Dokter Chandra mengambil 3 ekor ikan dari kayu gantungannya lalu menusuknya dengan kayu satu persatu. Ketiga kayu itu ditancapkan di tanah dekat dengan api agar dia matang. Indra membantu mengambil salju ke dalam panci untuk memasak air.
Sementara Dean menghangatkan jari jemarinya sambil tersenyum puas. Kedua rekan timnya sudah memahami tugas-tugas yang harus dilakukan dan saling membantu yang lainnya.
"Bagaimana tanganmu? Apakah sudah lebih baik?" tanya Indra setelah menambahkan kayu bakar.
"Sudah mulai hangat. Ini sudah lebih baik."
Dean menoleh ke arah lokasi shelter.
"Bagaimana shelter kita?"
"Cobalah lihat dulu, apakah sudah cukup dalam atau tidak? Setelah itu kita bisa pasang penutupnya," jawab Indra.
"Kita makan dan hangatkan diri dulu sebentar baru dilanjutkan. Kau juga sudah kedinginan," saran Dean sambil membalik posisi ikan yang dipanggang agar matangnya merata.
Matahari sudah makin condong ke barat saat mereka selesai makan. Tangan Dean dan kaki dokter Chandra sudah pulih dari kedinginan. Tubuh mereka juga sudah lebih hangat dan bertenaga setelah makan.
Kini saatnya melanjutkan pembuatan shelter untuk berlindung dari angin, hujan dan binatang buas.
Dean melihat pekerjaan Indra. Dia menganggukkan kepala.
"Bawakan kayu-kayu penyangga atap itu. Rebahkan saja di sisi kiri dan kanan. Dimulai dari atas itu menurun sampai sini." tunjuk Dean memberi instruksi.
Dokter Chandra dan Indra bekerjasama menyusun batang-batang pohon sesuai arahan Dean. Sementara Dean mengeruk sedikit lagi salju di dalam shelter untuk membuat tempat berbaring mereka lebih tinggi dari lantai. Sekarang ketinggiannya sudah memadai. Mereka bisa duduk dengan leluasa nanti.
Dean melihat atap dedaunan di atas kepalanya yang masih terlalu jarang. Dia keluar dan melihat tumpukan daun pinus yang tinggal sedikit. Dean berjalan ke arah hutan untuk memetik daun-daun pinus lebih banyak lagi. Indra membantunya mematahkan ranting-ranting. Daun yang terkumpul jadi lebih banyak. Mereka segera kembali ke shelter
Atap yang ditutupi daun pinus ditimpa lagi dengan tumpukan salju agar kehangatan shelter dapat terjaga. Sekarang "rumah" mereka sudah siap untuk ditempati.
Indra memindahkan kayu-kayu bakar ke dalam shelter. Lalu menyalakan api dekat dengan pintu masuk untuk menghadang angin dingin dari luar. Di atas perapian, atap daun dibiarkan jarang dan tanpa salju agar asap pembakaran bisa keluar dengan leluasa.
Dokter Chandra menumpukkan daun-daun pinus sebagai alas duduk dan tidur mereka nanti.
Ikan-ikan dibawa masuk dan kembali di panggang untuk makan malam. Langit mulai kemerahan saat Dean kembali membawa sepanci penuh salju untuk dihangatkan.
Semua sudah berkumpul dalam shelter, duduk santai memandangi langit senja. Sinar kemerahannya jatuh pada kayu-kayu di depan pintu masuk.
Aroma wangi ikan bakar yang hampir matang dan suara kayu yang kadang mendesis atau gemeretak seolah mantra sihir yang mengantar mereka bertiga ke kedalaman pikiran dan lamunan masing-masing.
Suara lolongan serigala mengembalikan kesadaran. Langit sudah gelap. Dean bangkit mengambil kayu-kayu dekat pintu masuk dan menancapkannya menutupi lubang pintu.
"Selesai makan malam, baiknya kita segera istirahat. Jadi bisa kembali pagi-pagi." saran Dean sambil membaringkan tubuhnya.
"Apa kita tidak perlu berjaga bergantian?" tanya Indra.
"Biar saya yang berjaga pertama." Dokter Chandra mengajukan diri.
"Baik, selanjutnya bangunkan saya," sahut Dean. " Kita bergantian setiap 4 jam," lanjut Dean.
*
*
Dokter Chandra bangun awal pagi ini dan melihat Indra terkantuk-kantuk di depan api. Dia menyentuh lengannya.
"Istirahat dulu sana. Biar saya gantikan."
Indra pindah ke tempat tidurnya. Sementara Dean masih pulas. Langit masih terang tanah.
Dokter Chandra menggeser tiang-tiang kayu di pintu dan keluar untuk mengambil salju untuk masak air.
Aroma ikan yang wangi membangunkan Dean. Dia bangkit dan berjalan keluar. Pagi ini Dean ingin melihat hasil usahanya kemarin sore. Dia berjalan ke sungai dan jadi bersemangat saat melihat 5 ekor ikan besar tergeletak kaku di atas es dekat lubang besar yang dibuatnya kemarin. Permukaan lubang itu sudah ditutupi lapisan es tipis. Dean memecahkannya lagi agar lebih banyak yang bisa melompat keluar dari air.
Dean kembali ke shelter dengan seikat ikan di tangannya.
"Astaga... apa kau memasukkan tanganmu lagi ke air?" tanya dokter Chandra prihatin.
"Tidak.... Tidak. Kemarin saya memperbesar lubang es di sungai dan memancing ikan mendekat ke lubang dengan perut ikan. Pagi ini saya lihat 5 ekor ikan terjebak dan tidak bisa melompat masuk ke air lagi.
"Syukurlah. Kita punya persediaan hari ini."
Dokter Chandra mengangguk kagum dengan akal cerdas Dean. Orang yang tidak berpengalaman tak kan memikirkan cara itu.
Setelah sarapan, mematikan api dan menutup pintu shelter. Mereka bertiga kembali ke tempat korban lain menunggu.
Dengan mengikuti petunjuk yang dibuat sebelumnya, mereka segera sampai pada shelter pertama. Mengecek sebentar lalu berjalan lagi. Mereka harus tiba sebelum sore.
Sekitar satu jam kemudian, mereka bertemu serigala. Dean dan kedua rekannya berhenti. Serigala itu menggeram dan menyeringai menunjukkan taringnya mengancam.
Dean meminta Indra dan dokter Chandra bergerak pelan ke kanan dan kirinya untuk mengepung serigala itu. Ketiganya menggenggam kayu runcing erat-erat.
Serigala itu kembali menggeram dan tetap melihat ke arah Dean.
Indra sudah berada lebih dekat dengan serigala di sisi kiri. Kayu runcing di tangannya digenggam erat. Dean berjalan ke depan dengan waspada.
Serigala itu menekuk kaki dan merendahkan tubuh sedikit seperti bersiap melompat. Tiba-tiba..
Brukk!!
Suara benda jatuh di sisi kanan membuyarkan konsentrasi mereka. Dokter Chandra tersandung ranting yang tertutup salju.
Serigala itu mengambil kesempatan melompat menyerang Dean yang lengah. Dean terkejut dan refleks mengangkat kayu ke atas untuk melindungi kepalanya dari terkaman dan gigitan.
Serigala itu menggigit kayu tapi kakinya mencakar lengan Dean. Indra berlari mendekat dan memukul kepala serigala itu dengan kayunya. Dia tak berani mengarahkan ujung runcing kayu itu, takut meleset dan melukai Dean.
Serigala itu melepas gigitannya dari kayu yang dipegang Dean. Dia jatuh di salju dengan marah. Serigala itu dengan cepat membalikkan badan ke arah Indra dan menyeringai buas.
Indra berusaha menusuk serigala yang sedang melompat itu dengan kayu yang digenggamnya tapi meleset.
Serigala itu menerkam tangannya yang terayun. Indra berteriak kencang saat merasakan gigi-gigi tajam merobek daging di lengannya.
Dean segera bangkit dan menyerang serigala yang sedang bergumul dengan Indra. Dean memukulkan kayunya sekuat tenaga. Itu mengenai punggung serigala dan membuatnya makin marah. Namun gigitannya tidak juga lepas. Indra sudah berlumuran darah yang keluar dari gigitan dan cakaran serigala.
Dean kembali mengangkat tangannya dan memukulkannya sekuat tenaga ke arah kepala serigala. Terdengar suara berderak keras. Binatang buas itu melenguh sebentar lalu jatuh. Kemungkinan tengkoraknya pecah dihantam kayu yang dipegang Dean.
Dokter Chandra yang gugup dan masih terkejut melihat serangan itu segera tersadar saat Dean memanggil.
"Dokter, tolong periksa luka Indra. Apakah serius?" panggil Dean.
Dokter Chandra berlari ke arah Indra yang tergeletak penuh darah di salju karena kelelahan menahan serangan serangan serigala tadi.
Dean memeriksa serigala dan binatang itu masih hidup. Jadi Dean menusuk jantungnya agar dia segera mati.
"Mari saya periksa," ujar dokter Chandra.
"Lukanya cukup dalan tapi tidak terlalu membahayakan. Kita harus membalutnya agar pendarahannya berhenti," ujarnya lagi setelah melakukan pemeriksaan.
Dokter Chandra melepas kain penutup kepalanya untuk digunakan sebagai pembalut luka.
Dokter Chandra merasa bersalah. Karena kecerobohannya Indra dan Dean diserang serigala. Tapi Dean tersenyum menenangkannya.
"Dok, saat kita berburu, terluka adalah hal yang wajar. Jangan terlalu khawatir. Sekarang kita harus bersyukur karena dapat binatang buruan untuk makan malam. Dan kulitnya bisa kita jadikan topi yang hangat." Indra sangat antusias.
"Iya kan Dean?"
Indra meminta dukungan Dean.
Dean mengangguk mengiyakan. Dia sedang mengikat keempat kaki binatang itu dengan ranting kecil. Lalu menyelipkan kayu untuk menggantungnya. Dengan cara itu akan lebih mudah membawanya.
Setelah beristirahat, ketiganya kembali berjalan pulang sambil memanggul serigala.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
🍁mahes❣️💋🄻🄴🄱🄰🅁🄰🄽👻ᴸᴷ
wah mereka luar biasa
2024-02-03
0
Le min hoo
Sial bener si serigala. malah jd santapan
2022-11-21
3
Le min hoo
Ngerii thor..
2022-11-21
3