Pagi ini, aku merasa sangat malas untuk pergi menuju ke kampus. Apa yang harus ku katakan lagi kepada Magdum jika kami bertemu lagi di kampus nanti? Aku pun tidak tahu harus mengatakan apalagi untuk menjelaskan bagaimana hubungan yang kini sedang terjadi di antara aku dan juga Pak Galang. Hubungan ku dan juga Magdum, sudah di pastikan akan merenggang dalam beberapa waktu, yang mungkin cukup lama, dan itu sudah pasti terjadi.
Dan aku sudah berusaha untuk sesabar mungkin, dan selalu menunggu agar Magdum bisa dan juga mau untuk memaafkan aku karena hal Ini. Dan, aku juga butuh waktu untuk menenangkan diri, jiwa, dan bahkan pikiranku dari teror yang ku dapatkan tadi malam.
Aku kembali mematut bayangan tubuhku di cermin. Wajahku terlihat sangat pucat, sangat terlihat jika aku sedang stres dan juga banyak pikiran. Dan ya, ada kantung mata yang tebal serta berwarna hitam yang bisa terlihat jelas disana, tepat di bawah kedua kelopak mataku. Aku menghela napas dengan sangat kasar. Ku bubuhkan bedak di sekitar kantung mataku, dan berharap dengan cara ini lah aku bisa menutupi kantung mata itu. Agar tidak terlalu terlihat.
Aku teringat dengan beberapa waktu lalu, dimana Pak Galang yang terus saja menghubungiku untuk menjemputku, dan aku mengatakan padanya bahwa hari ini aku ingin berangkat sendiri. Dan syukurlah Pak Galang paham untuk itu. Aku senang, jika Pak Galang tidak memaksaku. Dan itu membuatku sangat nyaman padanya.
Aku keluar dari dalam kamar dan menemukan Kak Refi yang sedang sibuk berada di dapur. Membuatkan segelas jus jeruk. Aku berjalan mendekatinya, dan mengambil beberapa lembar roti tawar dan mengoleskan selai coklat dan juga kacang disana. Duduk di bangku, dan menggigit roti yang ada di kedua telapak tanganku dengan sangat perlahan. "Ini untukmu..." ucap Kak Refi sambil memberikanku segelas jus jeruk di hadapanku.
"Terimakasih...." Aku bergumam dan meminum jus itu sedikit demi sedikit. Rasa manis dan juga kecut menjadi satu. Aku meletakkan kembali gelas itu secara perlahan. Memandang Kak Refi yang terlihat sangat murung sambil memakan nasi goreng buatannya. Terlihat sangat tidak nafsu makan.
"Kakak kenapa?" tanyaku sambil memakan rotiku lagi. Kak Refi menoleh sedikit ke arahku dan tersenyum. Aku tahu bahwa itu senyuman yang muncul dengan terpaksa. Aku tidak tahu apa yang kini sedang dipikirkan oleh Kak Refi. Tapi yang pasti, itu adalah masalah yang besar.
"Tidak ada apa - apa... Em... Apakah kamu masih di teror, Lily?" tanyanya yang membuatku paham, atas apa yang masih menjadi pemikiran Kak Refi. Aku tersenyum, mencoba untuk menenangkannya. Dan aku menggelengkan kepalaku perlahan. Kak Refi menghela napas lega, dan menundukkan kepalanya. Yang ku rasa itu adalah ungkapan kelegaan dari dirinya.
Aku menggenggam telapak tangannya yang besar dengan erat. "Kakak tenang saja. Selama ada Kakak, Magdum dan juga Galang, bersama denganku, aku pasti akan selalu baik - baik saja. Dengan kalian yang selalu mendampingi dan menjagaku, itu saja sudah sangat lah cukup untuk ku. Aku hanya butuh kalian untuk selalu bersamaku, mendukungku." Kak Refi tersenyum dan mencium puncak kepalaku dengan perlahan.
Aku tahu semua kehidupan tidak akan bisa dilalui dengan jalan dan juga cara yang mudah. Dan aku tahu, kisahku akan terus berlanjut. Dan aku hanya bisa mengikuti alur kehidupanku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments