengan bentuk terbuka, setelah itu Lala memilih heels, dan membeli alat mek-up. Tidak ada yang mahal, barang yang di beli Lala semua barang-barang murahan. Dengan uang satu juta yang diberikan oleh Zira, Lala bisa membeli beberapa barang. Bahkan masih tersisa dua ratus ribu. Dan bisa ia gunakan untuk ongkos taxi.
Lala keluar dari sebuah toko, dress yang ia gunakan sangat mini. Bahkan mungkin dress itu sangat tidak pantas untuk di gunakan, dengan setengah dada Lala menyembul keluar. Sedangkan kaki mulusnya terpampang nyata, tidak ada lagi yang harus di pertahankan. Harga diri sudah tidak berarti lagi. Apa lagi ia merasa sudah tidak lagi suci, hingga dengan nekat Lala mencari rupiah dengan jalan pintas. Dan ini demi pengobatan sang Ayah dengan cara menjual dirinya.
"Taxi."
Lala menumpangi sebuah taxi yang akan membawanya kesebuah tempat yang menjijikan, tempat dimana ia akan mendapatkan uang dengan cara yang cepat.
Kaki jenjang Lala melangkah turun dari mobil, ia perlahan melangkah masuk kesebuah club malam. Walaupun terlahir dari orang tua berada, tapi tidak pernah kaki Lala menginjak dunia malam. Lala sebenarnya tidak mengerti bagaimana cara masuk ke sana, akan tetapi ia mengikuti cara orang yang lainnya. Lala berhasil masuk, mata Lala menatap setiap sudut ruangan tersebut.
Dentuman musik membuat gendang telinga tidak nyaman, suasana yang remang-remang seakan mendukung untuk saling berdekatan. Asap yang mengepul membuat Lala tidak nyaman. Ia mengibas-ngibaskan tangan nya, hingga mata Lala menatap banyak wanita berbaur dengan pria tanpa jarak. Lala hanya tersenyum miring, karena kini ia dan wanita itu tidak ada bedanya. Sama-sama seorang wanita bayaran.
"Hay," seorang pria bertubuh tegap langsung mendekati Lala, pria tersebut menatap Lala dengan tidak sopan. Bahkan memandang Lala dengan haus, "Baru pertama kali?" tanya pria tersebut dengan berteriak, agar Lala bisa mendengar suara nya. Suara dentuman musik membuat harus berteriak bila berbicara.
Lala tersenyum dan bertingkah seolah ia adalah wanita yang sudah terbiasa menjadi wanita bayaran, ia tersenyum sambil menatap pria tersebut.
"Kamu cantik sekali," pria itu mencolek dagu Lala, bahkan ia terlihat menginginkan, "Ke hotel yuk," kata pria tersebut.
"Berani bayar berapa?" tanya Lala.
Lala tersenyum getir. Tidak pernah ia bayangkan akan berada di posisi seperti ini, dimana ia yang mencari lelaki untuk membayarnya. Tapi tekat Lala sudah bulat, demi sang Ayah apapun akan ia lakukan.
"Kau maunya berapa?"
Pria tersebut tanpaknya begitu tertarik pada Lala, hingga ia ingin Lala sendiri yang mengatakan nominal nya.
"Lima puluh juta," kata Lala.
"Tidak masalah, seratus juta sampai pagi," kata pria tersebut dengan pasti.
"Ok," Lala mengangguk.
Tangan pria itu melingkar di pinggang Lala, dan keduanya melangkah keluar menuju hotel.
Jika biasanya Lala sangat tidak suka lelaki yang tidak sopan pada dirinya, namun kini semuanya berbanding terbalik. Ia membiarkan dirinya di pegang-pegang oleh pria tersebut, sungguh miris sekali.
"Sayang ayo turun."
Sampai di sebuah hotel bintang lima, pria tersebut membuka pintu mobil untuk Lala.
Lala turun dan keduanya mulai berjalan masuk, setelah mendapatkan kamar. Lala langsung di bawa masuk, dengan cepat pria itu membuka jaket milik nya.
Sementara di tempat lainnya, seorang pria bertubuh tegap tengah melaporkan pada bosnya tentang Lala yang berada di kamar hotel.
Dimas yang sedang rapat terkejut mendengar orang suruhan nya jika Lala kini berada di hotel bersama seorang pria, dengan cepat Dimas meninggalkan rapat nya begitu saja. Dan ia lebih memilih untuk menemui Lala.
Pekerjaan Dinas kini cukup banyak, sebab ia harus menggantikan sang bos untuk sementara waktu. Sebab istri dari Arkana Anggara Wijaya, atau CEO Dimas kini harus menjaga istrinya yang baru saja melahirkan.
Tidak butuh waktu lama untuk bisa menemukan Lala, sebab mereka berada di tempat yang sama. Hotel tersebut memang milik sang bos, dan barusan ia rapat dengan rekan kerja dari luar negeri.
"Buka!"
Tidak sulit bagi Dimas untuk membuka kamar yang sudah di tempati Lala, dengan mudahnya seorang karyawan langsung membukakan pintu untuk Dimas.
Pintu terbuka, Dimas langsung masuk. Dan melihat pakaian Lala yang hampir setengah terbuka.
"Pak Dimas," Lala terkejut sekali dengan kedatangan Dimas, cepat-cepat Lala membenarkan pakaiannya.
"Hey kau siapa!!" geram pria yang sudah membel Lala untuk satu malam, ia terlihat tidak suka akan kedatangan Dimas yang sangat mengganggunya.
Buk!
Emosi Dimas benar-benar di uji, hingga ia dengan cepat menghajar pria tersebut habis-habisan.
Buk!
Buk!
Tidak mengenal kata ampun, yang jelas Dimas benar-benar marah.
"Pak Dimas," dengan cepat Lala masuk di antara pria tersebut dan Dimas, beruntung Dimas masih bisa menahan tangannya. Padahal sedikit lagi hampir saja Bogeman mentah sampai di wajah Lala, karena Lala yang tiba-tiba berada di tengah-tengah.
"Pergi dari sini!" titah Dimas.
"Urusan kita belum selesai!"
Pria tersebut mengambil jaketnya, lalu ia pergi dengan membawa kekesalannya.
"Mas tunggu," Lala berusaha menahan pria tersebut, tapi dengan capat Dimas memegang lengan Lala.
"Selesaikan dulu masalah mu!" ujar pria tersebut lalu pergi.
Lala kini berdiri sambil menatap Dimas penuh amarah, "Apa yang bapak lakukan! Padahal sedikit lagi saya bisa mendapatkan uang. Setelah itu Ayah bisa di operasi," teriak Lala dengan penuh amarah, Lala sangat takut sekali jika keadaan sang Ayah semakin memburuk.
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Siti Aisyah
.itu suami nya kemana...bukan nya td ada si rmh sakit yaa...kok gak muncul atau ngejar lala yg pergi mau menjual diri demi uang utk oprasi ayah nya...
kadang aku suka berpikir..di dunia nyata jg ada kali yaa nasib nya seperti lala..bener.bener nestapa
2022-07-15
0
Rinjani
nasib Lala..juga Zira menyedihkan ternyata jahat sarika sama Atmajaya aduh untung Dimas dtg
2022-07-07
0
Ida Lailamajenun
wlpn kepepet tapi gk jual diri kali Lala buat bantu ayah nya operasi.banyak cara buat dapetin duit halal gk MGKN la temen" mu gk mau bantu ada Rika ada mentari.yg penting jgn gengsi aja bilang ke tmn" mu klu kamu butuh..
2022-06-18
1