His Mom

Ini adalah harinya. Hari di mana aku akan bertemu dengan ibu Pak Deo. Jika di bilang bahwa aku baik-baik saja, maka semua itu adalah salah besar. Aku sedang tidak baik-baik saja. Maksudku adalah aku akan bertemu dengan ibu Pak Deo. Dan aku terus saja berpikir tentang apa yang akan aku lakukan dan juga katakan nantinya kepada ibu Pak Deo. Apakah aku harus berbohong? Atau mengatakan hal tertentu yang setidaknya dapat terlihat meyakinkan? Astaga, itu semua sama saja dengan berbohong. Ataukah aku memang harus mengatakan hal-hal yang benar saja? Setidaknya, jujur terlihat lebih baik, bukan?

Aku terus saja menggelengkan kepalaku. Dan kembali fokus untuk menatap bayanganku yang ada di cermin. Aku menggunakan pakaian biasa. Hanya saja lebih rapi dan juga manis. Itu menurutku. Yang ku pakai sekarang adalah celana jeans, dan juga sebuah blous berwarna jingga. Aku juga membiarkan rambutku terurai panjang dan hanya menggunakan riasan wajah yang tipis saja. Dan sekarang aku sudah merasa sangatlah siap. Dengan segera saja aku memakai flat shoes berwarna jingga yang senada dengan blous ku ini.

Dan langsung saja berjalan dengan cepat menuruni tangga. Aku menemukan bahwa Kak Rendi sedang duduk dengan sangatlah santai tepat di atas sofa dengan membawa sebuah mangkuk yang berukuran cukup besar berisi pop corn tepat di bagian atas kedua kakinya di sana itu. Kak Rendi memang tahu bagaimana caranya untuk bisa bersantai saat ada di rumah seperti sekarang ini juga di sana itu.

Aku menggelengkan kepalaku dan juga mulai tersenyum tertahan di sana. Terlebih lagi ketika Kak Rendi yang bahkan saat ini juga sedang terlihat sangatlah fokus terhadap acara televisi yang saat ini sedang dia lihat di sana itu. Aku semakin melangkahkan kedua kaki untuk mendekat ke arahnya. “Kak Rendi?” Aku memanggilnya.

“Hmmm?? Ada apa dek?” Dia bertanya dengan nada suaranya yang terdengar seperti bergumam itu di sana. Tapi tatapan kedua matanya bahkan sama sekali tidak teralihkan dari acara televisi itu di sana sekarang ini juga.

“Aku akan pergi keluar bersama Deo. Kakak tidak apa-apa kan kalau sendirian saja di rumah?” Aku melanjutkan bertanya, dengan telapak tangan kananku yang mendekat ke arah mangkuknya dan mengambil beberapa pop corn serta memakannya.

“Tidak apa-apa. Kalian berdua keluar saja. Kakak tidak masalah. Lagi pula, sepertinya kalian berdua akan pergi berkencan.” jawab Kak Rendi dengan nada suaranya yang terdengar sangatlah santai di sana itu.

Aku pun dengan segera saja menganggukkan kepalaku dengan gerakan yang sangatlah cepat di sana itu sekarang. “Baiklah kalau begitu...” Aku bergumam pada akhirnya.

Tin

Tin

Aku seketika saja mendongakkan kepala, dan mulai tersenyum di sana. Aku merasa sangatlah yakin jika saja yang baru saja datang itu pasti adalah Pak Deo. Aku dengan segera saja melangkahkan kedua kakiku keluar dari dalam rumah, menuju halaman depan. Dan benar saja, di sana Pak Deo berada. Di sana dia sedang tersenyum dengan lebar. Dan hanya mengenakan pakaian yang santai saja. Dengan segera saja aku mendekat.

“Ayo berangkat.” Ucapnya dengan penuh semangat itu di sana sekarang.

Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat. Dan dengan segera saja aku berjalan keluar dari halaman depan rumah dan bersiap memakai helm yang memang sudah di bawa oleh Pak Deo itu di sana.

“Hei, kalian berdua hati-hati di jalan ya!!” teriak Kak Rendi yang ternyata sudah ada di depan pintu rumah, dengan masih membawa mangkuknya yang berisi pop corn itu di sana.

Aku yang sudah naik ke atas sepeda motor milik Pak Deo itu pun dengan segera saja menganggukkan kepala. “Tentu saja, kami berdua akan hati-hati di jalan. Jangan merasa khawatir. Kami akan pulang di sore hari nanti.” jawab Pak Deo yang menjelaskan di sana.

Dan dari nada suaranya, aku bisa mendengar jika saja saat ini Pak Deo sudah bisa di pastikan sedang tersenyum dengan lebarnya di sana itu sekarang ini juga. Lalu setelah itu, kami pun mulai menuju perjalan ke arah rumah Pak Deo yang bahkan tidak terlalu jauh dari sini. Aku semakin merasa tegang selama di dalam perjalanan sekarang ini juga. Aku bahkan sama sekali tidak bisa mengendalikan diriku, untuk tidak memeluk tubuh Pak Deo dengan sangat eratnya di sana itu sekarang ini juga. Terlebih lagi juga karena suasana yang terjadi di antara kami berdua juga terasa sangatlah sunyi dan juga sedikit canggung. Tapi tidak apa-apa.

Tak lama, kami berdua pun berhenti tepat di sebuah rumah yang ukurannya terlihat cukup besar di sana itu. Aku terus saja memperhatikannya, sambil turun dari atas sepeda motor. “Ini rumah kamu?” Aku bertanya dengan perasaan yang sangatlah ragu.

Aku menolehkan kepalaku tepat ke arah Pak Deo. “Iya, ini rumahku. Ayo, masuk. Ibuku sudah menunggu kedatangan kamu di sini.” Jawab Pak Deo di sana sambil menuntun sepeda motornya masuk tepat ke dalam halaman depan rumahnya di sana itu sekarang ini juga.

Pak Deo semakin melebarkan senyumannya setelah menggenggam telapak tanganku pada akhirnya. Kami berdua berjalan bersama menuju pintu rumah yang terbuka sedikit di sana itu. Lalu dengan perlahan, Pak Deo membuka pintu rumah itu. Dan seketika saja aku bisa mencium aroma masakan yang sangat lezat di sana. “Ibu, aku membawa seseorang sekarang.” ucap Pak Deo di sana itu seketika saja.

Aku tidak dengan segera mendengar sebuah jawaban dari ibu Pak Deo, tapi aku mendengar langkah kaki di sana. Dan di saat itulah aku melihat ibu Pak Deo yang sedan tersenyum dari arah dapur, dengan kedua tangannya yang membawa nampan berisi bolu. “Astaga, akhirnya aku punya calon menantu juga!!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!