Aku terus saja mengetikkan tulisan demi tulisan itu di laptopku. Saat ini aku benar-benar sangatlah kesal dan tidak ingin bicara kepada siapa pun. Terlebih lagi, dengan tugas yang bahkan sama sekali tidak masuk akal yang diberikan oleh dosen itu kepadaku sekarang ini juga. Setelah bertanya kepada Tina tentang materi yang dia ajarkan, dengan segera saja aku meminjam buku Tina, mencari buku materi yang sesuai di perpustakaan, dan juga bahkan mencari materi itu melalui internet. Astaga, ini bahkan sudah masuk ke halaman yang ketiga, dan rangkuman materi yang harus segera aku selesaikan bahkan masih sangatlah banyak.
"Kamu yakin bisa menyelesaikan itu semua dalam waktu satu jam terakhir ini nantinya???" Tina bertanya dengan pertanyaan yang sama sejak satu setengah jam yang lalu di sana itu.
Tina menemaniku mengerjakan ini di area luar dari perpustakaan. Dan dengan kegiatannya yang sedang bermain ponsel. Dan untuk yang kesekian kalinya juga aku menganggukkan kepalaku dengan gerakan yang sangatlah cepat, tapi kedua mata dan juga jari-jari tanganku masih saja fokus untuk bisa dengan segera menyelesaikan kegiatan menulis rangkuman materi itu di sana.
"Aku harus segera menyelesaikannya. Bagaimana pun juga. Dan jika bisa aku akan mengumpulkan ini tepat fi wajahnya. Aku bahkan tidak tahu siapa nama dosen baru yang super menyebalkan itu." jawabku dengan nada suaranya yang terdengar tergesa-gesa di sana itu sekarang ini.
"Astaga. Kamu ini. Nama dosen baru itu adalah Pak Deo. Deo Chandra. Kamu harus menuliskan namanya juga di dalam tugas itu." ucap Tina dengan perasaannya yang terdengar jengah di sana itu sekarang.
Dan aku semakin yakin jika ini akan menjadi hari yang paling menjengkelkan dan yang tidak akan pernah aku sukai.
***
Aku melangkah dengan terburu-buru akhirnya tugas itu sudah selesai dalam waktu kurang setengah jam dari siang hari. Dan aku sekarang harus segera bisa sampai tepat di ruang dosen itu. Dan menyerahkan tugas itu tepat kepada dirinya itu. Itu adalah sumpahku tadi. Hingga pada saat aku sudah sampai di depan ruang dosen, aku tidak lagi menunggu waktu yang lama untuk bisa melangkah masuk dan menemukan dosen itu sedang duduk bersantai tepat di atas kursi kerjanya itu. Aku pun dengan segera saja merubah ekspresi wajahku menjadi sopan. Sedikit saja.
"Permisi, Pak. Ini tugas rangkuman saya." ucapku sambil mengulurkan telapak tangan kananku yang menggenggam kertas sebanyak lima halaman yang sudah aku print tadinya itu tepat ke arahnya.
Pak Deo dengan perlahan mulai membuka kedua matanya dan menatap lurus tepat ke arahku. Dia bahkan secara bergantian melihatku dan juga tugas yang sudah aku kerjakan di tanganku itu. Lalu tak lama setelah itu, Pak Deo mulai menegakkan tubuhnya dan mengambil alih kertas tugasku, lalu membacanya secara perlahan-lahan.
"Bagus. Ini akan menjadi nilai presensi kamu hari ini. Dan kalau bisa, lakukan saja terus kegiatanmu itu di dalam kelas. Dengan begitu, kamu tidak perlu lagi datang ke kelasku dan membuat mood saya rusak. Dan kamu nantinya hanya perlu merangkum tugas saja. Silahkan keluar." ucap Pak Deo dengan nada suaranya yang terdengar sangatlah angkuh di sana itu.
Aku bahkan sampai membuka mulutku kecil, karena tidak percaya bahwa ada dosen yang sangatlah sombong seperti itu sekarang ini. Aku bahkan mengedipkan kedua kelopak mataku, karena merasa benar-besar bingung atas sikap yang di miliki oleh Pak Deo itu. Mungkinkah dia memang sombong atau berkepribadian ganda???
"Apa lagi yang kamu tunggu di sini?!" ucap Pak Deo yang seketika saja membuatku terlonjak kaget dan dengan segera saja menyadarkan aku dari lamunan sesaat. Aku menatap lurus ke arahnya dengan bingung.
"Kamu boleh keluar sekarang." lanjutnya menjelaskan lagi dan aku pun dengan segera saja menganggukkan kepalaku dengan gerakan yang cepat dan berjalan keluar dari dalam ruang dosen itu.
***
"Sumpah! Aku masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan padaku tadi. Dosen itu sangat sombong dan aku benar-benar ingin sekali mengusap wajahnya dengan keras dan membuat dia tidak tampan lagi. Dasar menyebalkan! Bagaimana bisa fakultas ini menerima dosen yang menyebalkan seperti itu?!" ucapku dengan keras sambil mengeluh kepada Tina dan juga Ryan yang mana saat ini sedang ada di hadapanku itu.
Aku dengan segera saja meraih gelas berisi jus jerukku yang ada di meja kantin itu dan langsung meminumnya dengan rakus. Aku bahkan tidak peduli dengan berbagai macam tatapan dan eksepsi dari orang-orang yang menatapku saat ini. Sedangkan Ryan dan juga Tina sendiri hanya memperhatikanku dengan kernyitan di dahi mereka itu masing-masing.
"Jadi... Menurutmu Pak Deo itu menyebalkan, tapi juga mengakui kalau dia sangat tampan. Begitu??" Ryan bertanya dengan nada suaranya yang terdengar seperti mengejek. Dia bahkan menampilkan senyuman bodoh di wajahnya dan membuat ekspresi wajahnya semakin terlihat sangatlah bodoh saja.
"Iya... Bahkan meski kamu mengatakan bahwa Pak Deo itu adalah orang yang sombong, kamu masih tetap saja mengakui ketampanannya itu. Hahahahah..." ucap Tina yang mendukung ucapan Ryan di sana.
Bahkan mereka berdua pun mulai tertawa dikarenakan hal itu. Benar-benar sulit untuk bisa di percaya. Ketika mereka berdua sama-sama tertawa dengan terbahak-bahak sekarang ini. Seakan-akan perkataanku barusan itu hanyalah lelucon belaka. Sungguh sangat menyebalkan mereka berdua itu.
"Bagus... Sekarang kalian sudah berani mentertawakan aku. Sungguh sulit untuk bisa di percaya. Apakah kalian berdua berpikir jika aku sedang lelucon, begitu?! Kalian berdua sangat menyebalkan... Astaga.. Sulit di percaya, kalian malah menertawakan aku karena hal ini." ucapku dengan nada suaraku yang terdengar seperti protes. Mungkin itu ada benarnya juga.
Dan seketika saja pada saat mendengarkan ucapanku itu, mereka berdua secara langsung saja berhenti tertawa dan mulai menampilkan wajah meringis mereka masing-masing di sana itu. "Maaf, Lili... Lagi pula, ucapanmu tadi memang benar-benar membuat kami ingin tertawa. Kamu kesal sekaligus mengagumi ketampanannya... Hahahah..." jawab mereka berdua yang mana sekaligus melanjutkan tawa mereka di sana lagi.
Dan kali ini aku tidak menjawab ucapan mereka dengan kekesalanku. Tapi aku diam dan melanjutkan acara minum jus jerukku dengan perasaan yang sangatlah kesal di sana itu sekarang ini juga. Tidak lagi peduli dengan tawa mereka yang semakin terbahak-bahak. Dan aku pun mulai mengalihkan pandanganku ke arah sekeliling kantin. Hingga akhirnya menemukan Pak Deo yang duduk di salah satu meja kantin tepat di bagian yang paling pojok. Memakan bekal dan segelas minuman yang ku pikir adalah jus juga di sana itu sekarang. Aku mengernyitkan dahiku.
Bukankah seharusnya dosen tetap makan di dalam ruangan mereka??
Dan aku pikir, seorang dosen yang menyebalkan dan sombong seperti dia tidak akan mungkin mau memakan bekal seperti itu. Terlebih lagi, tepat berada di area kantin ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Si tukang tidur 😴😴😴
What?? Cium kening?? Sahabat an?? Jelas gak normal dong sahabatannya.. Apalagi sama lawan jenis
2019-08-31
3