"Aduuhh.... Aaahhhh...." rintihnya kesakitan.
"Kepalaku, tubuhku, sakit semua seperti habis dipukuli."
Widuri membuka mata, pandangannya kabur. Lalu kesadarannya perlahan kembali.
Widuri ingat bahwa dia naik pesawat tadi malam, lalu di perjalanan pesawat berguncang keras. Dia refleks menundukkan kepala sembari memeluk lutut. Lalu terakhir terdengar suara teriakan.
Widuri menggumamkan doa berharap tak terjadi hal buruk. Tapi sekarang dia merasa tubuhnya bergoyang-goyang dan udara sangat dingin menusuk tulang. Tak ada suara apapun. Widuri mengerjap-ngerjapkan matanya untuk melihat dengan jelas agar tau apa yang terjadi.
Dia terlonjak karena terkejut. Di depan sana hanya ada warna hijau samar diselimuti warna putih bersih seperti salju.
'Tunggu..! Salju?' pikirnya kebingungan.
Tubuhnya masih bergoyang pelan karena keterkejutannya tadi. Pelan-pelan Widuri mencoba memahami posisinya. Dia masih terikat di kursinya!
"Ya ampuun, kursiku tersangkut di dahan pohon," gumamnya saat melihat ke atas.
Tampak pohon pinus besar dan kokoh berdiri di samping kirinya. Sisa rangkaian kursi pesawat yang didudukinya tersangkut di dahan pinus. Widuri tak menemukan wanita muda teman sebangkunya, entah dimana dia.
"Jika bukan karena dahannya yang kuat dan berdaun rimbun itu, aku pasti sudah jatuh ke bawah." Widuri melihat ke bawah.
"Ya Tuhan, tinggi sekali! Kira-kira adakah 10 meter? Gimana caranya turun nih?" gumamnya lagi.
Tiba-tiba Widuri mendengar teriakan ketakutan.
"Aahhhh, toloong. Tolooong."
Widuri memejamkan mata. Mungkinkah suara itu dekat dengan badan pesawat? Itu terdengar agak jauh dari tempatnya. Atau orang itu juga terlempar keluar seperti dirinya?
Widuri menghela nafas, jangankan menolong orang lain, dirinya sendiripun belum tentu sanggup melihat pemandangan mengerikan akibat jatuhnya pesawat. Pasti banyak korban.
Widuri berfikir keras, jika dirinya yang ada di tengah badan pesawat bisa terlempar keluar dan tersangkut di pohon, maka pesawat itu mestinya patah. Apakah pesawat ini terhempas atau menabrak gunung?
"Tunggu, ada yang aneh disini," gumam Widuri lalu melihat berkeliling untuk memastikan.
Dibukanya mata lebar-lebar. Sejauh mata memandang, itu memang pemandangan hutan pinus yang ditimpa salju. Dia tidak berhalusinasi. Tapi sejak kapan Singapura bersalju? Ataukah ada pulau di Indonesia yang mengalami musim dingin?
"Hellooow.... Indonesia itu negara khatulistiwa, negara tropis. Dari mana datangnya salju?"
Widuri bicara sendiri. Tapi meski berpikir keras, dia tak mampu memahami keadaan ini.
"Apakah pesawat ini terlempar badai hingga Eropa atau kutub utara?" tebaknya asal-asalan.
"Hahahh aku mulai gila nih."
Lalu Widuri menertawai dirinya sendiri.
"Ahh, lebih baik mencari penumpang selamat lainnya dan berkumpul bersama menunggu tim rescue datang. Tapi mungkinkah mereka akan mencari di hutan pinus bersalju? Ini dimana sebenarnya? Benar-benar aneh."
Widuri bergumam sambil tangannya mencoba melepas seatbelt, tapi terhenti. Tubuhnya bergetar tiba-tiba saat mendengar lolongan serigala di kejauhan.
"Mengerikan! Di hutan ini ada serigala? Apakah bau darah korban pesawat memancing mereka? Tapi tetap tergantung begini juga bukan pilihan, karena tubuhku sudah sangat kedinginan. Jika bukan karena aku tersangkut di ketinggian dan tertimpa sinar matahari, pasti aku sudah membeku."
Ya, Widuri hanya mengenakan sweater dan celana jeans penangkis dinginnya udara musim hujan bulan November. Itu bukanlah pakaian untuk musim dingin bersalju seperti ini.
"Baiklah, aku akan turun dan mencari yang lain lalu bersama memikirkan solusinya," ucapnya memantapkan hati.
Lalu tangannya yang nyeri berusaha melepas seatbelt.
Ssyyuutt.
Tubuhnya meluncur turun dengan cepat dan...
Brukkk!
Widuri terhempas di salju dan membentuk jejak hampir 1 meter dalamnya.
"Adduuhhh... tubuhku rasanya remuk. Aahhh...," keluhnya saat mencoba duduk.
Widuri akhirnya membiarkan tubuhnya berbaring sejenak, meluruskan kaki dan mengumpulkan semangat untuk bangun. Widuri menatap pohon di atasnya.
"Betapa tingginya.. sampai membuatku tenggelam sedalam ini saat jatuh di salju."
Widuri segera bangkit. Itu tempat terbuka, mudah jadi mangsa serigala.
"Saat pesawat jatuh aku diberi kesempatan hidup. Jadi jangan sia-siakan hidupku yang berharga ini tanpa usaha."
Widuri merangkak keluar dari tempatnya jatuh.
Setiba di permukaan Widuri menepuk-nepuk sweater dan celana jeansnya menyingkirkan bunga salju yang menempel. Tasnya masih terselempang di tubuhnya, tapi isinya sudah hilang entah kemana.
Widuri membuka risleting kantong tas dalam. Disitu ada parasetamol 1 blister, obat batuk dan obat masuk angin sachet masing-masing 6, juga obat maag 1 blister. Ada plester luka 3 pcs. Widuri memang menyiapkan obat-obat ringan yang biasa dipakainya sebelum berangkat ke Singapura. Lalu dia membuka kantong tas depan, disitu masih ada 2 batang coklat yang dibelinya di toko bandara.
"Lumayan.... Ini hartaku untuk bertahan hidup," ucapnya pelan lalu menyeret kakinya menuju suara teriakan tadi.
Udara sangat dingin. Widuri tidak punya sarung tangan. Jadi dia memasukkan tangannya ke saku celana jeans untuk menjaganya tetap hangat. Dia menemukan sesuatu yang familiar dan menambah ketenangannya. Itu benda kenangan kakaknya. Widuri menggenggamnya erat dan tersenyum sambil menengadah ke langit.
"Terimakasih sudah menjagaku kak. Aku akan berusaha bertahan hidup sampai tim rescue tiba. Jadi tolong jaga mama dan papa sampai aku kembali," desahnya.
Matanya berembun, dia rindu pada sosok kakak yang telah mendahuluinya ke surga.
Widuri melihat sekitarnya sambil berjalan. Dia menemukan selembar kain merah tua terhampar di salju tak jauh dari tempatnya berdiri. Diseretnya langkah untuk memeriksa. Tapi tak ada seorangpun disitu. Jadi diambilnya kain itu dan membelitkannya di leher dan kepala untuk memberi kehangatan. Widuri melanjutkan perjalanannya.
Tak sampai 15 menit, Widuri melihat sesuatu menyilaukan mata di atas sana. Sepertinya itu kepingan pesawat! Dia bergegas melangkah, tapi matanya tertumbuk pada benda berwarna pink di dekat pohon pinus muda. Itu hampir terbenam di salju, tapi Widuri mengenalinya. Itu buku catatannya! Dia girang sekali, lalu mencari lagi di sekitar. Dan benar saja, dompet dan hp nya juga ada di dekat situ.
Widuri mencoba menyalakan hp mencari layanan operator seluler. Tapi tak ada sinyal.
"Ahh bodohnya.. ini kan hutan. Mungkin tak ada antena pemancar disini. Semoga di lokasi yang lebih tinggi bisa dapat sinyal."
Harapannya kembali tumbuh. Dengan semangat, Widuri berjalan ke arah cahaya yang menyilaukan itu. Disitu lebih tinggi, jadi tidak akan mudah untuk sampai kesana. Kaki Widuri bahkan terbenam dalam salju hingga setengah betis. Tapi dia terus melangkah.
Widuri kembali menemukan benda tercecer lainnya. Ada pisang, apel dan jeruk. Entah buah ini supply pesawat atau bawaan penumpang.
Widuri memungut dan ingin memakan pisang yang didapatnya. Tapi pisang itu beku, keras seperti batu. Dengan raut kecewa disimpannya buah-buahan itu dalam tas. Beberapa saat kemudian dia juga menemukan banyak benda lainnya, termasuk kotak makan malam yang masih utuh. Widuri membukanya..
"Ahh, nasi goreng seafood!" pekiknya tertahan. Ini anugerah. Aku bisa memakannya nanti setelah dihangatkan.
Berikutnya Widuri makin sering menemukan benda tercecer, termasuk hp, dompet, kertas-kertas, foto, sebuah pasmina lagi warna keabuan dan juga kalung. Tangannya bergetar saat memungut kalung itu.
"Bagaimana kalung bisa lepas dari leher pemiliknya?" pikirnya.
"Apakah..? Ahh tidak. Tidak. Aku tak mau memikirkannya!" Widuri menggelengkan kepala kuat-kuat untuk menepis bayangan horror di kepalanya.
Widuri kembali berjalan. Sepertinya makin banyak benda yang ditemukan.
'Mungkin aku sudah makin dekat dengan badan pesawat' pikir Widuri dalam hati. Dia mempercepat langkahnya.
Tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu hingga membuatnya jatuh terjerembab ke depan. Setelah mengatur nafas dan berbalik, Widuri mencari tau apa yang membuatnya tersandung tadi.
"AARRGGHHHH!" teriaknya ngeri.
Itu potongan tangan!
Seketika Widuri menjauhi tangan itu dan melihat ke sekitarnya. Ada banyak potongan tubuh lainnya. Matanya nanar menatap penuh ketakutan. Darah merah yang terserak di salju itu sudah membeku. Widuri menutup matanya dengan tangan untuk menghapus bayangan mengerikan itu.
Widuri bukanlah penakut, tapi ini sungguh diluar batasnya. Bagaimanapun dia hanya wanita biasa. Tubuhnya bergetar hebat. Bibirnya mengucapkan berbagai doa mencari ketenangan. Lalu sesuatu menyentuh pundaknya.
Widuri terkejut dan menoleh untuk melihat. Kemudian menjerit lagi....
"AAARRRGGGHHH...." Jeritnya histeris lalu pingsan!
*******
Jangan lupa like dan komennya yaa.. 🥰💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Aku plaster selalu bawa, karena kadang saat kerja nggak sengaja tangan ke gores luka 😂😅 Sama paracetamol 😅
2024-02-26
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺
😣😣😣 gak bisa bayangin😨😨😨
2024-02-16
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺
ahh senangnya jika barang2nya satu per satu ketemu.
2024-02-16
2