Dean melanjutkan pekerjaannya membersihkan dahan dan ranting pohon tak jauh dari situ. Ranting penuh daun dikumpulkan untuk digunakan nanti. Pekerjaan jadi lebih cepat dengan adanya gergaji.
Beberapa orang lain kembali datang dengan menyeret pohon tumbang. Dean menunjukkan bagian mana yang perlu dipotong dan dibersihkan. Pekerjaan ini harus selesai sebelum senja.
Dibantu 2 pria, Dean mengikat 3 batang pohon paling panjang dengan dahan muda yang sudah dilenturkannya di atas api. Itu akan jadi tiang penyangga utama tempat perlindungan mereka.
Ikatan kayu diangkat ke dekat pintu ruangan pesawat yang tersisa. Batang kayu direnggangkan membentuk segitiga. 2 di sisi dinding pesawat, satu lagi diarahkan dekat perapian untuk masak.
Setelah itu mereka menancapkan ketiga batang itu cukup dalam di tumpukan salju. Lalu mulai menambahkan batang kayu lagi mengikuti tiang utama. Mengelilingi tempat memasak hingga mencapai dinding pesawat.
Para pria mengikuti arahan Dean untuk menutupi celah kayu dengan ranting-ranting pinus penuh daun. Sekarang ada dinding daun setinggi tubuh mereka. Itu cukup untuk menahan angin menyelinap masuk ke ruang masak.
Dean menutupi bagian bawah pagar itu dengan salju lagi agar lebih kokoh. Yang lain membantu pekerjaannya.
Tak lama pekerjaan membangun benteng selesai. Mereka segera membantu mengumpulkan persediaan kayu lagi untuk menjaga api di malam hari. Kayu-kayu ditumpuk dekat api unggun.
Serta cukup banyak ranting penuh daun dipetik dan dibawa sesuai permintaan Dean. Mereka tidak mengerti itu untuk apa. Tapi percaya kalau Dean punya rencana.
Tak lama setelah itu Robert dan yang lainnya kembali dari tugas mengubur jenazah para korban. Harum makanan yang menguar membuat perut mereka semakin lapar. Robert menganggukkan kepalanya puas. Mereka kini punya tempat perlindungan.
Segera setelah semua orang masuk ke dalam, Dean dan Robert menutup pintu masuk dengan kayu yang tersisa serta menyelipkan daun-daun sebagai penutup dan menumpuk salju dari dalam.
Langit sudah berwarna jingga kemerahan, tanda petang telah datang.
Widuri segera membagikan makanan pada para wanita di dalam kabin pesawat.
Para pria mengikuti cara Robert yang mengambil segenggam salju lalu menggosoknya di kedua tangan untuk membersihkannya.
Segera mereka duduk di hamparan daun pinus dan menghangatkan diri di depan api. Mereka sangat kelelahan, lapar dan kedinginan.
Laras dan Niken membagikan makanan untuk semua orang. Meski sedikit, tapi semua orang mendapatkan bagiannya, itu harus disyukuri.
Siang tadi Widuri beruntung menemukan kemasan teh dan gula, jadi dia bisa membuat dan membagikan teh untuk para pria menghangatkan tubuh.
Tapi mereka sudah kehabisan air kemasan. Besok akan ditanyakannya pada Dean atau Robert sumber air untuk minum.
Mereka makan tanpa suara. Gemeretak kayu yang dibakar api seakan musik yang mengantarkan semua orang pada pikiran masing-masing. Tak bisa dipungkiri, mereka pasti sedang memikirkan keluarga di rumah. Berharap segera ditemukan tim rescue agar bisa berkumpul lagi dengan orang-orang terkasih yang ditinggalkan.
Malam menghampiri disertai lolongan serigala. Suaranya bersahutan dan sudah sangat dekat. Dean dan Robert memutuskan untuk berjaga di dekat api malam ini. Yang lainnya segera masuk kabin pesawat untuk beristirahat.
Dean dan Robert bekerjasama mengeruk salju, membiarkan sebagian lain tetap tinggi untuk dipakai sebagai tempat tidur. Salju yang dikeruk ditumpuk di dekat batang kayu agar kedudukannya lebih kokoh.
Dean memindahkan api lebih ke tengah agar udara hangatnya dapat ikut menghangatkan ruang kabin. Robert melapisi dipan salju dengan tumpukan daun pinus agar lebih hangat. Kemudian menutupnya dengan selimut yang diberikan Laras.
Sebagian daun lainnya diletakkan dekat api untuk tempat duduk yang berjaga.
Widuri, Laras dan Niken masih duduk di depan pintu kabin sambil memeriksa bagasi yang siang tadi dibawa Robert dan ditumpukkan dekat pintu.
Mereka menemukan persedian makanan, ada snack oleh-oleh serta botol minuman Bir Pletok oleh-oleh khas Jakarta. Mereka juga menemukan mie instan dan saus sambal botol di koper lainnya. Ketiganya girang bukan kepalang, karena besok semua orang masih bisa sarapan sebelum beraktifitas.
Aaauuuuuuuuuu....
Dean, Robert serta ketiga wanita itu terkejut dan segera menghentikan aktifitasnya kala mendengar suara lolongan serigala yang begitu dekat.
Para wanita saling memandang dan segera membereskan barang-barang yang berserakan. Mereka memutuskan untuk segera masuk ke dalam kabin.
"Kami masuk ke dalam," bisik Widuri pada Dean yang tak jauh darinya. Dean mengangguk.
"Berhati-hatilah, dan selamat malam," bisik Widuri lagi dengan suara rendah seakan takut didengar serigala.
Diapun menyusul kedua rekannya yang sudah menyelinap lebih dulu.
Setelah Widuri menghilang, Dean segera menyusun dan menumpuk koper untuk menutup pintu masuk kabin. Itu benteng terakhir. apapun yang terjadi, orang-orang di dalam harus aman, tekadnya dalam hati.
Dean memandang ke arah Robert dan berkata:
"Kita bergantian jaga. Anda istirahatlah lebih dulu. Saya akan menjaga api tetap menyala untuk menjauhkan binatang itu."
"Tidak, saya lihat tubuhmu sudah sangat butuh direbahkan, jadi istirahatlah lebih dulu. Saya akan berjaga," tolak Robert.
"Apakah 2 jam cukup? Karena saya kira, saya juga akan mencapai batas kantuk 2 jam lagi," tambah Robert mencoba bergurau.
Robert adalah mantan tentara, kurang tidur semalam bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan.
"Baiklah. Bangunkan saya 2 jam lagi," Dean menyetujui.
Dia memang sangat lelah dan kepalanya sakit. Jadi memang harus istirahat sekarang.
"Mintalah dokter itu memeriksa lukamu besok pagi. Sepertinya itu sangat tidak nyaman."
"Ini ada obat pereda nyeri, ambillah. Itu hanya obat umum, entah apakah berguna untukmu," tawar Robert sambil mengulurkan obat di tangannya.
Dean segera mengambil dan membaca sekilas, itu Parasetamol. Saat ini, itu obat yang sangat dibutuhkannya. Dean meminum obat dan menghabiskan teh hangat di gelasnya, lalu berbaring pada alas yang dibuat Robert.
Dean merapatkan coat panjang dan menggunakan baju hangat yang dilipat sebagai alas kepalanya yang terluka untuk mengurangi nyeri. Kehangatan api unggun serta rasa lelah membantunya terlelap dalam sekejap.
Robert menoleh pada Dean yang sudah hanyut dalam mimpi.
"Cepat sekali dia tertidur," gumam Robert.
Sambil duduk di depan api, Robert mengeluarkan pisau belati kesayangannya. Dia memilih dan mengambil 1 dahan pohon yang kokoh. Robert mulai mengiris dan menyerut ujung dahan itu. Dibuat meruncing tajam. Itu akan berguna sebagai senjata darurat.
Jadi dia terus meruncingkan beberapa dahan lagi yang dipilihnya dengan seksama. Lebih banyak senjata, lebih aman untuk semua orang, pikirnya.
Robert menghentikan pekerjaannya saat mendengar langkah-langkah kecil di sekitar pagar kayu. Binatang-binatang penghuni hutan itu sudah datang. Mereka mencoba menggali salju.
Tapi Dean sudah memperhitungkan itu dengan menumpuk salju makin tinggi di luar dan dalam serta menancapkan batang pohon cukup dalam. Jadi tak mudah bagi para serigala itu untuk menyelinap dari bawah.
Hewan-hewan buas itu masih menggali di sana-sini, Robert bersiaga dengan belati di tangannya. Robert mengambil dan mengangkat batang kayu penuh api ke arah beberapa binatang yang mencoba menggali. Terdengar suara geraman para serigala setiap kali merasakan hawa panas api mendekat. Itu membuat mereka berhenti menggali.
******
Tombak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
🍁mahes❣️💋🄻🄴🄱🄰🅁🄰🄽👻ᴸᴷ
sampai sini aku cuma mau bilang ini bagus
2024-02-03
1
Tetik Saputri
ngena banget
2023-07-02
2
Le min hoo
Seruuu.. ceritanya mengejutkan thor
2022-11-21
4