Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan

*****

Gue merasa hidup gue kali ini benar-benar sial. Demi Tuhan, gue merasa sudah tidak punya muka lagi saat ini. Rasanya gue benar-benar ingin mengakhiri hidup gue saking malunya. Ya ampun, insiden gue berteriak kesakitan tadi itu bukan dikarenakan sakit gue yang bertambah parah, bukan pula karena gue terserang penyakit serius lainnya. Bukan, bukan karena itu semua.Melainkan karena.... karena....

Astaga, gue bahkan tidak sanggup menjelaskan insiden memalukan barusan. Ya Allah, kejadian memalukan itu tidak hanya disaksikan Aro seorang. Melainkan dokter jaga malam dan juga suster yang menangani gue saat kesakitan tadi. Mereka semua menyaksikan tragedi yang mungkin akan meninggalkan bekas luka batin yang mendalam. Lebih parah dari insiden salah masuk toilet kemarin. Tenggalamkan saja gue ke rawa-rawa!

Karena malu, gue memilih untuk tidak keluar dari kamar mandi dahulu. Duduk di atas closet sambil meraup wajah gue frustasi.

ARGGHHHHH!!!!

Gue tidak sanggup lagi ya, Tuhan!

"Mbak Anggi, keluar dulu, yuk! Dokter Raka sudah keluar kok. Pacarnya Mbaknya juga lagi keluar. Mbak Anggi keluar dulu ya, di dalam kan dingin. Nanti Mbak Anggi tambah sakit loh."

Itu suara suster kenapa berisik banget sih. Nggak tau apa ini gue udah keki setengah mati, gara-gara insiden barusan, eh malah ditambah denger Mbak perawat. Serasa benar-benar ingin makan orang rasanya.

"Bisa diem nggak sih, Sus? Mending suster keluar juga sana!" usir gue galak.

"Nggak bisa lah, Mbak. Mas-nya nitipin Mbaknya ke sa--"

"Iya, iya terserah lo!" potong gue tak ingin mendengarkan suara nya lagi, "asal lo diem," lanjut gue kembali menutup muka secara frustasi dengan kedua tangan. Masa bodoh dengan sopan santun, gue tidak peduli.

"Loh Mbak-nya belum keluar juga, Sus?"

Oh, itu suara Aro.

Mampuss gue!

Gue harus gimana ini?

"Belum, Mas. Kayaknya, Mbak-nya masih malu deh sama adegan berdarah-darah tadi."

Gue langsung mengumpat kesal, saat mendengar si suster yang kebetulan lumayan cantik tadi membicarakan gue. Sialan.

"Ya udah, Sus. Suster bisa lanjut kerja. Biar Mbaknya saya yang urus."

"Anggita," panggil Aro setelah hening beberapa saat.

Gue meneguk air ludah dengan susah payah. Rasanya gue ingin mati aja. Huaaa.... sumpah malu banget rasanya, ya Allah.

"Anggita, cepat buka pintunya!" seru Aro sekali lagi. Suaranya terdengar datar, namun penuh penekanan.

Gue memilih untuk tetap diam. Belum ada niatan untuk membuka pintu. Demi Tuhan, gue masih belum siap bertemu Aro saat ini juga, masih malu luar biasa.

"Buka pintunya atau saya dobrak, Anggita!" Suara Aro kembali terdengar, dan kali ini terdengar lebih tegas dan tidak ingin dibantah. Namun, gue masih tetap bergeming.

"Anggita! Jangan membuat saya kehilangan kesabaran!" seru Aro sekali.

Oh tidak. Celaka. Mampus gue!

Kali ini nada suara Aro benar-benar terdengar seperti orang marah, dan itu cukup membuat gue ketakutan. Dengan takut-takut, gue akhirnya memilih untuk membuka pintu. Daripada dia benar-benar mendobrak pintu kan? Jadi lebih baik gue mengalah.

Setelah pintu terbuka Aro langsung mendesah lega. "Terima kasih," ucapnya sambil mengangguk lega.

Gue sedikit mengerutkan dahi bingung. Kenapa cepat sekali perubahan sikapnya?

"Saya belikan pembalut dan juga celana dalam. Lebih baik kamu ganti sekarang. Rasanya pasti tak nyaman bukan," ujar Aro dengan ekspresi kalemnya, sambil menyodorkan plastik berisi pembalut dan juga celana dalam, "saya tidak tahu ukuran yang biasa kamu pakai, tapi semoga saja bisa dipakai," imbuhnya kemudian.

Gue melongo.

Ya, kalian benar. Insiden yang yang membuat gue malu setengah mati tadi memang dikarenakan tamu tak diundang, yang menyebabkan mood perempuan jadi tak menentu. Kalian boleh tertawa sekarang. Silahkan!

Dengan sedikit enggan, gue akhirnya mengambil kantong kresek yang Aro sodorkan, kemudian kembali masuk ke dalam kamar mandi. Untuk memakai benda yang sejujurnya sangat gue benci itu. Ya, kalau bukan karena kebutuhan mana sudi gue memakainya. Sudah bikin perih, nggak nyaman, dan terasa sangat menganggu pula.

"Anggita, kamu baik-baik saja?"

Aro kembali bersuara. Gue mengeram tertahan. Emosi gue kembali meradang. "Ar, bisa lo diem bentar? Gue kesulitan ini masang 'nya' gara-gara infus sialan ini. Jadi bisa lo diem?" teriak gue jengkel.

Jujur, gue sedikit kesal karena Aro benar-benar diam di detik berikutnya. Tidak, maksud gue, paling tidak dia jawab sesuatu dulu dong, sebelum pada akhirnya benar-benar diem. Bukannya langsung diem gitu aja. Kan ngeselin.

Butuh waktu sedikit lebih lama sampai akhirnya gue selesai berganti dan keluar dari kamar mandi.

"Udah?" tanya Aro.

Gue hanya mengangguk, sebagai tanda jawaban.

"Saya bantu," ucap Aro sembari meletakkan tangan kanannya di pundak gue.

Namun, dengan cepat gue singkirkan tangan kekarnya yang lumayan berat itu. "Apa-apaan sih lo? Nggak usah nyari kesempatan dalam kesempitan, ya! Modus aja lo kerjaannya," ketus gue lalu berjalan mendahuluinya menuju ranjang.

"Saya hanya berniat membantu. Karena kalau saya perhatikan kamu terlihat kesakitan."

"Nggak usah sok perhatian!" ketus gue sekali lagi. Memilih langsung membaringkan tubuh gue di ranjang dengan posisi meringkuk.

Namun tiba-tiba Aro dengan seenak udelnya meluruskan kaki gue. Membuat nyeri perut gue semakin terasa.

"SAKIT BEGO!!" teriak gue emosi. Kedua mata gue bahkan sudah melotot tajam dan bersiap mengamuk Aro.

Sementara Aro dengan wajah terkejutnya hanya berkedip dengan mulut sedikit terbuka. "M.maaf, saya nggak sengaja. Demi Tuhan!" katanya setelah sedikit tersadar. Ekspresi wajahnya terlihat sangat bersalah. Membuat gue jadi gantian yang merasa bersalah.

"Plis, Ar, gue lagi sensi. Lo jangan bikin gue makin sensi dong," ucap gue kemudian.

"Maaf," sesal Aro.

Gue mengangguk maklum, lalu kembali meringkuk, dan kali ini gue memilih untuk mbelakanginya.

"Kenapa nggak dilurusin aja kakinya?" tanya Aro hati-hati.

"Lo belum pernah liat pacar lo kalau lagi datang bulan?"

"Saya sedang tidak memiliki pacar, kekasih atau hubungan semacamnya."

Secara otomatis gue menoleh ke arahnya, setelah mendengar kalimat Aro. Gue berkedip beberapa detik sebelum akhirnya berdecak jengkel. "Gue nggak tanya status lo," ketus gue sambil menggeleng. "Oke. Lupain! Adek perempuan lo, emang nggak gitu?"

"Saya tidak punya adik."

"Ka--"

"Saya anak tunggal, Anggita," potong Aro cepat.

"Oh."

"Jadi, kenapa nggak dilurusin aja?" tanya Aro, kembalo mengulangi pertanyaannya.

"Buat ngeredain nyerinya."

"Emang nggak ada cara lain?"

Tanpa sadar gue tersenyum. "Ada. Biasanya kalau dielus-elus Bang Riki, jadi nggak sakit sih. Tapi Bang Riki kan lagi nggak di sini. Jadi biar nyerinya agak berkurang ya, meringkuk."

"Keberatan kalau saya coba?"

"Hah?" Gue melongo.

"Saya coba elus perut kamu," kata Aro.

Dengan gerakan tegas gue menggeleng. "Nggak usah. Thanks. Gue tidur aja," kata gue langsung menutup wajah gue yang memerah dengan selimut.

Sialan. Kenapa tubuh gue merespon berlebihan begini sih. Lebay.

*****

Gue membuka kedua mata gue. Saat mendengar suara ponsel yang sangat gue yakini itu bukan milik gue maupun Bang Riki.

"Maaf. Kebangun gara-gara alarm saya, ya?"

Gue menoleh saat mendengar suara Aro yang ternyata sedang melipat sajadah kemudian berjalan ke arah gue. "Sudah lebih baik?" tanyanya kemudian.

Gue mengangguk pelan dan berdehem, guna mengusir rasa gugup gue yang tiba-tiba melanda tak tahu malu. "Kamu mau ganti lagi?" tanyanya, yang kali ini membuat gue bingung.

Hah?

Ganti lagi?

Ganti apa?

"Celana dalam sama pembalut, Anggita."

Gue lansung melotot dan tersedak ludah gue sendiri. Itu mulut kenapa frontal banget sih?

Aro memutar ke dua bola mata malas. "Saya tidak suka pake istilah-istilah yang belum tentu akan langsung kamu pahami nantinya."

Wah, mulutnya sudah balik lagi, gaes. Sudah tidak ada manis-manisnya sama sekali.

"Gimana, mau ganti enggak?"

Baru saja gue ingin membuka mulut untuk menjawab. Tiba-tiba Bang Riki muncul dari balik pintu dengan tampang kusutnya. "Gila capek," keluhnya yang langsung rebahan di atas sofa.

"Baru balik, Bang?" tanya gue dengan kedua mata menyipit curiga.

Bang Riki hanya menjawab dengan gumanan.

"Nggarap proposal buat meeting apa nggarap anak orang lo, Bang?"

Bang Riki terkekeh meski dengan kedua mata terpejam. "Sambil menyelam minum air, Wat. Gue mah bukan tipekal pria yang suka merugi."

Aro berdecak sebelum bersuara, "Sambil menyelam minum air, yang ada lo kelelep kali, Rik." Aro mencibir. "Gue cabut deh kalo gitu," pamitnya sembari menepuk punggung Bang Riki.

Bang Riki hanya menjawabnya dengan acungan jempol dan gumanan tak jelas.

"Saya pamit, ya. Cepet sembuh!" pamit Aro lengkap dengan senyum manis disudut bibirnya.

Gila!

Itu apa barusan?

*****

Tbc,

Terpopuler

Comments

aduh, maluuu bet😭

2023-01-09

0

༄༅⃟𝐐𝐌ɪⁱᵐᵘᵗᵗ𒈒⃟ʟʙᴄ🧡Kᵝ⃟ᴸ🦎

༄༅⃟𝐐𝐌ɪⁱᵐᵘᵗᵗ𒈒⃟ʟʙᴄ🧡Kᵝ⃟ᴸ🦎

uhuyy... 🤗

2021-12-01

0

🍀Ode Tri🍀

🍀Ode Tri🍀

hiburan banget nih novel tiap part bikin ngakak

2020-09-07

0

lihat semua
Episodes
1 Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2 Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3 Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4 Spesial Part : Pov Aro
5 Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6 Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7 Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8 Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9 Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10 Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11 Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12 Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13 Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14 Spesial Part : Pov Aro
15 Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16 Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17 Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18 Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19 Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20 Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21 Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22 Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23 Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24 Spesial Part : Pov Aro
25 Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26 Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27 Spesial Part : Pov Aro
28 Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29 Spesial Part : Pov Riki
30 Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31 Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32 Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33 Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34 Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35 Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36 Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37 Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38 Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39 Spesial Part : Pov Aro
40 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41 Spesial Par: Pov Vinzi
42 Spesial Part : Pov Riki
43 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44 Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45 Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46 Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47 Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48 Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49 Spesial Part
50 Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51 Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52 Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53 Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54 Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55 Spesial Part : Pov Aro
56 Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57 Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58 Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59 Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60 Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61 Spesial Part : Pov Aro
62 Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63 Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64 Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65 Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66 Spesial Part : Pov Aro
67 Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68 Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69 Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70 Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71 Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72 Spesial Part : Pov Aro
73 Spesial Part : Pov Aro (again)
74 Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75 Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76 Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77 Spesial Part : Pov Author
78 Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79 Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80 Spesial Part : Pov Aro
81 Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82 Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83 Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84 Pemberitahuan
85 (not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86 (not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87 (not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88 Spesial Part : Pov Aro
89 (not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90 (not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91 (not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92 (not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93 (not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94 Spesial Part : Pov Author
95 (not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96 Spesial Part(again) : Pov Author
97 (not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98 (not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99 (not) Perfect Couple : {12} Galau?
100 Spesial Part : Pov Aro
101 Spesial Part : Pov Aro(again)
102 (not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103 (not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104 (not) Perfect Couple : {15}
105 (not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106 Spesial Part : Pov Aro
107 (not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108 (not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109 Spesial Part : Pov Aro
110 (not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111 Spesial Part : Pov Author
112 (not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113 Pov Aro
114 (not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115 (not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116 (not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117 (not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118 promo cerita baru
119 Cerita baru terosss
120 numpang promo
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2
Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3
Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4
Spesial Part : Pov Aro
5
Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6
Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7
Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8
Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9
Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10
Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11
Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12
Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13
Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14
Spesial Part : Pov Aro
15
Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16
Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17
Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18
Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19
Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20
Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21
Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22
Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23
Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24
Spesial Part : Pov Aro
25
Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26
Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27
Spesial Part : Pov Aro
28
Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29
Spesial Part : Pov Riki
30
Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31
Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32
Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33
Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34
Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35
Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36
Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37
Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38
Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39
Spesial Part : Pov Aro
40
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41
Spesial Par: Pov Vinzi
42
Spesial Part : Pov Riki
43
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44
Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45
Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46
Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47
Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48
Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49
Spesial Part
50
Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51
Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52
Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53
Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54
Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55
Spesial Part : Pov Aro
56
Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57
Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58
Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59
Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60
Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61
Spesial Part : Pov Aro
62
Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63
Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64
Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65
Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66
Spesial Part : Pov Aro
67
Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68
Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69
Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70
Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71
Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72
Spesial Part : Pov Aro
73
Spesial Part : Pov Aro (again)
74
Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75
Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76
Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77
Spesial Part : Pov Author
78
Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79
Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80
Spesial Part : Pov Aro
81
Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82
Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83
Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84
Pemberitahuan
85
(not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86
(not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87
(not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88
Spesial Part : Pov Aro
89
(not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90
(not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91
(not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92
(not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93
(not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94
Spesial Part : Pov Author
95
(not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96
Spesial Part(again) : Pov Author
97
(not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98
(not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99
(not) Perfect Couple : {12} Galau?
100
Spesial Part : Pov Aro
101
Spesial Part : Pov Aro(again)
102
(not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103
(not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104
(not) Perfect Couple : {15}
105
(not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106
Spesial Part : Pov Aro
107
(not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108
(not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109
Spesial Part : Pov Aro
110
(not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111
Spesial Part : Pov Author
112
(not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113
Pov Aro
114
(not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115
(not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116
(not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117
(not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118
promo cerita baru
119
Cerita baru terosss
120
numpang promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!