Di kabin, semua orang hanya bisa duduk. Tempat kecil itu penuh sesak karena semua yang selamat berlindung di situ, kecuali Dean dan Robert. Tapi tak ada yang mengeluh.
Bahkan si putri kaya... Lena, juga tidak mengeluh. Dengan banyaknya orang, dia merasa ruangan jadi lebih hangat. Lagi pula kekasihnya Alex menjaganya dari himpitan orang lain, jadi dia cukup leluasa.
Korban lain mengalah agar tak perlu ada pertengkaran. Mereka terlalu letih untuk ribut malam ini. Jadi biarkan saja dan cobalah untuk tidur. Semoga besok tim rescue bisa menemukan dan membawa mereka pulang ke rumah masing-masing.
Belum lama terlelap, seorang wanita berteriak,
"Aaaahh..!" teriaknya penuh ketakutan.
"Ada apa?" tanya wanita di sebelahnya.
Semua orang dengan segera terjaga.
"Ada binatang di luar. Aku melihatnya," sahutnya ketakutan.
Lalu seorang pria di sisi lain berkata,
"Tutup semua jendela, agar tak perlu melihat hal menakutkan di luar."
Dengan segera semua penutup jendela diturunkan. Kabin itu jadi lebih mencekam karena tidak ada cahaya sama sekali.
Tak lama terdengar suara erangan seseorang.
Yang di sebelahnya bertanya,
"Ada apa?"
"Gelap. Aku takut gelap," ujarnya.
Segera Widuri mencari-cari sesuatu dari tasnya. Dia menemukan lalu mencoba menyalakan. Itu hp yang tercecer dan sempat diambilnya di hutan dalam perjalanan pagi itu. Hp itu menyala, Widuri menyerahkannya pada gadis yang takut gelap tersebut.
"Pegang ini, agar tidak terlalu gelap untukmu. Semoga baterainya cukup hingga pagi," ujar Widuri.
"Aku Dewi. Namamu Widuri kan? Terima kasih untuk ini," kata Dewi menunjukkan hp yang digenggamnya.
"Tidak apa, jadi sekarang tidurlah lagi," balas Widuri yang dibalas senyum oleh Dewi.
Lalu semua orang mencoba kembali tidur. Tapi tak lama kemudian terdengar suara garukan di dinding pesawat. Suara garukan, geraman dan lolongan serigala terdengar silih berganti, meresahkan seisi kabin.
Tak ada yang benar-benar bisa tidur meski mereka mencoba memejamkan mata. Suasana mencekam ini seperti adegan film horror yang mereka alami sendiri.
Terdengar isak tertahan dan bisik-bisik menenangkan dari para wanita.
"Sssshhh... sudah, jangan ribut lagi. Tidur saja. Di sini aman. Kami sudah memasang dinding pengaman. Jadi para binatang buas itu tak akan bisa masuk," kata seorang pria menenangkan.
*
*
Empat jam berlalu, suara-suara dari kabin sudah hilang dari tadi.
'Mereka akhirnya bisa tidur' pikir Robert.
Dia juga sudah selesai meruncingkan 10 batang kayu. Dia sudah lelah dan ingin beristirahat untuk mengumpulkan tenaga. Esok adalah hari panjang yang baru. Semua orang harus diajak bicara untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Robert menambahkan kayu pada api lalu membangunkan Dean.
"Hei. Ini sudah waktunya bergantian jaga," kata Robert sambil menggoyangkan tubuh Dean.
Robert harus mengulang hingga 2 kali baru Dean merespon. Tidurnya benar-benar lelap.
Dean menggeliat sejenak, mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menjawab,
"Ya. Saya akan mulai berjaga. Anda tidurlah," katanya sambil bangun dari alas tidurnya.
Dean pindah duduk ke dekat api. Dia melihat jam tangannya. Ini hampir jam 1, berapa lama dia dibiarkan tidur?
"Bangunkan saya jam 5 agar anda dapat beristirahat sebentar sebelum pagi. Dan saya rasa besok kita harus menanyai pendapat semua orang tentang situasi kita," ujar Robert datar.
"Baik," balas Dean.
Dean menjulurkan tangan ke arah api untuk menghangatkannya. Dia melihat tongkat-tongkat runcing yang dibuat Robert.
"Ini sangat berguna," gumam Dean puas.
Tiba-tiba terdengar sesuatu menabrak dinding kayu.
Brukk... Brukk...!
Beberapa kali suara itu terdengar, dan Dean bersiaga dengan memegang kayu runcing di tangannya. Tapi dinding itu kuat, para serigala itu tak bisa merobohkannya. Dean mengawasi sekitar, tak ada dinding yang goyang atau bergeser dari tempatnya.
Menjelang jam 3 turun hujan salju disertai angin. Dean menggigil, merapatkan coat panjangnya dan menghangatkan air di atas api. Dia menoleh ke arah kabin, apakah di sana cukup hangat? pikirnya.
Dean kembali mencoba menyalakan hp dan mencari sinyal, tapi sia-sia.
"Ini tak kan berhasil, hingga kami tau dimana kami berada," gumamnya kesal.
Tempat ini jelas bukan Indonesia, Singapura ataupun Malaysia. Lalu bagaimana tim rescue bisa menduga kalau kami di sini?
Menjelang jam 5, beberapa serigala kembali mendatangi tempat itu dan melolong bersahutan membuat bulu roma meremang berdiri karena terdengar menyeramkan. Kali ini terdengar lagi keributan dari dalam kabin.
Suara- suara ramai membuat Dean berdiri dan menghampiri. Diturunkannya beberapa koper yang menghalangi pintu lalu bertanya ingin tahu,
"Ada apa?"
"Saya mendengar suara menggali salju di sebelah sini."
Itu suara Alex kekasih Lena. Dia memeluk Lena yang ketakutan.
"Itu aman," ujar Dean singkat.
"Beristirahatlah. Kalian harus memulihkan tenaga untuk besok. Masih banyak hal yang harus dibereskan," sambung Dean lugas.
Dean kembali menyusun koper untuk menutup pintu masuk. Dean memotong batang kayu tersisa untuk jadi kayu api.
"Hei. Ini sudah jam 5 lewat. Kita sudah bisa berganti jaga," ujar Dean sambil menepuk bahu Robert.
Robert berdehem lalu segera bangun dan duduk dekat api. Dean kembali berbaring dan mencoba memejamkan mata.
"Apakah tadi hujan salju?" tanya Robert sambil menuangkan air hangat dan meminumnya.
"Ya. Jika salju terus turun dan menebal, kita harus mencari kayu bakar lebih banyak lagi. Atau kita akan berubah menjadi patung es," jawab Dean santai.
"Hahahaa," Robert tertawa.
"Kau berasal dari mana? Saya dari DC," kata Robert.
"Saya dari Quebec," jawab Dean sambil memejamkan mata.
Robert tak bertanya lagi dan membiarkan Dean tidur sebentar
Pagi hari hujan salju masih turun. Para serigala sudah tak terdengar lagi. Kayu bakar tinggal 2 potong yang tersisa. Robert harus segera mencari kayu secepatnya untuk menghangatkan semua orang.
Seseorang dari dalam kabin mencoba menggeser tumpukan koper. Robert membantunya.
Seorang pria yang kemarin membantunya menguburkan jenazah, keluar dari kabin. Namanya Sunil Gupta. Dia bersama istrinya adalah wisatawan India yang baru berkunjung ke Indonesia. Dia membantu mengubur begitu banyak jenazah, tapi tak menemukan istrinya.
Sunil mendekati api dan menghangatkan diri.
"Adakah yang bisa ku bantu?" tanyanya pada Robert.
"Saya bermaksud mencari kayu bakar dan berburu jika mungkin. Tapi harus ada yang menjaga api tetap menyala," balas Robert sambil memasukkan gergaji lipat dalam ranselnya.
"Biar saya yang menjaga api," tiba-tiba sebuah suara terdengar dari pintu kabin.
"Kalian bisa mengambil kayu bakar," lanjutnya lagi sembari ikut duduk di sebelah Sunil dan menghangatkan diri.
Dia Michael Chen, seorang mahasiswa berwajah oriental.
"Baiklah," jawab Robert lalu berjalan ke arah dinding kayu.
"Apa anda ingin ikut dengan saya?" tawar Robert pada Sunil.
Sunil segera bangkit mengikuti Robert dan ikut mengambil sebatang kayu runcing yang diberdirikan di dekat dinding. Mereka menggeser dinding kayu untuk membuat pintu keluar.
Sebelum menutup pintu lagi, Robert mengingatkan Michael,
"Biarkan Dean istirahat, dia tidur tak sampai sejam yang lalu. Dan jaga apinya tetap menyala."
"Ok," balas Michael.
Tentu saja dia akan menjaga api, karena dia memang ingin menghangatkan diri dari udara yang membekukan ini.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
🍁mahes❣️💋🄻🄴🄱🄰🅁🄰🄽👻ᴸᴷ
apa mereka melintas ke dimensi lain?
2024-02-03
1
Le min hoo
hutan antah berantah, dikelilingi serigala, dan hujan salju. Apa msh blom cukup penderiyaan mereka?
2022-11-21
4
Le min hoo
menegangkan
2022-11-21
4