Dean hendak memeriksa ke arah depan saat dia mendengar jeritan. Langkahnya terhenti lalu berlari ke arah kiri menuju hutan. Dilihatnya seorang wanita terduduk di salju dengan tubuh gemetar memeluk lutut sambil memejamkan matanya. Nafasnya terengah-engah seakan habis berlari. Tubuhnya bergetar hebat dengan mulut komat-kamit.
Dean melihat sekitarnya dan menemukan penyebab jeritan tadi. Di situ banyak korban tergeletak penuh darah. Ada yang masih utuh ada pula yang sudah kehilangan anggota tubuh. Darah beku memercik dimana-mana menodai hamparan salju yang putih bersih.
Dean mendekati wanita itu untuk menenangkannya. Disentuhnya pundak wanita itu pelan. Wanita itu menoleh dan...
"Aaarrgghhh!" wanita itu pingsan setelah menjerit histeris.
Dean terkejut sejenak lalu menggelengkan kepalanya. Apa tampilanku sungguh menakutkan? Pikirnya tak mengerti. Bukankah selama ini dia selalu tampil mempesona? Itu berarti lebih dari sekedar berwajah tampan, tapi juga bertubuh bagus. Bahkan Luke selalu menyebutnya Good looking man saat memperkenalkannya pada para wanita kenalannya.
Dean menatap wanita yang terbaring di salju.
"Benar-benar merepotkan," gerutu Dean.
Karena tak mungkin dibiarkan begitu saja di tempat terbuka, jadi Dean memanggul wanita itu di pundak dan berjalan kembali ke arah dokter Chandra.
Ternyata dokter Chandra sudah membangunkan beberapa orang di situ. Ada 4 orang yang terluka dan lainnya terlihat memiliki memar kebiruan. Dokter Chandra dan seorang wanita muda sedang membalut korban luka saat Dean kembali membawa seorang wanita.
Dean menurunkan wanita itu dan membaringkannya di dekat dokter Chandra.
"Dia barusan pingsan, jadi tolong bangunkan," kata Dean singkat.
Dia lalu melanjutkan sambil menunjuk ke dalam pesawat.
"Tampaknya bagian yang patah disini tidak terlalu besar. Saya rasa bagian lainnya ada di depan sana. Saya akan memeriksa di sekitar."
"Kumpulkan semua hal yang nanti kita butuhkan. Makanan, pakaian tebal, selimut dan lainnya. Setelah itu pergilah ke arah belakang sana dan berkumpul di ruang belakang pesawat. Tempat itu lebih tertutup, jadi lebih hangat."
Kata-kata Dean seperti sebuah instruksi dan korban lainnya mengangguk saja.
Ada yang bisa memimpin disaat mereka kebingungan, jadi bukankah lebih mudah untuk mengikuti orang yang sudah memahami situasi?
*
*
Dean berjalan ke arah depan bagian patahan pesawat itu. Beberapa batang pinus yang patah menutupi permukaan salju. Beberapa benda yang mestinya milik penumpang berserakan juga disitu, termasuk serpihan metal pesawat.
Dean mempercepat langkah dan sejurus kemudian terlihat pemandangan yang tak terbayangkan.
Tampak bagian hidung pesawat menghunjam masuk ke dalam tumpukan salju. Itu terlihat menukik dalam hingga mampu menahan bagian belakangnya tetap mendongak ke atas.
'Seberapa tebal salju ini?' pikirnya.
Dean mengelilingi bagian itu tapi tidak bisa menemukan jendela pilot.
'Ini benar-benar dalam' pikirnya.
Lalu dia mencoba berteriak memanggil yang ada di dalam patahan pesawat itu.
"Hallooo... adakah yang mendengar suaraku?" Teriak Dean.
Sampai beberapa saat belum ada respon. Dean mengambil ranting patah dan mengetuk keras dinding pesawat.
Tuk... Tuk... Tuk....
"Halloo.... Adakah yang selamat disitu? Jika tak bisa menjawab, coba ketukkan sesuatu di dekatmu. Buat suara agar saya bisa mendengarnya!"
Sekali lagi Dean berteriak dan menunggu.
Akhirnya Dean mendengar ketukan yang sangat pelan dan nyaris tak terdengar.
"Aku mendengar ketukanmu," teriak Dean bersemangat dan balas mengetuk.
"Coba lihat sekitarmu, adakah yang masih selamat? Beri ketukan sebagai jawaban," teriak Dean lagi.
Lalu Dean menunggu sambil memikirkan cara mengeluarkan korban dari dalam sana.
Pohon-pohon pinus yang masih berdiri itu terlalu jauh dari patahan pesawat, jadi dia tak mungkin memanjat dan melompat masuk untuk membantu. Dean juga tidak punya peralatan mendaki tebing saat ini.
Lalu terdengar suara ketukan dan batuk-batuk dari dalam pesawat.
"Dapatkah anda bergerak dan memeriksa ruang pilot? Saya tak menemukan jendela pilot, tempat itu terbenam salju!" teriak Dean lagi.
Tak lama dia mendengar suara-suara. Itu berarti lebih dari satu orang. Itu bagus. Lalu suara berat seorang pria menjawab:
"Saya akan memeriksa ruang pilot. Ada seorang pramugari yang terluka disini!"
Teriakan pria itu memberitahu Dean.
"Nona, dapatkah anda bergerak dan mengumpulkan hal-hal yang mungkin bisa kita gunakan? Obat-obatan sangat dibutuhkan. Dan makanan jenis apapun sangat berharga!" Teriak Dean keras.
"Ya." suara samar terdengar dari dalam.
Di luar Dean menyeret dan menyingkirkan batang-batang pohon tumbang yang dapat menghalangi penumpang selamat untuk melompat keluar. Lalu terdengar lagi suara pramugari itu.
"Saya menemukan kotak obatnya. Saya akan kumpulkan makanan yang saya temukan disini!" teriaknya.
Tak lama pramugari itu bertanya lagi.
"Tidakkah di sini terlalu dingin? Apakah kita ada di puncak gunung? Perlukah mengumpulkan baju hangat?"
"Ya! Kita terdampar di hutan bersalju. Jadi kumpulkan semua baju hangat yang ada disitu dan lemparkan keluar nanti. Tempat ini terlalu tinggi, kita tidak mungkin kembali lagi untuk mengambil persediaan," balas Dean.
"Baik." Jawab pramugari itu meski ragu.
'Salju? Bagaimana bisa?'
Tapi dia tetap melakukan perintah Dean.
Lalu terdengar ketukan tak jauh dari permukaan. Itu pasti ruang pilot, pikir Dean sambil menghampiri dan balas mengetuk.
"Bagaimana situasi kokpit?" Tanya Dean dengan suara keras.
"Hanya seorang teknisi yang selamat. Dia terluka. Saya akan mengeluarkannya."
Pria bersuara berat itu menjawab pertanyaan Dean.
Lalu Dean kembali ke arah patahan pesawat dan berteriak ke dalam:
"Nona, dapatkah anda menemukan sarung tangan? Itu sangat berguna di cuaca dingin bersalju seperti ini."
'Benaran salju?' Pikir wanita itu lagi.
Langit biru cerah, harusnya akan terasa hangat. Tapi kenapa rasa dingin masih menusuk tulang? Dengan penasaran pramugari itu menggeser penutup jendela dan melihat keluar. Itu betulan salju! Ini bukan mimpi.
"Aarrgghhh...." terdengar teriakan keras memilukan dari ruang kokpit.
Pramugari itu tersentak dan berteriak ke dalam.
"Adakah yang bisa saya bantu di sana?"
Dia mengenali suara itu. Itu suara teknisi pesawat yang ikut serta dalam penerbangan.
"Tidak perlu, disini sudah selesai. Kami akan segera keluar," jawab pria bersuara berat.
"Oh, baiklah... saya akan mengumpulkan persediaan disini," balas wanita itu lagi.
Kali ini pramugari itu mengumpulkan benda-benda lain yang dirasanya berguna di musim dingin. Semua dikumpulkannya dalam sebuah tas travel dan suitcase kecil yang ada disitu. Lalu memasukkan semua isi tas lain yang ditemukannya ke dalam satu ransel besar yang ada.
'Kurasa ini cukup' pikirnya.
Dia lalu menoleh ke pintu kokpit yang terbuka.
"Alan... kau selamat! Syukurlah.... Bagian mana yang terluka?" tanya pramugari itu khawatir.
"Bahuku bergeser karena terbentur tadi. Tapi pak Robert sudah memperbaikinya dan mengembalikannya ke tempat semula," katanya sambil menahan lengannya yang masih bergetar hebat.
"Saya Robert, Siapa nama anda?" tanya pria itu pada sang pramugari.
"Saya Larasati. Panggil saja Laras," balas Laras cepat dan mengalihkan pandangan pada Alan.
"Kurasa kau butuh kain pengikat untuk mengggendong tanganmu." Laras memutuskan, begitu melihat kondisi Alan.
Lalu dia mengeluarkan sehelai kain yang tadi dikumpulkannya dalam ransel besar. Laras mulai mengikat lengan Alan dan membuatnya tergantung dengan nyaman. Itu bisa membuatnya rileks dan mengurangi nyeri.
Sementara itu Robert sudah menyusun beberapa koper yang ada disitu. Dia memeriksa bagasi kabin dan tak menemukan hal penting lain. Pramugari itu sudah membereskannya dengan cepat.
"Adakah barang lain lagi yang tertinggal? Ambil segera lalu kita keluar dari sini."
Alan menggeleng. Dia sudah membawa keluar kotak peralatan kecilnya dari kokpit.
Laras menoleh pada kokpit lalu melihat Alan. Matanya seakan bertanya dalam kebisuannya. Alan mengerti itu. Lalu dia menggeleng pelan dan menundukkan kepala.
Laras ikut menundukkan kepala. Dia merasa tercekik dan meneteskan air matanya diam-diam. Pilot dan co pilot tidak selamat dalam kecelakaan ini. Tapi mereka memberi kesempatan pada penumpang lain untuk melanjutkan hidup. Laras menggumamkan rangkaian doa untuk pengorbanan mereka.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
🍁mahes❣️💋🄻🄴🄱🄰🅁🄰🄽👻ᴸᴷ
sosok pemimpin yang keren Dean
2024-02-02
1
🍁mahes❣️💋🄻🄴🄱🄰🅁🄰🄽👻ᴸᴷ
ya Alloh kirain lihat apa 😅
2024-02-02
2
Dewi
Menegangkan
2022-11-18
4