I Can't

“Kak, aku mau ke supermarket sebentar ya? Mau beli es krim.” Pamitku seketika saja saat sudah berada di dekat ruang tamu.

Kak Rendi yang saat ini sedang ada di dekat meja makan itu pun secara langsung saja menolehkan kepalanya tepat ke arahku. “Eh? Mau beli es krim? Mau kakak yang belikan?” tanya Kak Rendi yang menawarkan dirinya dan mulai bangkit dari posisi duduknya di sana itu sekarang ini juga.

Dan seketika saja aku menggelengkan kepala dengan gerakan yang cepat. “Tidak. Tidak. Aku hanya sebentar saja kok. Apa kakak juga ingin dibelikan sekalian?” tanyaku sambil mengeratkan jaket yang saat ini sedang aku pakai sekarang ini.

“Boleh.” Gumam Kak Rendi di sana sambil mulai merogoh kantong celananya dan mengambil dompetnya. Aku melangkah mendekat tepat ke arahnya dengan senyuman yang lebar. Setidaknya, aku harus terlihat jika aku baik-baik saja, bukan?

“Ini uangnya. Ingatkan kesukaan kakak? Rasa coklat yang dilapisi coklat dengan kacang itu... tapi kakak lupa namanya.” Lanjut Kak Rendi sambil memberikan sejumlah uang ke arahku dengan senyuman yang sama lebarnya.

“Oke-oke. Hari ini, kita berdua akan berpesta es krim. Oke? Kalau begitu aku pergi dulu....” jawabku sambil menerima uang itu dan memasukkannya tepat ke dalam kantong celanaku.

Kak Rendi menganggukkan kepalanya. Dan dengan segera saja aku berjalan keluar dari rumah sambil mengambil sepeda kayuh yang ada di dekat mobil Kak Rendi. Aku akan mengendarai sepeda kayuh itu untuk bisa menuju ke supermarket terdekat yang mana letaknya ada di luar perumahan tempat kami tinggal sekarang ini. Dan selama perjalanan itulah aku benar-benar menikmati suasana malam hari yang sangatlah sepi dan juga hembusan angin yang terus mengibarkan rambutku yang ku ikat dengan rendah. Hanya butuh lima belas menit saja untuk bisa sampai tepat di supermarket itu. Aku pun dengan segera saja memarkirkan sepeda kayuh itu dan berjalan cepat untuk bisa masuk ke dalam supermarket itu. Suasananya juga tidak terlalu ramai, dan dengan segera saja aku mulai memilih es krim yang akan aku beli. Aku sudah mengatakan kepada Kak Rendi jika kami berdua akan pesta es krim malam ini.

“Lili?” panggil seseorang yang berada tepat di belakangku dan seketika saja aku membalikkan badan dan terkejut.

Bagaimana tidak? Jika saat ini, tepat di belakangku dan yang memanggilku barusan adalah Pak Deo. Dosen menyebalkan yang ada di kampus itu. Dia terlihat berpakaian dengan sangatlah santai dan tersenyum lebar ke arahku. Dan hal itu benar-benar secara langsung membuatku mengerutkan dahiku dengan cukup dalam. Penampilan Pak Deo yang sekarang terasa seperti bukanlah Pak Deo. Terlebih lagi dengan senyuman yang lebar menghiasi wajahnya di sana itu. Benar-benar terasa sangatlah aneh untukku.

“Eh, Pak Deo? Bapak di sini juga?” Aku bertanya untuk bisa mencoba berbasa-basi kepada dirinya di sana sekarang ini juga itu.

Pak Deo menganggukkan kepalanya dengan gerakan yang cepat, dan mulai melangkahkan kedua kakinya mendekat ke arahku. “Ya... kamu juga. Sedang membeli es krim, eh?” Pak Deo memperhatikanku sekarang ini.

Aku menundukkan kepalaku dan menatap tepat ke arah keranjang belanja yang ku bawa dan sudah berisi dengan beberapa es krim di dalamnya. Maksudku, cukup banyak es krim. Dan aku kembali mengangkat wajahku di sana dan menganggukkan kepalaku lagi. “Iya, Pak. Untuk saya dan kakak saya. Em, bapak belanja apa saja?” tanyaku sekali lagi. Berusaha untuk terlihat ramah. Itu tidak akan menjadi suatu masalah bukan??

“Hanya beberapa camilan saja. Untuk simpanan di rumah.” Jawabnya.

Kami berdua seketika saja terdiam secara bersama-sama di sana itu. Dan dengan cepat aku tersadar, bahwa aku harus segera pulang. “Maaf Pak. Saya permisi untuk membayar dulu. Saya harus segera pulang sekarang ini.” ucapku yang memecahkan keheningan dan juga kecanggungan yang terjadi di antara kami berdua di sini itu sekarang juga.

Pak Deo terlihat membulatkan kedua matanya, seakan-akan ikut tersadar. “Tentu, silahkan. Saya masih perlu membeli beberapa barang yang lainnya.” Jawabnya sambil berlalu pergi.

Dan aku berjalan dengan cepat setelahnya untuk bisa mendekat tepat ke arah kasir dan mulai mengantre untuk bisa membayar belanjaan yang mana saat ini sudah aku beli itu.

***

Aku mengayuh sepeda kayuhku dengan perlahan. Aku bahkan tidak peduli dengan es krim yang sudah ku beli itu nantinya akan mencair. Tapi, saat ini aku memutuskan untuk melewati jalan perumahan yang lain. Dan ya, jalan perumahan yang lain itu adalah jalan yang akan melintasi rumah Tina. Aku sendiri bahkan sama sekali tidak memiliki maksud apa pun untuk membuntuti atau dengan hal yang lainnya. Tapi aku hanya merasa masih sangatlah penasaran dengan apa yang terjadi dengan Ryan dan Tina. Setelah aku bisa mendapatkan jawabannya, maka saat itulah aku baru bisa mengetahui apa langkah selanjutnya yang bisa aku lakukan nantinya.

Dan ketika aku sudah mulai mendekati tepat ke rumah Tina. Aku semakin memelankan laju dari sepeda kayuhku dan mulai berhenti sejenak di sana. Di tempat di mana cahaya jalanannya cukup remang dan semoga saja aku benar-benar tidak akan terlihat dari sana. Aku memerhatikan ketika aku mulai menyadari jika saja saat ini sedang ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan rumah Tina. Dan ketika ada seseorang yang keluar dari dalam sana. Aku sadar, bahwa yang keluar dari dalam mobil itu adalah Ryan, yang mana dia mulai memutari mobilnya untuk membuka pintu mobil di sisi yang lainnya. Hingga aku melihat Tina juga keluar dari dalam mobil itu dengan senyuman di wajahnya yang sangatlah ceria dan juga lebar. Maksudku, mereka berdua terlihat tersenyum dengan lebar dan seperti baru saja bersenang-senang.

Entah kenapa, aku merasa tidak senang dengan adanya mereka berdua yang keluar bersama. Dan aku merasa sakit hati, karena bisa melihat Ryan yang tersenyum sebahagian itu dengan Tina, dan bukannya denganku. Apakah aku memang sudah salah sejak awal karena sampai bisa jatuh cinta kepada Ryan? Yang merupakan sahabatku. Dan melihatnya bahagia dengan Tina, yang juga sahabatku, membuat aku mulai sadar, jika perasaanku selama ini memang ada salahnya. Aku memang tidak pantas mendapatkan Ryan sekarang. Tidak di waktu sekarang atau pun juga di masa depan. Dan ketika aku sadar, aku akan mulai menangis, dengan segera saja aku membalikkan arah sepeda kayuhku dan tidak lagi melintasi jalanan itu. Aku tidak ingin terlihat semakin hancur sekarang ini juga. Dan aku tidak ingin jika mereka berdua sampai melihatku ada di sana dan juga memperhatikan mereka berdua dari jarak yang cukup jauh.

Dan saat ini air mataku sudah jatuh dan membasahi seluruh wajahku. Aku terisak, dan merasa sangatlah sesak tepat di dalam hatiku. Dan aku merasa tidak tahan lagi. Bahkan genggaman kedua telapak tanganku di sepeda kayuhku pun terlihat semakin menguat, meski kayuhan di kedua kakiku terasa sangatlah lemah sekarang. Aku tidak bisa lagi...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!