Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi

Gue sedari tadi tak bisa berhenti mengumpat dalam hati, karena harus menunggu Vinzi yang belum juga kembali dari makan siangnya. Sementara gue merasa sudah tidak tahan untuk segera pergi ke kamar mandi, karena kebelet pipis.

Astaga, habis lo Zi pas balik nanti. Umpatku geram dalam hati.

Ya ampun, gue rasanya udah nggak tahan lagi. Gimana ini nanti kalau gue ngompol di sini, kan nggak lucu kalau gue bakalan jadi viral gara-gara ngompol di celana. Mau ditaruh di mana muka cantik gue nanti?

OLX?

Yang benar saya.

"Sorry, Gi. Tadi warungnya rame banget jadi musti ngantri. Sekarang giliran lo deh yang ma--"

"Cerewet lo," potong gue, begitu Vinzi sampai di meja resepsionis.

Dengan gerakan cepat kilat, gue langsung berlari menuju kamar mandi. Masa bodo dengan beberapa orang yang sedang menatap gue heran, mungkin termasuk Vinzi juga. Gue langsung berlari menuju salah satu bilik tanpa memperdulikan apapun. Yang ada di pikiran gue saat ini adalah segera mengeluarkan cairan yang terasa sudah di ujung tanduk ini.

Gue akhirnya bisa langsung bernafas lega setelah berhasil mengeluarkannya dengan sangat nyaman. Dengan gaya santai aku keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Namun tubuh gue mendadak kaku saat mendapati mendapati Aro yang terlihat sedang bercermin. Ini orang ngapain di toilet cewek. Astaga, jangan-jangan....

Ia menoleh ke arah gue dengan tatapan mata tajamnya.

Ya ampun, stelan jasnya pas banget di tubuh kekarnya. Ya Allah, nikmat mana lagi yang harus kudustakan. Rejeki anak sholehah banget ini namanya.

"Kamu?! Ngapain di sini?" pekiknya terkejut.

Ini orang hobi banget bercanda kayaknya. Ya kali, ke toilet cari makan, kalau enggak pipis ya udah pasti boker lah, pake acara tanya lagi. Oke mungkin ada tambahannya, seperti membenarkan make up atau sekedar cuci tangan. Tapi tetap saja, masa iya perlu bertanya begitu.

"Pipis," jawab gue ketus. Gue lirik dia mendelik entah karena apa.

Ya ampun, ini cowok ganteng-ganteng rada alay juga, ya.

"Kamu biasanya gini?" Aro kembali bertanya.

Ekspresi Aro terlihat terkejut. Seperti habis melihat penampakan hantu. Sial. Memangnya muka gue seserem itu apa?

"Hah? Maksudnya gini?" tanya gue bingung.

Serius perut gue saat ini sedang dalam mode kelaparan. Jadi tidak bisa berpikir dengan baik dan benar. Gue emang suka rada kaya orang bego kalau lagi kelaparan. Itulah alasan kenapa Bang Riki tak akan pernah membiarkan kulkas dalam keadaan kosong. Yah, kecuali hari laknat itu.

"Yah gini, ke toilet.... cowok."

"Iya, iya lah, ke toilet cow-- APA?!" pekikku setelah tersadar.

Mampus gue! Aro bilang apa barusan? Toilet cowok? Ini maksudnya gue salah masuk toilet cowok begitu? Astagfirullah!

Dengan susah payah gue menelan ludah gue. Kemudian melirik ke arah sekitarku untuk memastikan apa yang Aro ucapkan barusan itu salah. Namun ternyata tidak. Ini memang benar toliet cowok. Astaga, gue harus bagaimana ini sekarang? Gue yakin wajah gue saat ini pasti pucat pasi karena panik.

Ya ampun, demi kulit putih mulusnya Lee Jong Suk, ini sama sekali nggak lucu. Gue salah masuk toilet dan begonya tampang gue biasa-biasa aja dari tadi. Mending gue pura-pura pingsan deh biar nggak tengsin-tengsin amat.

Eh tunggu!

Pura-pura pingsan??

Daebak!

Gue rasa pura-pura pingsan bukanlah ide yang buruk. Oke-oke. Tarik nafas pelan-pelan lalu hembuskan. Mari kita coba. Semangat!Dengan gerakan pelan dan  gue buat senatural mungkin. Gue mulai memegang pelipis gue sembari mengaduh kecil. "Akkhh, kepalaku," rintihku kesakitan.

Wajah Aro yang tadinya terlihat bingung, kini berubah panik, walau sedikit. Membuat gue makin yakin untuk meneruskan rencana konyol ini. Gue tidak tahu di sini siapa yang bego. Namun saat gue baru saja hendak menutup mata untuk melancarkan adegan pingsan. Aro tiba-tiba berlari kecil ke arah gue, dan langsung menangkap tubuh gue agar tidak merasakan dinginnya lantai toilet. Nggak lucu juga sih kalau sendainya gue tergeletak di lantai toilet yang sangat tidak terjamin kebersihannya ini. Sekalipun ini toilet hotel berbintang tetap saja kan namanya toilet, ya tetap saja toilet, tempat buang hajat.

Gue bisa merasakan lengan Aro yang agak keras saat menangkap tubuh gue yang hampir jatuh. Gue juga bisa merasakan aroma parfum mahal menguar dari tubuhnya. Ya ampun, sekarang gue bisa banget merasakan digendong dan diajak lari-lari keluar dari toilet, dan jelas akan menimbulkan kehebohan. Ya, ampun kok gue bego, ya. Ini sih namanya keluar dari kandang Singa terus terjung ke jurang. Sama-sama cari mati.

Karena sudah tidak bisa berpikir jernih, gue akhirnya memilih membenamkan muka gue di dada bidangnya yang sandar-able ini dengan pasrah. Tapi, alhamdulillah juga sih bisa ngerasain meski harus diajak lari-lari begini.

Begitu sampai di lobby. Gue bisa mendengar suara Vinzi memekik heboh dan Aro tak mengubrisnya sama sekali. Tahu-tahu Aro menyandarkan tubuh gue di kursi penumpang, membuat gue panik setengah mati. Mampus kalau sampai gue dia bawa ke rumah sakit, bisa kebongkar dong kalau gue sedang berbohong.

Tidak.

Ini tidak boleh terjadi.

Dengan pelan gue mencoba membuka kedua kelopak mataku dengan pelan, pura-puranya. Agar tidak menimbulkan kecurigaan Aro yang saat ini seperti sedang kalang kabut. Kok gue baper ya. Abis dia kelihatan kaya khawatir gitu.

"I'm fine, Ar," lirih gue sok lemah, agar tidak ketahuan.

Eh, by the way, kenapa mulut gue sok asuk banget at manggil dia Ar.

Aro menggeleng lalu menggengam tangan gue. "No, you are sick. Kita ke rumah sakit."

Ini juga sih Aro, kenapa mendadak sweet begini. Sengaja banget kayaknya, mau membuat gue baper. Mampus! Perlakuannya sweet, anjiir. Tapi gue takut ketahuan juga.

"Tap--"

Dengan seenak dengkulnya Aro malah menempelkan jari telunjuknya di bibir gue. Sumpah ya, kalau gue tidak sedang akting pura-pura pingsan. Udah gue dorong itu jidatnya, saking keselnya gue. Astagfirullah! Kerasukan apaan sih, ini si Aro.

"Kamu nggak usah pikiran tentang kerjaan. Yang penting kamu sehat dulu," kata Aro.

Membuat gue semakin khawatir. Astaghfirullah, dosa apa gue di kehidupan sebelumnya. Punya nasib gini-gini amat. Ini juga si Aro, pake acara tempel-tempelin jari di bibir gue. Mana tadi ada adegan gendong-gendongan sambil lari-lari kaya di tv-tv. Tapi kayaknya kalau adegan di tv, kecepetan deh. Ini kan baru pertemuan ke--- keberapa yah? Gue lupa. Ahhh bodo amat.

"Anggita," panggilnya sambil melepas seatbelt gue dan bersiap mengangkat tubuh gue untuk keluar dari mobil mewahnya yang belum gue ketahui apa merknya.

Matilah gue!

"Kita udah sampai," bisiknya yang kini sudah berhasil mengangkat tubuh gue keluar dari mobil.

Dengan bodohnya, gue hanya bisa pasrah menerima semua perlakuannya. Pasrah gue, pasrah.

Aro segera membaringkan tubuh gue yang kini sudah lemas karena ketakutan, di salah satu brankar yang kosong. Tak berapa lama seorang dokter yang didampingi suster imut menghampiri kami.

"Ini Mbaknya kenapa, Mas?" tanya dokter itu sopan.

Kampret! Kenapa pula Mas Hari yang akan periksa gue.

Gue lirik Mas Hari yang sedang tersenyum mengejek, sambil memasukkan ke dua tangannya di dalam saku snelli-nya.

"Ini Dok, tadi dia mengeluh pusing terus tadi sempet pingsan," jawab Aro dengan gaya sok perhatiannya.

Gue hanya mampu memutar kedua bola mata karena tak tahan.

"Oke, diperiksa dulu ya," kata Mas Hari yang gue tebak, ia tahu tentang kebohongan gue saat ini. "Ditensi dulu, Sus," intuksinya pada suster imut tadi.

Dengan gerakan sigap suster itu mengambil tangan kanan gue dan mulai menensi tekanan darah gue.

"90/70, Dok," kata suster itu sambil melepas alat tensi nya.

Mas Hari menaikkan sebelah alisnya. "Pusingnya sejak kapan Mbak?" tanyanya kemudian.

Cih! Dia pura-pura nggak kenal lagi.

Mbak-mbak gundulmu!

"Sejak kapan pusingnya, Mbak?" tanyanya, sambil menempelkan stestoskop-nya di dadaku.

Gue diam saja.

"Udah lama?"

Aku meringis sambil mengangguk namun beberapa detik kemudian mengeleng. "Belum terlalu lama kok, Dok," kilahku kemudian. Beberapa hari ini memang gue sering pusing, tapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Biasanya terjadi kalau gue sering begadang.

Gue lihat Mas Hari menghela napas sambil mengalungkan stestoskop-nya di lehernya. "Lain kali jangan menyepelekan hal kecil, ya," pesannya seakan sudah malas untuk menasehatiku.

Ughh, Mas Hari kalau sudah ada di mode ini tuh, serem. Walau tetep ganteng, ya.

"Perutnya sakit enggak?"

Aku menggeleng meyakinkan.

Ya kali, orang sakit nya bo'ongan ini.

Mas Hari mengangguk paham namun tiba-tiba ia menekan perut kanan gue dan seketika membuat gue memekik.

"AKKHH, sakit, Mas" ringis gue setengah berteriak, "Dok, maksudnya," ralat gue kemudian.

Mas Hari langsung mencibir. "Katanya nggak sakit," sindirnya kemudian.

"Ya kali, ditekan gitu nggak sakit," elak gue membela diri.

Mas Hari menghela napas sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku-nya. "USG aja ya gimana? Saya agak curiga," katanya kepada Aro.

Gue menggeleng keras. Ini apaan sih? Gue cuma akting, pura-pura pingsan biar bisa keluar dari situasi memalukan. Tapi kenapa malah jadi terperangkap di rumah sakit begini, pake acara USG lagi.

"Saya nggak hamil, Dok," ketusku sebal.

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Aro. Yang jelas ekspresinya beneran kaya orang bego, menoleh ke arah gue dan ke arah Mas Hari secara bergantian.

"Memang siapa juga yang bilang kamu hamil?" tanyanya mulai snewen. "Mas cuma mau mastiin kalo diagnosa Mas benar atau salah," lanjutnya kemudian. Kedua matanya menatap gue tajam.

"Mas?"

"Saya Kakak sepupunya," ucap Mas Hari, menjawab kebingungan Aro.

Aro mengangguk. "Ya udah Dok, lakukan yang terbaik untuk dia," kata Aro seenaknya sendiri, menghentikan perdebatan kecil kami.

Eh, ini kan yang ditanya gue kok dia yang jawab?

Mas Hari akhirnya mengangguk setuju. "Pindah brankar, yuk!" ajaknya kemudian.

Gue kemudian bangun dan bersiap turun dari brankar, lalu Aro tiba-tiba bertanya, "Kuat jalan?"

"Banget," jawab gue ketus lalu mengekor di belakang Mas Hari.

"Baringan!" intruksi Mas Hari.

Gue hanya mampu pasrah, menuruti perintah Mas Hari.

"Angkat bajunya!"

"Ini seriusan harus pake di-usg banget, Mas?" tanya gue memastikan.

Mas Hari menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kedua matanya menatap gue datar, helaan napas pendek terdengar setelahnya. "Mas udah nyuruh kamu di-usg lama ya, kamu aja yang ngeyel, nggak mau dengerin Mas."

"Lah, emangnya aku kenapa? Aku tuh, sehat-sehat aja, Mas."

Mas Aro berdecih. "Sehat-sehat aja kok pingsan. Ah, lupa Mas, kan kamu pura--"

"Nggak usah diperjelas, Mas," potong gue kesal.

Mas Hari terkekeh. "Udah buruan angkat bajunya!"

Gue pasrah. Mas Hari mulai menggerakkan alat usg-nya di atas perut gue, pandangannya fokus pada layar monitor usg. Setelah selesai, ia menyuruh si suster untuk membersihkan perut gue.

"Habis ini langsung pasang infus ya, Sus!"

"Hah? Pasang infus? Maksudnya gimana itu, Mas?"

"Rawat inap."

Hah? Rawat inap? Cuma gara-gara adegan pura-pura pingsan, gue harus dirawat inap? Astagfirullah, kayaknya dosa gue banyak banget, ya. Apes banget gue perasaan hari ini.

Tbc,

Terpopuler

Comments

Esti Afitri88

Esti Afitri88

seneng banget nemu novel kaya gini . bikin ngakak . ngehibur banget

2023-05-13

0

🏕𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄𝖍𝖘❄

🏕𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄𝖍𝖘❄

astaga aku ngakak terus bacanya dr awal 🤣

2022-09-12

0

Maminya Queen

Maminya Queen

kocak banget sih...

2022-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2 Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3 Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4 Spesial Part : Pov Aro
5 Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6 Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7 Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8 Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9 Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10 Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11 Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12 Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13 Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14 Spesial Part : Pov Aro
15 Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16 Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17 Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18 Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19 Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20 Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21 Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22 Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23 Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24 Spesial Part : Pov Aro
25 Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26 Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27 Spesial Part : Pov Aro
28 Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29 Spesial Part : Pov Riki
30 Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31 Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32 Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33 Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34 Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35 Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36 Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37 Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38 Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39 Spesial Part : Pov Aro
40 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41 Spesial Par: Pov Vinzi
42 Spesial Part : Pov Riki
43 Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44 Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45 Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46 Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47 Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48 Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49 Spesial Part
50 Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51 Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52 Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53 Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54 Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55 Spesial Part : Pov Aro
56 Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57 Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58 Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59 Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60 Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61 Spesial Part : Pov Aro
62 Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63 Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64 Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65 Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66 Spesial Part : Pov Aro
67 Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68 Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69 Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70 Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71 Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72 Spesial Part : Pov Aro
73 Spesial Part : Pov Aro (again)
74 Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75 Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76 Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77 Spesial Part : Pov Author
78 Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79 Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80 Spesial Part : Pov Aro
81 Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82 Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83 Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84 Pemberitahuan
85 (not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86 (not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87 (not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88 Spesial Part : Pov Aro
89 (not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90 (not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91 (not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92 (not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93 (not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94 Spesial Part : Pov Author
95 (not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96 Spesial Part(again) : Pov Author
97 (not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98 (not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99 (not) Perfect Couple : {12} Galau?
100 Spesial Part : Pov Aro
101 Spesial Part : Pov Aro(again)
102 (not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103 (not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104 (not) Perfect Couple : {15}
105 (not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106 Spesial Part : Pov Aro
107 (not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108 (not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109 Spesial Part : Pov Aro
110 (not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111 Spesial Part : Pov Author
112 (not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113 Pov Aro
114 (not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115 (not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116 (not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117 (not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118 promo cerita baru
119 Cerita baru terosss
120 numpang promo
121 promo
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Jatuh Cinta Dadakan : (1) Belajar Hidup Susah
2
Jatuh Cinta Dadakan : (2) Gara-gara CD
3
Jatuh Cinta Dadakan : (3) Hah, Cowok Ganteng Itu Temennya Bang Riki?!
4
Spesial Part : Pov Aro
5
Jatuh Cinta Dadakan : (4) Kesialan Bertubi-tubi
6
Jatuh Cinta Dadakan : (5) Berasa Beneran Sakit
7
Jatuh Cinta Dadakan : (6) Si Merah Sialan
8
Jatuh Cinta Dadakan : (7) Punya Suami Dadakan, Hamil, dan Langsung Keguguran
9
Jatuh Cinta Dadakan : (8) Shopping With Babang Gantz
10
Jatuh Cinta Dadakan : (9) Kondangan Ke Nikahan Mantan
11
Jatuh Cinta Dadakan : (10) Balas Budi Ceritanya
12
Jatuh Cinta Dadakan : (11) Hah, Head Chef?!
13
Jatuh Cinta Dadakan : (12) Jadi, Kamu Pacar Aro?
14
Spesial Part : Pov Aro
15
Jatuh Cinta Dadakan : (13) Tak Sesuai Tujuan Awal
16
Jatuh Cinta Dadakan : (14) Emosi Tingkat Wahid
17
Jatuh Cinta Dadakan : (15) Galau
18
Jatuh Cinta Dadakan : (16) Bernasib Sial Karena Sebuah pengakuan
19
Jatuh Cinta Dadakan : (17) Hanya Halusinasi
20
Jatuh Cinta Dadakan : (18) Terbukti Nyata, No Halu
21
Jatuh Cinta Dadakan : (19) Sepertinya Tidak Mungkin
22
Jatuh Cinta Dadakan : (20) Jadi, Gue Harus Bagaimana?
23
Jatuh Cinta Dadakan :(21) Move On Itu Tidak Mudah
24
Spesial Part : Pov Aro
25
Jatuh Cinta Dadakan : (22) Gue Ini Cewek Setia
26
Jatuh Cinta Dadakan : (23) Penuh Kejutan
27
Spesial Part : Pov Aro
28
Jatuh Cinta Dadakan : (24) Oke, Ini Cuma Salah Paham
29
Spesial Part : Pov Riki
30
Jatuh Cinta Dadakan : (25) Jadi, Kita Ini Apa?
31
Jatuh Cinta Dadakan : (26) Bang Riki Yang Rese
32
Jatuh Cinta Dadakan : (27) Kencan Yang Gagal
33
Jatuh Cinta Dadakan : (28) Harus Pisah?
34
Jatuh Cinta Dadakan : (29) LDR Itu Berat
35
Jatuh Cinta Dadakan : (30) Rindu Itu Wajar
36
Jatuh Cinta Dadakan : (31) Bang Riki Lagi Galau
37
Jatuh Cinta Dadakan : (32) Obrolan Malam
38
Jatuh Cinta Dadakan : (33) Dapat Kejutan
39
Spesial Part : Pov Aro
40
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Shock
41
Spesial Par: Pov Vinzi
42
Spesial Part : Pov Riki
43
Jatuh Cinta Dadakan : (34) Harus LDR Lagi?
44
Jatuh Cinta Dadakan : (35) Bang Riki & Sisi Lemahnya
45
Jatuh Cinta Dadakan : (36) Sayang Ayah
46
Jatuh Cinta Dadakan : (37) Nasehat Dari Abang
47
Jatuh Cinta Dadakan : (38) Cemburu Itu Tanda Cinta?
48
Jatuh Cinta Dadakan : (39) Anggap Saja Sedang Apes
49
Spesial Part
50
Jatuh Cinta Dadakan : (40) Kencan Spesial? With Cendol Dawet? Aku, mah, Ikhlas!
51
Jatuh Cinta Dadakan : (41) Bahas Nikah
52
Jatuh Cinta Dadakan : (42) Bertemu Calon Mertua
53
Jatuh Cinta Dadakan : (43) Gue... Terkejut
54
Jatuh Cinta Dadakan : (44) Demi Calon Keponakan
55
Spesial Part : Pov Aro
56
Jatuh Cinta Dadakan : (45) Karena Aku Cinta Kamu Apa Adanya
57
Jatuh Cinta Dadakan : (46) Bujuk Aro Yang Ngambek
58
Jatuh Cinta Dadakan : (47) Dijengukin Calon Mertua
59
Jatuh Cinta Dadakan : (48) Mendadak Galau
60
Jatuh Cinta Dadakan : (49) Galau, Galau, Galau
61
Spesial Part : Pov Aro
62
Jatuh Cinta Dadakan : (50) Baikan
63
Jatuh Cinta Dadakan : (51) Salah Sangka
64
Jatuh Cinta Dadakan : (52) Anggap Saja Kencan
65
Jatuh Cinta Dadakan : (53) Pertanda Apakah Ini?
66
Spesial Part : Pov Aro
67
Jatuh Cinta Dadakan : (54) Kecewa
68
Jatuh Cinta Dadakan :(55) Baikan
69
Jatuh Cinta Dadakan : (56) Nikah?
70
Jatuh Cinta Dadakan : (57) Haruskah Gue Segera Menikah?
71
Jatuh Cinta Dadakan : (58) Quality Time With Abang
72
Spesial Part : Pov Aro
73
Spesial Part : Pov Aro (again)
74
Jatuh Cinta Dadakan : (59) Ditunda Bukan Batal
75
Jatuh Cinta Dadakan : (60) Masakin Aro
76
Jatuh Cinta Dadakan : (61) Aro Kena Zonk
77
Spesial Part : Pov Author
78
Jatuh Cinta Dadakan : (62) Diintrogasi Bang Riki
79
Jatuh Cinta Dadakan : (63) Lamaran
80
Spesial Part : Pov Aro
81
Jatuh Cinta Dadakan : (64) Persiapan Menuju Hari H
82
Jatuh Cinta Dadakan : (65) After Halal
83
Obat Kangenkuh (yg gk suka Korea²an, jgn dibuka!)
84
Pemberitahuan
85
(not) Perfect Couple : {1} Kangen Bang Riki
86
(not) Perfect Couple : {2} Aro Ngambek?
87
(not) Perfect Couple : {3} Malah Dikerjain
88
Spesial Part : Pov Aro
89
(not) Perfect Couple : {4} Udah Resmi Jadi Om-Tante Dong
90
(not) Perfect Couple : {5} Jadi, Kapan Nyusul?
91
(not) Perfect Couple : {6} Gagal Kangen-Kangenan Sama Baby El
92
(not) Perfect Couple : {7} Kalah Tantangan
93
(not) Perfect Couple : {8} Tetangga Baru
94
Spesial Part : Pov Author
95
(not) Perfect Couple : {9} Astaga, Cemburu???
96
Spesial Part(again) : Pov Author
97
(not) Perfect Couple : {10} Aro dan Sikap Berlebihannya
98
(not) Perfect Couple : {11} Hah? Dua Garis?
99
(not) Perfect Couple : {12} Galau?
100
Spesial Part : Pov Aro
101
Spesial Part : Pov Aro(again)
102
(not) Perfect Couple : {13} Morning Sick
103
(not) Perfect Couple : {14} Cek Kandungan
104
(not) Perfect Couple : {15}
105
(not) Perfect Couple : {16} Nengokin Keponakan Tersayang
106
Spesial Part : Pov Aro
107
(not) Perfect Couple : {17} Pulang Ke Solo
108
(not) Perfect Couple : {18} Get Well Soon, Ayah
109
Spesial Part : Pov Aro
110
(not) Perfect Couple : {19} Jagain Baby El
111
Spesial Part : Pov Author
112
(not) Perfect Couple : {20} Kehilangan Sosok Ayah
113
Pov Aro
114
(not) Perfect Couple : {21} Keputusan Berat
115
(not) Perfect Couple : {22} Memulai Hidup Baru
116
(not) Perfect Couple : {23} Pamitan
117
(not) Perfect Couple : {24} The Last Part
118
promo cerita baru
119
Cerita baru terosss
120
numpang promo
121
promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!