Aku menggerutu di dalam hati ketika untuk yang kesekian kalinya aku harus benar-benar berhadapan dengan Pak Deo. Dia memang menyebalkan sebagai tingkat seorang dosen. Dan aku tidak pernah berbohong akan hal itu. Dan untungnya saja, Pak Deo tidak terlalu benar-benar mendengarkan hal yang baru saja aku katakan. Kecuali, dia yang sekarang mengikuti langkahku menuju kantin kampus. Tentu saja, ini sebagai bentuk suatu hukuman. Dan ya, Pak Deo memintaku mengantarkannya ke kantin kampus. Dia bilang, jika dia butuh bantuanku untuk membawa sesuatu dari kantin itu.
Lalu tak lama setelah itu, kami pun sudah sampai di kantin kampus dan dengan segera saja Pak Deo menuju salah satu pedagang yang ada di sana menyebutkan pesanannya. Sedangkan aku, menunggunya tepat berada di bagian belakang tubuhnya. Aku bahkan bisa mendengarkan pesanan yang cukup banyak dia sebutkan di sana itu. Dan aku menghela napasku dengan keras. Sepertinya aku akan menjadi sangatlah lama menuju perpustakaan sekarang. Dan terlebih lagi, Tina yang sudah menungguku di sana. Benar-benar menyebalkan.
“Baiklah, saya pesan itu saja. Dan akan saya tunggu di sini.” Ucap Pak Deo pada akhirnya kepada pedagang di sana itu dan mulai memundurkan langkahnya.
Melihat hal itu, aku pun ikut memundurkan langkahku. Dan melihat Pak Deo mulai membalikkan badannya di sana dan menatap lurus tepat ke arahku dengan tatapan kedua matanya yang tajam di sana itu sekarang. “Kita akan menunggu pesanan itu di sini. Setelah itu kamu bisa membantu saya untuk bisa membawakan semua pesanan itu nantinya. Kamu bisa kan? Lagi pula, saya pikir, kamu juga bukan mahasiswi yang terlalu sibuk tipenya. Dan itu terlihat sangatlah jelas.” Ucap Pak Deo dengan nada suaranya yang seakan-akan meremehkan diriku di sana sekarang ini juga.
Aku menipiskan bibirku di sana. Setidaknya dengan cara itulah aku bisa menahan diriku untuk tidak menyebutnya sebagai dosen yang menyebalkan. Walau itu adalah faktanya. Tentu saja. Maka aku pun hanya menganggukkan kepalaku dengan perlahan dan juga terlihat patuh. “Tentu Pak. Akan saya bantu. Lagi pula, saya memang tidak terlalu banyak pekerjaan dan kesibukan sekarang ini.” jawabku dengan sedikit sarkas.
Aku melangkah ke arah meja kantin yang terlihat kosong dan mulai duduk di sana terlebih dahulu. Tapi aku tahu jika Pak Deo menatapku dengan terkejut. Dan selain itu juga, aku melihatnya tersenyum kecil sekilas. Meski aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan sekarang, aku tahu bahwa dia pasti sedang mengejek kekesalan diriku sekarang ini juga. Lalu tak lama setelah itu dia pun mulai berjalan mendekat ke arah meja kantin yang sedang ku duduki dan mulai duduk tepat di hadapanku juga sekarang. Kami sama-sama terdiam. Beberapa mahasiswa yang lain ternyata juga sedang memerhatikan kami. Tapi sepertinya, itu bahkan sama sekali tidak mengganggu Pak Deo sedikit pun. Dan dia bahkan terlihat sangatlah santai dengan mulai memainkan ponselnya.
Aku menghela napas perlahan, dan kembali teringat kepada Tina yang mungkin saja saat ini sedang menungguku di perpustakaan. Dan aku pun mengambil ponselku dan mengetikkan sebuah pesan jika saja saat ini aku sedang di kantin untuk bisa membantu Pak Deo membawa pesanan makanannya. Dan tentu saja, Tina dengan segera menjawabnya dengan oke saja. Benar-benar bukan Tina yang seperti biasanya. Dan ini terasa sangatlah aneh untukku. Lalu setelah itu aku mengangkat kepalaku dan melihat Ryan yang berdiri dengan kerutan di dahinya. Aku baru saja akan memanggilnya, tapi pesanan itu datang dan di letakkan tepat di atas meja dan dihadapan kami berdua.
“Ini pesanannnya. Dan ini notanya Pak.” Ucap pedagang itu sambil memberikan secarik kertas berisi total pembayaran yang harus di bayarkan oleh Pak Deo di sana itu sekarang.
Dan aku melihat dia dengan segera saja mengambil dompet di kantong celananya untuk membayarkan total pembayaran yang sesuai dengan yang tertera di nota tesebut. Tapi fokusku teralihkan ketika Ryan terlihat berbincang dengan serius melalui ponselnya. Dan itu tidak seperti biasanya. Karena dia juga terlihat sangatlah cemas dan juga khawatir. Kenapa? Dan apa alasannya? Hari ini memang terasa sangatlah aneh untukku. Terlebih lagi, dua orang sahabat yang biasanya selalu bercerita segala hal kepadaku sekarang seperti sedang merencanakan sesuatu dan menyembunyikan banyak hal dariku.
“Lili? Lili?”
Aku tersadar dan menatap Pak Deo yang ternyata sudah sejak tadi memanggil diriku di sana itu sekarang ini. “Iya, Pak?” tanyaku sambil berdiri dari dudukku seketika saja.
“Kamu melamun? Kamu terlihat khawatir. Apakah sedang terjadi sesuatu?” tanya Pak Deo yang terlihat khawatir di sana itu.
Dan dengan segera saja aku menggelengkan kepalaku. “Tidak ada apa-apa kok Pak. Mari saya bantu bawakan.” Jawabku untuk bisa mengalihkan pembicaraan yang ada di antara kami.
Dan aku pun dengan segera saja mengambil beberapa kantong plastik yang ada di atas meja itu untuk membawanya. Dan sedangkan Pak Deo sendiri juga sudah membawa beberapa kantong plastik di sana itu. Lalu kami berdua pun berjalan bersama pergi ke arah ruang dosen lagi. Meski begitu pikiranku sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan apa yang sedang terjadi sekarang ini. “Baiklah, terima kasih, Lili atas bantuannya.” Ucap Pak Deo dan mulai mengambil alih kantong plastik yang tadinya aku bawa.
“Sama-sama Pak. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Aku tidak lagi menunggu jawaban dari Pak Deo dan langsung saja berjalan dengan sangatlah cepat menuju perpustakaan. Aku merasa tidak tenang. Langkahku terlihat terburu-buru dan itu sangatlah jelas. Aku tidak ingin menyembunyikan hal apa pun saat ini. Karena aku harus dengan segera menemukan fakta yang sebenarnya saat ini sedang terjadi kepadaku, dan juga kepada kedua sahabatku itu. Dan ketika aku sudah sampai di perpustakaan, aku segera saja berjalan ke beberapa arah, mencari Tina.
Dan pada saat itu aku melihat Tina sedang berbincang bersama dengan Ryan. Mereka berdua terlihat sangatlah serius saat ini juga di sana itu. Aku melangkah secara perlahan, dengan wajah yang pias. Aku merasa ada sesuatu. Dan aku bahkan sama sekali tidak bisa mempercayai apa yang baru saja aku lihat. Yang mana saat ini, Ryan menggenggam erat telapak tangan Tina di sana dan mereka semakin bicara dengan serius. Dan aku seketika saja merasa sangatlah tidak nyaman akan hal itu. Apa? Apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang? Apa yang sebenarnya sedang mereka sembunyikan? Atau apa yang sedang mereka bicarakan tanpa adanya aku? Kenapa mereka malah berubah menjadi sangatlah misterius seperti itu sekarang? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa? Dan kenapa mereka sama sekali tidak mengatakan hal apa pun?
Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku saat ini. Tapi aku bahkan sama sekali tidak tahu apa yang bisa aku lakukan. Aku merasa tegang dan aneh... atau mungkin seharusnya aku hanya perlu berpura-pura untuk tidak mengetahui apa pun, hingga mereka benar-benar mengatakannya sendiri kepadaku nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments