####
Gue masih di sini, duduk di ruang tamu milik keluarga Aro yang sudah jelas mewah. Semua perabotan dan properti lainnya terlihat berkelas semua. Bahkan vas bunganya pun terlihat mentereng dengan kilauan emas. Meski gue tidak tahu lapisan itu mengandung emas beneran atau tidak, hanya saja warnanya jelas, Gold. Sementara Aro masih terlihat menunggu jawaban dengan tidak sabar. Sedangkan gue, lagi kebingungan, belum tau harus menjawab apa?
Ya ampun, tatapan matanya itu lho, suka membuat gue sebel. Gimana tidak sebal, selain membuat tubuh ini gemetaran tidak karuan, kegantengannya pun dengan nasarnya bertambah kali lipat. Kan ngeselin.
Sejenak, gue menghela napas, berusaha mengisi udara di antara rongga dada yang entah kenapa terasa begitu sesak.
"Mungkin Tante salah paham," ringis gue sambil tersenyum aneh. Berusaha menutupi kegelisahan gue yang kian menjadi. Gue yakin seratus persen, wajah gue saat ini pasti sangatlah tidak oke.
"Salah paham gimana?" tanya Aro sambil menaikkan alisnya tak percaya.
Mampus gue!
"Kemarin waktu lo sakit, gue bilang kalau gue pacar lo biar gampang masuk ke sini," ringis gue akhirnya menyerah dan mengaku.
Di luar dugaan, respon Aro hanya ber'oh'ria saja. Gila. Hanya itu? Enggak ada yang lain. Padahal tadi pas nanya, tatapannya itu udah kaya mau makan orang. Dan setelah dijawab cuma gitu doang. Ini siapa yang keterlaluan sih? Bukan gue kan?
"Kok cuma Oh?" protes gue tak terima.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir kenapa juga ya, gue protes. Harusnya kan gue bersyukur, karena si Aro nggak ngamuk karena udah gue akuin jadi pacar.
"Kenapa memangnya, kamu mau jadi pacar saya beneran?"
Seketika gue langsung melongo.
Astaga. Tingkat kenarsisannya semakin melambung aja.
"Jangan bercanda deh!"
Kalau boleh jujur, sebenarnya gue cukup menyesali kalimat yang baru saja gue ucapkan barusan. Dari sekian banyak kalimat, kenapa juga gue harus mengucapkan kalimat itu. Kan nanti Aro bisa berpikir kalau gue lagi ngekode biar diseriusin. Mana pipi nggak bisa dikondisikan banget, masih sempet-sempetnya memanas.
"Kalau kamu mau, saya bisa kok seriusin kamu sampai ke penghulu dan Ayah kamu."
Nah kan!
Apa juga gue bilang. Aro pasti mikir gini.
Baru juga bibir ini mangap, buat ngucapin kalimat. Belum sampai keluar itu kalimat. Eh, ada yang nyamber aja.
"Ya ampun, obrolannya udah sampai penghulu aja."
Gue langsung menoleh ke asal suara, dengan lumayan kesal tentunya. Dan sedikit terkejut saat mendapati wanita paruh baya yang tadi ketemu di depan gerbang. Wanita elegan tadi, yang style-nya kaya ibu-ibu pejabat tapi tidak norak.
Mama Aro tersenyum kemudian menoleh ke arah Aro. "Punya pacar cantik gini kok nggak dikenalin ke Mama sih."
Gue hanya meringis kecil, kemudian kembali duduk di sofa.
Aro menatap gue sekilas sebelum menjawab pertanyaan Mamanya.
"Dia adiknya Riki, Ma," kata Aro menjelaskan.
Ugh. Kenapa ada perasaan nggak rela ya, pas denger Aro ngomong gitu. Masa iya, gue ngarep buat diakuin jadi pacarnya? Ckck, udah gila kali, ya?
Gue lirik wajah Mama Aro langsung berseru girang dan juga antusias. "Kamu adiknya Riki yang mirip artis Korea itu?" tanya Mama Aro yang kini sudah mengambil posisi duduk di sebelah gue.
"Hah?"
Gue melongo karena nggak paham. Kemudian melirik ke arah Aro, berniat meminta penjelasan.
"Mama saya suka Drama Korea, dan selalu bilang kalau Abang kamu mirip salah satu aktor kesukaannya."
Gue mangguk-mangguk setelah paham. "Oh, iya, saya adiknya Bang Riki, Tante."
"Pantesan, cantik gini."
Gue meringis malu-malu karena pujian dari Mama Aro.
"Namanya siapa sayang?"
Duh, kok masih sempet-sempetnya baper dipanggil sayang.
"Anggita, Tante."
"Gimana kabarnya kakak kamu, masih di Jakarta? Udah lama banget nggak pernah ketemu."
"Masih, Tan."
"Udah nikah?"
"Belum, Tan."
"Sama. Aro juga belum nikah kok."
Udah tahu nggak pake dijelasin kali. Wanita pesabar mana yang tahan sama kelakuan kulkas dua pintu macem ini manusia.
Namun demi sopan santun dan juga tata krama yang diajarkan Ayah dan juga Ibu, gue berusaha tersenyum sambil mengangguk.
"Ar, Mama mau mantu kaya Anggi, ya," kata Mama Aro sambil tersenyum kepadaku.
Gue yang nggak tau harus merespon gimana, akhirnya ikut tersenyum.
Aro menatap gue intens. Membuat gue nyaris kelojotan karena gugup. Sumpah ya, tatapannya itu lho, bikin iman rontok seketika. Kan pikiran gue jadi melayang ke mana-mana.
"Mama tanyain ke orangnya dong. Mau nggak jadi istri Aro," kata Aro tanpa beban.
Lagi-lagi gue melongo. Astaga, mulutnya ya Allah.
"Aro emang nggak ganteng-ganteng banget sayang, tapi lumayan kok buat diajak ke kondangan. Dipamerin di IG juga Mama yakin bikin pada iri. Masalah keuangan, Anggi nggak perlu khawatir. Aro ini anak tunggal, jadi warisan nggak perlu dibagi-bagi," celoteh Mama Aro dengan wajah berbinarnya.
Sebenarnya gue saat ini sedang menahan diri secara mati-matian agar tidak tertawa, mendengar kalimat yang diucapkan Mama Aro yang sedikit lucu ini.
Dapat gue tangkap wajah kesal dari Aro. Ya, iyalah kesal. Gimana kesel coba, dipromosiin sih iya, tapi ada kalimat-kalimat penambah yang menjatuhkan.
Gimana nggak unik ini si emak Aro?
Cantik sih, sudah jelas, mutlak. Tapi sifatnya? Ya, seperti yang gue bilang tadi. Unik.
"Mama niatnya mau muji apa ngejelekin sih?" gerutu Aro cemberut.
Langka!
Ini pertama kalinya gue melihat Aro cemberut. Khas kaya anak kecil kalau nggak dibeliin emaknya mainan, kurang lebih gitu sih.
"Harus pas dong," kata Mama Aro sambil menoleh menatapku, "gimana kamu-nya mau nggak jadi mantu Tante."
Aku tertawa sumbang. "Kalau cetakannya model anak Tante gini, siapa yang biasa nolak sih, Tan?"
Raut wajah Mama Aro langsung berubah senang.
"Serius, mau?"
"Realistis sih, Tan," ringis gue jujur.
Iya dong, cetakan muka macem Aro gini emang sangat pas untuk dijadikan patner bikin dedek bayi. Serius.
Sontak Mama Aro langsung tertawa, mendengar pengakuan gue yang kelewat jujur ini.
"Tante pegang kata-katanya, ya," katanya sebelum meninggalkan kami berdua.
Gue meringis. "Kata-kata mana bisa dipegang, Tan. Kalau barang baru bisa," guman gue pelan.
"Bisa kamu mempertanggung jawabkan kalimatmu barusan," celetuk Aro tiba-tiba.
"Hah?"
Kok malah jadi gini, nggak sesuai sama tujuan awal banget.
Tbc,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Cucut Hayati
auto kocak🤣🤣🤣
2022-08-29
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
gotcha Anggita, hahaha,🤣🤣🤣
bisa ngeles lagi gak tuh
2021-12-01
0
Nyai Suketi
gw mau dong punya mertua modelan emak nya Aro
2020-11-09
3