Imperfection

Imperfection

Masalah Sepele

Aku sedikit mengernyitkan dahiku ketika menyadari bahwa riasan wajahku yang terlihat terlalu tebal melalui bayangan yang ada di cermin. Dengan segera aku meraih tisu basah yang ada tepat di atas meja rias itu dan menghapus lagi riasan di wajahku. Ini sudah hampir yang kedua kalinya. Dan aku merasa tidak tahan lagi. Aku tidak pernah suka menggunakan riasan yang terlalu tebal-atau mungkin yang menurutku tebal. Tapi apa yang bisa ku lakukan ketika aku sendiri bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana caranya mengenakan riasan.

Kali ini aku hanya akan menggunakan bedak dan lipgloss saja. Ku pikir itu akan cukup. Benarkan? Lagipula, tidak ada peringatan spesial apa pun hari ini. Terlebih lagi di kampus. Hanya hari-hari biasa yang berjalan dengan normal. Mungkin. Tapi aku berharap akan hal itu. Sudah hampir selama tiga puluh lima menit aku duduk di depan meja riasku dan memperbaiki riasan di wajahku. Tapi sekarang aku sudah merasa yakin dengan itu. Lalu ku putuskan untuk berdiri dan memperhatikan bayangan penampilanku.

Celana jeans, kaos berlengan sedang dan juga sebuah cardigan. Ku pikir ini sudah cukup rapi. Aku sendiri tidak terlalu memikirkan tentang pemilihan pada pakaianku. Aku hanya mengenakan pakaian yang nyaman untukku. Dengan segera saja aku meraih tasku yang ada tepat di atas ranjang dan berlari keluar dari dalam kamar. Menuruni tiap anak tangga dengan gerakan yang terburu-buru, menuju dapur. Dan mendapati Kak Rendi yang sedang meletakkan nasi goreng tepat ke atas dua buah piring di sana.

“Selamat pagi.” Sapaku di sana dan mulai duduk tepat di atas kursi makan itu.

Kak Rendi menatapku dan tersenyum. “Selamat pagi. Aku membuatkanmu nasi goreng. Tidak masalah, bukan?”

Aku menggelengkan kepalaku dengan gerakan yang cepat di sana. “Tidak. Lagipula, ini adalah kesukaanku.” Aku meraih sendok dan garpu yang ada di samping piring itu dan kembali menatap ke sekeliling.

“Aku tidak melihat mama dan papa. Apakah mereka sudah pergi?” Aku bertanya. Karena orang tuaku tidak pernah pergi sepagi itu sebelumnya.

Kak Rendi menganggukkan kepala perlahan dan menghela napas. “Ya, tadi dini hari. Sekarang makanlah, dan aku akan mengantarkanmu ke kampus. Aku juga harus pergi bekerja lebih pagi karena ada rapat.” Jawab Kak Rendi menjelaskan.

Aku tak bertanya lagi. Ketika aku menyadari bahwa ekspresi wajah Kak Rendi yang berubah total. Ini adalah hal yang biasa terjadi. Kedua orang tua kami yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hingga lupa bahwa mereka berdua masih memiliki anak yang harus diperhatikan juga. Dengan segera saja aku mulai memakan sarapan yang sudah dimasakkan oleh Kak Rendi itu untukku.

Tak butuh waktu yang lama, aku pun dengan segera menunggu Kak Rendi untuk bisa mengantarku ke kampus dengan menggunakan mobil miliknya. Mobil yang dia beli dengan menggunakan gajinya selama tiga tahun yang lalu. Kak Rendi, adalah sosok panutanku dalam keuangan. Kami pun berangkat bersama. Suasana jalanan yang ramai, selalu saja bisa membuatku terpaku dalam lamunan pikiranku. Aku sendiri bahkan sama sekali tidak menyadari atas hal apa saja yang ada di dalam pikiranku saat ini. Aku hanya terdiam, tapi aku merasa kelelahan. Dan juga hampa.

Setelah berada di perjalanan selama hampir satu jam itu, akhirnya kami pun sampai tepat di kampus. Kak Rendi selalu mengantarku hingga masuk tepat di halaman depan fakultas.

“Baiklah, kalau begitu. Aku harus segera masuk ke dalam kelas.” Ucapku sesaat setelah melihat arloji kecil yang ada di pergelangan tangan kiriku. Memperlihatkan pukul delapan kurang sepuluh menit.

“Baiklah. Hati-hati ya... kamu nanti pulang sama Ryan, kan?” tanya Kak Rendi memastikan.

“Tentu saja. Anak itu memang tidak pernah mau meninggalkan aku sendirian kalau pulang.” Jawabku dengan ceria. Ryan adalah sahabatku sejak pertama kali masuk ke dalam kampus ini. Meski kami berasal dari fakultas yang berbeda, kami tetap menjadi sahabat hingga se

mester pertengahan ini.

Kak Rendi hanya menjawab dengan anggukkan kepala. Dan dengan segera saja aku keluar dari dalam mobil, lalu berlari dengan kencang melewati koridor fakultas. Beberapa kali terhenti saat ada segerombolan mahasiswa dan mahasiswi lainnya yang bergerombol di tengah-tengah koridor. Hingga akhirnya aku bisa sampai tepat di depan kelas yang pintunya sudah tertutup itu. Dengan gerakan yang perlahan, aku pun membuka pintu ruangan itu dan tertegun. Saat semua teman-teman satu kelasku, bahkan sahabatku yang lain bernama Tina juga menatapku dengan cemas serta terkejut di sana. Aku pun menyadari, bahwa mungkin saja aku telah melakukan suatu kesalahan. Saat aku menolehkan kepalaku, disana sudah ada seorang pria yang berdiri tegap di depan kelas. Dia menatap tajam, dan sialnya dia terlihat sangat tampan.

“Jadi... siapa namamu?” Dia bertanya.

“M-maaf Pak... saya, Lili Ayunda. Maaf saya terlambat datang.” Gumamku menjawab dengan suara yang terbata-bata.

“Tidak masalah. Ini hari pertama saya disini, jadi... tidak akan ada hukuman. Silahkan duduk.”

Dengan segera saja aku berjalan cepat setelah menutup pintu ruangan dan duduk di bangku yang biasanya menjadi tempat dudukku bersama dengan Tina. Aku terdiam ketika menyadari bahwa suasana yang ada di dalam kelas ini terlihat sangatlah jauh berbeda. Tina yang saat ini sedang ada di sampingku pun terlihat sangat serius menatap ke arah depan. Pria yang masih ada di depan kelas itu bahkan belum mengatakan apa pun dan hanya mengeluarkan beberapa kertas atau buku dari dalam tasnya itu. Dengan segera saja aku sedikit menjawel lengan Tina, dan membuatnya dengan segera menoleh ke arahku dengan kepala yang terlihat kaku di sana itu.

“Ada apa??” Dia berbisik.

“Kenapa semuanya terlihat sangat tegang? Dan apakah pria itu dosen baru?” Aku bertanya penasaran.

“Ya, dia memang dosen baru. Dan sangat killer. Kamu tadi bahkan tidak melihat bagaimana dia menghukum salah satu teman kita.”

“Memangnya apa?”

Kami berdua semakin mendekat satu sama lain. “Kamu tahu Bayu, kan?”

Aku menganggukkan kepala dengan rasa yang semakin penasaran saja di sana. Tina kembali memerhatikan ke arah depan dimana dosen baru itu sudah mulai menuliskan sesuatu di papan tulis. Dan kini Tina kembali menatap lurus tepat ke arahku. “Tadi Bayu datang sedikit terlambat, dengan kondisi yang tidak rapi sama sekali. Bayu beralasan jika dia baru saja bangun dan datang secara terburu-buru ke kampus. Selain itu juga, Bayu pikir, pak dosen itu bukanlah dosen, tetapi mahasiswa lama. Dan dia mulai sok akrab. Astaga, dia memang sangat bodoh dalam hal ini. Setelah itu, pak dosen itu dengan segera saja meminta Bayu keluar dari ruangan ini dan menemuinya di ruangan nanti setelah kelas selesai.”

“Apa? Hanya karena masalah sepele seperti itu?” Aku bertanya.

Tina mengangguk. “Iya... dia memang dosen baru yang pas untuk mata kuliah ini. Sama-sama killer-nya.”

“Hei, kalian berdua yang di belakang!”

Suara teriakan keras yang berasal dari depan itu seketika saja menyentakku dan juga Tina.

Kami berdua bahkan secara bersama-sama menatap lurus dengan perasaan yang sangatlah tegang saat ini juga. Dosen baru itu menatap kami berdua dengan tatapan yang kesal. “Kamu datang terlambat dan langsung saja mengganggu temanmu saat belajar. Sekarang keluar dari kelas dan temui saya nanti di ruang dosen.” Ucapnya yang seketika saja membuatku membuka mulut.

“Tapi Pak? Saya hanya bertanya saja...” Aku mencoba untuk memberikan alasan agar tidak bisa di keluarkan begitu saja dari kelas.

Astaga. Kenapa malah jadi begini?

“Tidak perlu banyak alasan. Sekarang keluar dan tunggu di depan kelas. Setelah jam kelas selesai, langsung temui saya di ruangan. Mengerti?!” ucapnya lagi yang bahkan sama sekali tidak ingin mendengarkan alasanku.

Aku menolehkan kepalaku ke arah Tina yang meringis kasian ke arahku. Dan semua teman-teman kelas juga menatapku dengan tatapan yang demikian. Lalu secara perlahan, aku pun bangkit dari dudukku dan berjalan keluar dari kelas. Astaga. Ini sungguh memalukan. Dan dosen baru itu bahkan terus memerhatikanku dengan wajah datarnya yang mengerikan.

Terpopuler

Comments

Arum

Arum

dosen ganteng mahasiswi seneng

2019-10-01

3

Jasmine

Jasmine

baper....

2019-09-29

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!