Spesial Part : Pov Aro

*****

Hari ini jadwalku untuk menikmati waktu libur di Jakarta. Sejak kemarin sore, aku memang sudah berada di Jakarta. Dari pada tetap di Bandung, dan membuatku harus merelakan telingaku untuk mendengarkan curhatan dan juga keluahan Gani yang sedang patah hati itu. Lebih baik di sini kan, sekalian main ke rumah Riki juga. Sudah lama rasanya aku tidak bertemu dengan pria yang memiliki julukan si penebar benih itu.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku langsung turun ke bawah, menyapa Mama yang ternyata sedang sibuk menyiram tanamannya.

"Pagi-pagi udah rajin amat, Ma?"

Mama melirikku sekilas, kemudian mendengkus. "Ini, itu udah siang. Kamu aja yang pemalas, jam segini baru bangun," gerutu Mama dengan ekspresi cemberut. "kamu mau ke mana? Kok udah rapi. Tumben," lanjutnya kemudian.

"Main ke rumah Riki."

"Kamu itu udah tua, Ar, nggak usah main-main terus. Mending cariin Mama mantu, deh."

"Iya, nanti pulang dari sana, Aro cariin. Mama minta berapa?" candaku yang membuat Mama melotot tajam ke arahku.

Dengan susah payah aku menulan ludahku kemudian menggeleng sembari mengacungkan jariku membentuk huruf V.

"Bercanda doang, Ma. Ya udah, Aro langsung berangkat, ya. Takutnya ditungguin Riki. Assalamualaikum!"

Tanpa menunggu jawaban dari Mama, aku langsung berlari menuju mobilku meninggalkan Mama. Yang kuyakini sedang berusaha menahan emosinya.

Aku melajukan Fortuner putih-ku menuju sebuah warung makan. Tadi Riki sempet mengirimiku pesan melalui WhatsApp dan menyuruhku untuk membelikan makanan sebelum aku ke rumahnya.

Setelah selesai membeli makanan untuk Riki, baru aku melajukan mobilku menuju ke rumahnya. Kupikir aku akan disambut olehnya begitu aku sampai di rumah Riki. Namun boro-boro disambut, aku yang sudah sampai di depan rumahnya saja harus menunggu lebih dari 15 menit baru kemudian dibukakan pintu, dan yang membuatku kesal saat menemukan wajah Riki masih kelihatan seperti orang baru bangun tidur. Dengan kaos tanpa lengannya yang berwarna abu-abu dan celana boxernya.

"Baru bangun?" tanyaku setengah jengkel.

Riki tersenyum sambil memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi, lalu mengacak rambutnya asal. Baru kemudian mempersilahkanku masuk.

"Ketiduran lagi tadi," jawabnya sambil menutup pintu.

Aku memutar kedua bola mataku kesal, lalu menyerahkan kantong kresek hitam ke arahnya.

Raut wajah Riki seketika berubah senang. Dengan kedua mata berbinar, ia langsung merebut kantong kresesk yang baru kusodorkan kepadanya.

"Thanks ya, Bro. Lo emang terbaek," kata Riku dengan kedua alis dinaik-turunkan.

Aku membuang muka, malas menanggapi sikap berlebihannya. Lalu memilih berjalan menuju sofa dan mendudukkan pantatku di sana. Kedua mataku mengelilingi seisi ruangan. Heran dengan pemilihan warna yang dipilih Riki. Ada beragam warna yang terdapat di ruangan ini, dan terkesan bukan seperti Riki sekali.

"Kenapa muka lo heran gitu?"

tanya Riki, berjalan menghampiriku sambil membawa piring dan juga segelas air putih. "Kalau haus ambil minum sendiri, ya. Anggep aja rumah sendiri," katanya sembari meletakkan gelas dan juga piringnya.

Aku mengangguk. "Ini siapa yang pilih properti nya?" tanyaku to the point.

Riki menghentikan kunyahannya, menoleh menatapku dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa emang?"

"Heran. Berasa kaya pelangi isi rumah lo."

Riki tertawa mendengar kalimatku, dengan gerakan sigap ia meraih segelas mineral di meja lalu menegaknya hingga setengah.

"Yoi, rainbow home," kekeh Riki sebelum kembali melanjutkan makannya.

"Pacar lo yang pilih, ya?" tebakku kemudian.

Riki menggeleng tegas. "Nggak boleh pacaran. Dosa," ucapnya embari memasang wajah sok innocent-nya. Membuatku ingin sekali muntah. Sekali lagi aku mendengkus. Tidak pacaran karena takut dosa, tapi tebar benih di mana-mana? Di sini yang bodoh siapa sih?

Sambil memutar bola mataku, aku coba mengabaikan kalimatnya yang itu, lalu memfokuskan pandanganku ke segala sisi ruangan. "Terus siapa yang milih?"

"Adek gue."

Aku membulatkan kedua mataku heran. Riki tadi bilang apa? Adik? memangnya dia punya adik, kok aku tidak tahu.

"Emang lo punya adek?" tanyaku tak yakin.

Dengan yakin Riki mengangguk.

"Cewek?"

Riki lagi-lagi mengangguk.

"Kok gue nggak tau?"

Kini giliran Riki yang menatapku heran. "Masa sih? Tapi Gani tau kok," katanya sambil berfikir.

"Gani?" tanyaku heran.

Ini hubungannya sama Gani apa.

"Mantannya Gani," kekehnya sambil berbisik.

"Kok gue nggak tau. Lo juga nggak pernah ngenalin ke gue kan?"

"Biar apa itu?" Riki menatapku heran.

"Ya, kali aja bisa jadi Mantu-nya Nyokap gue," candaku kemudian.

Bukannya membalas candaanku, Riki justru menanggapinya dengan serius. Ia bahkan langsung mengeleng tegas, karena tidak setuju. "Nggak cocok kalian kalo disatuin. Lo kan cuek parah orangnya, irit ngomong pula. Nah, kalo lo, gue kenalin ke adek gue, bisa kena hipertensi ntar dia gara-gara lo yang nggak ngajak ngobrol dia. Adek gue itu orangnya butuh banget diperhatiin, dimanja-manja gitu. Nah elo, apa kabar?"

Aku mendengkus sebal saat mendengar kalimatnya yang secara tidak langsung mengejekku. Astaga, apa tadi dia bilang, irit ngomong? Perasaan tidak. Aku kalau bicara hanya sesuai porsinya. Sesuatu yang perlu untuk dikomentari tentu saja akan langsung aku komentari, tapi kalau sesuatu itu tidak layak untuk dikomentari, jelas aku tak harus membuang-buang suaraku demi mengomentari sesuatu itu kan? Jelas tidak, karena itu bisa mengakibatkan polusi suara.

"Udah lah, nggak penting banget bahasannya. Mending main PS aja, yuk?" ajak Riki kemudian.

"PS banget, Rik?" ringisku setengah tak yakin.

"Kenapa emang?"

"Nggak cocok sama umur kita yang udah kepala tiga."

"So what? Ada masalah? Ada larangannya? Ada--"

"Ya enggak gitu juga kali, Rik," selaku kesal. "Ya udah, ayo main PS," lanjutku kemudian.

Ekspresi Riki langsung berubah senang. "Dari tadi kek," gerutunya langsung mengeluarkan stik PS-nya.

"Lo kok masih punya ginian? Sekarang udah jamannya game online, loh?" tanyaku heran, saat menerima stik PS yang Riki sodorkan.

"Gue kaga demen main game online. Bikin emosi."

Aku terkekeh geli mendengar jawabannya, sebelum fokus bermain. Namun di tengah keseruan kami bermain game. Tiba-tiba kami mendengar suara teriakan perempuan yang menyebut kata '******'. Membuat aku dan Riki langsung menoleh ke arah dapur dan mendapati seorang gadis cantik yang terasa sedikit familiar di mataku.

Kulirik Riki sudah dengan wajah geramnya dengan kelakuan gadis itu. "Ronaldowati! Mulut lo itu nggak bisa banget ya, dikondisiin dikit. Jaga image kek, ini ada temen gue," semburnya kemudian, kembali fokus kepermainan kami. Sementara aku sedikit mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Nggak sengaja, Abang. Keceplosan," katanya mencoba membela diri.

"Lo mah kalo dikasih tau bisa banget jawabnya. Makanya kalo punya mulut itu dikontrol, kalo mau ngomong nggak asal nyablak. Biar cowok nggak pada kabur," sembur Riki sekali lagi.

Aku melirik Riki yang sedang menasehati adiknya itu. Sementara aku menggerutu dalam hati. Kayak dia tidak punya mulut begitu aja.

Aku langsung menyengol lengan Riki. "Lo sama aja kali, Rik. Mulut lo kalo ngomong juga nggak pake filter. Jadi nggak usah sok gurui deh," kataku, yang entah kenapa terdengar seperti sedang membela adik Riki.

"Lo belain Adek gue?" tanyanya heran.

Aku mengabaikan pertanyaannya, memilih memperhatikan tubuh adik Riki yang kini mulai menaiki anak tangga.

"Ngeliatinnya biasa aja, ntar naksir mampus."

Aku langsung berdehem dan mengalihkan pandanganku dari adek Riki. "Ngomong apa sih lo? Ngaco," dengkusku berusaha menyembunyikan detak jatungku berdetak sedikit tak biasa.

Ini gue kenapa jadi deg-degan begini? Apa gara-gara liat paha mulus adek Riki?

Astagfirullah! Otakku.

Riki langsung tertawa. "Gue cuma bercanda kali, Ar. Respon lo B aja, elah. Lagian gue cuma nggak bisa ngebayangin aja, kalo seumpama lo beneran naksir adek gue, terus lo jadi adek ipar gue. Gue nggak yakin kalo bakalan jadi."

"Sialan ya, anda Bapak Manager."

Riki kembali terbahak melihat wajah kesalku. Ia baru menghentikan awanya saat melihat ponselnya menyala dan berkedip-kedip, pertanda ada panggilan masuk. Sambil menempelkan jari telunjuknya, mengkodeku untuk diam. Riki menggeser tombol hijau pada layar ponselnya. Sementara aku hanya mendengkus karena yakin si penelfon ini adalah perempuan.

"Kayaknya gue harus cabut," kata Riki setelah mengakhiri sesi telefonnya.

Aku mengangguk mengerti. "Dan lo berniat ngusir gue kan?" tebakku dan langsung dijawab dengan gelengan kepala.

"Ya, enggak lah. Lo di sini dulu, gue keluar bentar doang kok. Nggak papa kan?"

Aku menggeleng tak setuju. Kalau Riki keluar, aku harus ngapain di rumah? Melamun seperti pengangguran yang tidak punya acara? Apa aku harus memanfaatkan kesempatan untuk melakukan pendekatan dengan adiknya Riki.

Astaga! Yang benar saja.

"Enggak. Gue mending pulang aja lah kalo gitu."

Kini giliran Riki yang menggeleng tak setuju, ia bahkan sampai mengibaskan kedua tangannya, saking tak setujunya dengan ideku. "Sebenernya gue sekalian mau pinjem mobil lo sih, soalnya mobil gue lagi dipinjem nih," ringisnya kemudian.

Aku langsung berdecak sembari memutar kedua bola mataku malas. Namun detik berikutnya, kuserahkan kunci mobilku padanya. Riki langsung bersorak senang setelahnya. Tanpa berbasa-basi, ia pun langsung merebut kunci mobilku dan berlari ke lantai atas. Mungkin untuk berganti pakaian.

"Kalo laper cari aja camilan di kulkas. Lo juga boleh gunain dapur sesuka hati lo," teriak Riki yang kini sudah rapi dengan kemeja garis-garisnya, sedang menuruni anak tangga. "Gue nggak bakalan lama. Jadi jangan pulang sebelum gue balik," sambungnya sebelum menghilang di balik pintu.

Gue mengangguk dan mengacungkan jempolku. Kemudian berjalan menuju dapur, mencari camilan sesuai intruksi si pemilik rumah. Setelah mendapatkannya aku kembali duduk di sofa, kemudian memilih bermain game di ponsel demi mengusir rasa bosan.

"Bang Riki!"

Aku pura-pura tak mendengar saat adik Riki berteriak memanggil Riki. Memilih fokus dengan permainanku dan sebungkus chitato yang ada di sampingku.

Saat mendengar adik Riki berdehem. Baru aku menoleh dan cukup terkejut dengan penampilannya. Astaghfirullah, itu paha kenapa mulus amat, ya? Ke mana itu celana ya Allah. Bikin salah fokus kan. Adik Riki kembali berdehem saat tersadar dengan tatapan mesumku. Membuatku tersadar dan buru-buru mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Bang Riki ke mana?" tanyanya terlihat sedikit gugup.

"Keluar," jawabku singkat.

"Kemana?"

Aku hanya mengangkat kedua bahuku. Karena memang tidak tahu. Toh, Riki tadi tidak bilang mau ke mana.

"Terus kenapa lo masih di sini?" tanya adik Riki yang terdengar tidak sopan. Membuatku langsung mendelik ke arahnya.

"Kalau bicara sama orang yang lebih tua itu yang sopan, ya. Apalagi baru kenal," ketusku merasa kesal.

Adik Riki mengangguk meski terlihat enggan. "Maaf ya, Mas," sesalnya dengan raut wajah tak rela.

"Mas?" ulangku, sambil menaikkan sebelah alisku tak terima, "memang kapan saya nikah sama Mbak kamu?" sambungku kemudian.

"Hah?" Ia merespon seperti orang bodoh, membuatku makin kesal dibuatnya.

"Aro," kataku yang entah kenapa malah memperkenalkan diri.

"Alvaro?" Aku sedikit menaikkan alisku kembali lalu menhgeleng. "Aaron Aldric."

Dia mengangguk sambil tersenyum paksa. "Anggita Rahmawati," katanya kemudian yang ikut memperkenalkan diri.

Aku bersorak dalam hati, akhirnya tau juga namanya siapa. Namun sebisa mungkin aku pura-pura tak ingin tau, bahkan saat adik Riki mengajakku untuk bersalaman pun aku memilih untuk mengabaikannya.

"Nggak tanya," ketusku berlagak tak tertarik.

****

Tbc

Terpopuler

Comments

🍀Ode Tri🍀

🍀Ode Tri🍀

gitu yah cowok pura-pura gak peduli padahal butuh 😘

2020-09-07

1

Endahntu Ibue Resi

Endahntu Ibue Resi

suka banget sama bahasanya

2020-01-20

0

Serafina moon light 😅😅

Serafina moon light 😅😅

pov nya kepanjangan ..ke di ulang gitu 🙏

2020-01-07

2

lihat semua
Episodes
1 Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2 Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3 Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4 Spesial Part : Pov Aro
5 Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6 Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7 Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8 Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9 Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10 Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11 Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12 Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13 Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14 Spesial Part : Pov Aro
15 Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16 Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17 Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18 Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19 Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20 Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21 Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22 Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23 Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24 Spesial Part : Pov Aro
25 Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26 Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27 Spesial Part : Pov Aro
28 Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29 Spesial Part : Pov Riki
30 Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31 Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32 Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33 Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34 Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35 Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36 Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37 Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38 Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39 Spesial Part : Pov Aro
40 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41 Spesial Par: Pov Vinzi
42 Spesial Part : Pov Riki
43 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44 Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45 Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46 Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47 Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48 Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49 Spesial Part
50 Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51 Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52 Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53 Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54 Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55 Spesial Part : Pov Aro
56 Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57 Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58 Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59 Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60 Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61 Spesial Part : Pov Aro
62 Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63 Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64 Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65 Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66 Spesial Part : Pov Aro
67 Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68 Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69 Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70 Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71 Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72 Spesial Part : Pov Aro
73 Spesial Part : Pov Aro (again)
74 Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75 Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76 Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77 Spesial Part : Pov Author
78 Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79 Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80 Spesial Part : Pov Aro
81 Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82 Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83 Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84 Pemberitahuan
85 (not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86 (not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87 (not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88 Spesial Part : Pov Aro
89 (not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90 (not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91 (not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92 (not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93 (not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94 Spesial Part : Pov Author
95 (not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96 Spesial Part(again) : Pov Author
97 (not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98 (not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99 (not) Perfect Couple : {12} Galau?
100 Spesial Part : Pov Aro
101 Spesial Part : Pov Aro(again)
102 (not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103 (not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104 (not) Perfect Couple : {15}
105 (not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106 Spesial Part : Pov Aro
107 (not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108 (not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109 Spesial Part : Pov Aro
110 (not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111 Spesial Part : Pov Author
112 (not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113 Pov Aro
114 (not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115 (not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116 (not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117 (not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118 promo cerita baru
119 Cerita baru terosss
120 numpang promo
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2
Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3
Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4
Spesial Part : Pov Aro
5
Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6
Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7
Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8
Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9
Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10
Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11
Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12
Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13
Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14
Spesial Part : Pov Aro
15
Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16
Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17
Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18
Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19
Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20
Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21
Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22
Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23
Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24
Spesial Part : Pov Aro
25
Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26
Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27
Spesial Part : Pov Aro
28
Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29
Spesial Part : Pov Riki
30
Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31
Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32
Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33
Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34
Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35
Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36
Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37
Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38
Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39
Spesial Part : Pov Aro
40
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41
Spesial Par: Pov Vinzi
42
Spesial Part : Pov Riki
43
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44
Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45
Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46
Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47
Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48
Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49
Spesial Part
50
Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51
Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52
Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53
Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54
Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55
Spesial Part : Pov Aro
56
Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57
Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58
Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59
Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60
Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61
Spesial Part : Pov Aro
62
Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63
Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64
Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65
Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66
Spesial Part : Pov Aro
67
Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68
Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69
Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70
Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71
Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72
Spesial Part : Pov Aro
73
Spesial Part : Pov Aro (again)
74
Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75
Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76
Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77
Spesial Part : Pov Author
78
Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79
Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80
Spesial Part : Pov Aro
81
Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82
Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83
Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84
Pemberitahuan
85
(not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86
(not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87
(not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88
Spesial Part : Pov Aro
89
(not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90
(not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91
(not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92
(not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93
(not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94
Spesial Part : Pov Author
95
(not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96
Spesial Part(again) : Pov Author
97
(not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98
(not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99
(not) Perfect Couple : {12} Galau?
100
Spesial Part : Pov Aro
101
Spesial Part : Pov Aro(again)
102
(not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103
(not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104
(not) Perfect Couple : {15}
105
(not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106
Spesial Part : Pov Aro
107
(not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108
(not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109
Spesial Part : Pov Aro
110
(not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111
Spesial Part : Pov Author
112
(not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113
Pov Aro
114
(not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115
(not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116
(not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117
(not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118
promo cerita baru
119
Cerita baru terosss
120
numpang promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!