Dean melihat satu kursi masih ada orangnya dan tampak sudah kaku.
"Apakah kalian mengenalnya?" tanya Dean pada yang lainnya.
"Ya, dia asisten saya. Dia tidak mau bangun meskipun saya bangunkan berkali-kali," jawab seorang wanita lain di situ.
Dean mengernyitkan dahi dan melangkah ke pintu memanggil seseorang.
"Dokter Chandra, bisakah anda ke sini sebentar?"
Dengan segera dokter Chandra masuk ke ruangan dan melihat ke arah Dean.
"Ya, apa yang bisa saya bantu?" tanyanya antusias.
"Tolong periksa wanita ini, apakah masih hidup atau sudah tewas," pinta Dean lugas.
"Hei.. dia hanya tidur!"
Wanita itu protes dengan suara keras dan maju ke arah temannya. Tapi Dean menghalangi dengan tangannya agar dokter Chandra dapat leluasa memeriksa.
Tak lama berselang dokter Chandra berkata dengan pasti.
"Dia sudah tewas. Tubuhnya bahkan sudah sedingin es."
Ungkapan itu tidak main-main. Gadis muda itu terpaku tak mau mempercayai lalu menangis tersedu-sedu.
"Dia hanya tidur.. Sarah cuma tidur sebentar.." gumamnya sedih.
Dean membawanya ke sebuah kursi dan membiarkannya menenangkan diri. Robert dan dokter Chandra mengangkat keluar wanita yang tewas itu.
Dean berdiri di depan pintu dan memanggil semua orang masuk untuk menghindari angin dingin. Kali ini tak ada lagi yang melawan kata-katanya, termasuk putri kaya itu.
Tapi dia tak membiarkan siapapun ada di dekatnya. Dia tak mau berbagi. Akhirnya pria muda kekasihnya yang mengalah untuk duduk di tumpukan barang-barang mereka.
Laras membagikan selimut dan baju hangat yang bisa dikumpulkannya. Tapi lantai pesawat itu terlalu dingin untuk diduduki, jadi perlu alas agar tidak seperti duduk di atas balok es.
Laras mengatakan hal itu pada Dean dan Robert. Mereka bertiga segera keluar dan membiarkan yang lainnya istirahat sejenak.
Di luar, Dean menemukan wanita pingsan yang dia gendong sebelumnya sedang memeriksa rak pantry mencari sesuatu. Laras mendekatinya.
"Hai... namaku Laras. Siapa namamu? Apa yang kau cari? Butuh bantuan?"
Sikap Laras masihlah penuh perhatian seperti saat dia bekerja secara profesional. Mungkin membantu orang lain sudah menjadi kebiasaannya.
Widuri menoleh ke arah suara yang menyapanya. Dia melihat seorang wanita cantik dengan seragam pramugari. Beberapa luka gores dan memar tidak mengurangi kecantikannya.
"Saya Widuri," jawabnya antusias.
"Saya mencari perbekalan makanan untuk semua orang. Seharian ini kita belum makan. Akan lebih baik bila kita bisa menghangatkan makanan sebelum malam tiba. Bukan hanya karena kita sudah kelaparan, tapi juga karena berbahaya untuk berada di luar saat gelap."
Dean memperhatikan interaksi keduanya. Sepertinya wanita ini juga bisa diandalkan. Sikapnya dewasa. Tidak seperti gadis manja di dalam sana.
"Baik, saya akan mencari kayu bakar untuk membuat api agar kalian bisa menghangatkan makanan," ujar Dean menawarkan bantuan.
Dean dan Robert membagi tugas. Dean memanggil dan membawa beberapa pria untuk mencari kayu bakar bersamanya. Robert membawa pria lainnya untuk mengumpulkan tas dan bagasi yang bisa digunakan sebagai alas duduk di ruangan.
Dean melihat jam tangannya. Sudah jam 1 siang, sebentar lagi sore. Tapi mereka belum punya persiapan apapun untuk perlindungan.
Dean mengajak semua orang untuk secepatnya mengumpulkan ranting kering yang bisa dipakai untuk menyalakan api. Tak lama pekerjaan itu selesai.
"Widuri, apakah ini cukup?" tanya Dean menunjuk tumpukan ranting pohon.
"Bisakah anda membuat apinya? Kita tidak punya pemantik api" Tanya Dean lagi.
"Ahh, saya punya!" seru seorang pria yang tadi membantu Dean.
Dia mengambil sesuatu dari sakunya dan menyerahkan pada Widuri.
"Ini, pakailah. Ada untungnya juga saya jadi perokok, selalu membawa korek gas kemana-mana," ujarnya tertawa lebar.
Dia adalah pria dengan tubuh berotot tanda bekerja dengan fisik. Memakai celana besar dengan saku di mana-mana.
"Nama saya Indra," katanya dengan ramah pada Widuri.
"Terima kasih Indra," balas widuri tersenyum sambil menerima korek gas tersebut.
Lalu Widuri dan Laras menyusun kayu bakar untuk menyalakan api. Dean melihat tanpa mengatakan apapun. Dia percaya kedua wanita itu tau harus berbuat apa. Jadi dia meninggalkan mereka dan membawa pria-pria lain kembali untuk mencari batang-batang pohon yang tumbang untuk digunakan sebagai perlindungan.
Sementara itu Robert sudah menemukan cukup banyak koper. Terutama karena tempat bagasi sudah terbuka akibat hempasan pesawat. Mereka menggunakan batang pohon yang tumbang sebagai tangga untuk memanjat masuk. Semua bagasi itu diseret dan dikumpulkan di dekat pintu masuk ruangan. Tugas para wanita untuk menyusunnya.
Robert bermaksud menguburkan jenazah para korban, jadi dia butuh alat untuk mengeruk tumpukan salju. Robert menghampiri Laras dan bertanya apakah dia bisa meminjamkan beberapa nampan atau piring metal untuk digunakan.
Laras memberinya beberapa nampan metal yang biasanya digunakan untuk mengantar makanan ke ruang eksekutif. Tapi itu harus dibagi, karena mereka juga membutuhkannya. Jadi dia menambahkan beberapa Panci untuk membantu pekerjaan mereka.
"Jangan lupa untuk membawa semuanya kembali. Kita sangat membutuhkannya," pesan Laras.
Robert dan beberapa pria pergi ke arah hutan untuk membuat lubang dan menguburkan jenazah korban.
Sementara itu Dean sudah berhasil menyeret batang pohon pinus ke arah ekor pesawat. Dibantu 2 orang lainnya, mereka tampak kepayahan. Ranting dan batang pohonnya mengganggu gerakan mereka dan membuatnya terasa makin berat. Di belakang mereka menyusul 3 orang lainnya juga menyeret batang pohon lain. Setelah itu kelimanya kembali ke arah semula untuk membawa lebih banyak batang pohon.
Dean sibuk mematahkan dahan dan ranting dengan tangannya dan itu tidak mudah. Dahan pohon itu liat. jadi Dean hanya membersihkan sebisanya.
Seorang wanita yang tangan kirinya penuh balutan keluar dari ruangan pesawat. Dia menghampiri Widuri dan Laras.
"Hei... aku Niken. Adakah yang bisa ku bantu? Mengaduk-aduk atau mencicipi makan mungkin?" tawarnya dengan ramah dan bercanda sambil melihat aktifitas Dean.
Belum sempat Widuri dan Laras menjawab, dia berseru lagi. Kali ini ke arah Dean..
"Hai. Namaku Niken. Siapa nama anda?" tanyanya sambil dengan lincah beralih menghampiri Dean.
'Gesit sekali dia' pikir Widuri.
Niken melihat-lihat ranting pohon yang menjulur panjang dan mengganggu. Itu tampak berbahaya karena memiliki ujung yang runcing.
Lalu dia teringat sesuatu dan segera berlari ke dalam ruangan. Dean melihatnya dengan heran. Tak lama Niken kembali dengan sebuah kotak di tangannya.
"Tadi saya menyusun alas untuk duduk dan menemukan ini. Mungkin itu bisa membantu?" katanya sambil menyodorkan kotak yang dipegangnya pada Dean.
Dean menghentikan pekerjaannya dan menerima kotak yang diberi Niken. Itu kotak pengiriman ekspedisi. Di label tertulis PERALATAN BERKEBUN.
Dean menyingkirkan plastik pembungkus dan membuka kotak itu. Disitu ada Sekop dan garpu tanah kecil untuk berkebun. Beberapa benih dalam alufoil juga ada bibit tanaman hidup yang dibungkus lapisan khusus untuk menjaganya tetap hidup.
Dean menyingkirkan semua itu lalu mengambil kemasan terakhir dan membukanya. Itu adalah gergaji lipat. Luar biasa! Dean sangat gembira karena ini bisa memudahkan banyak pelerjaan mereka.
"Terimakasih Niken. Ini hal yang bagus. Namaku Dean Whittman," ucap Dean dengan sopan dan rasa terimakasih.
"Ahh, baiklah.... Itu tak seberapa. Aku akan membantu mereka menyiapkan makan malam kita," jawabnya ceria.
Niken membawa sisa paket ke arah Laras dan Widuri.
"Apa itu?" tanya Widuri.
"Bibit dan benih tanaman. Juga peralatan berkebun," sahut Niken
"Kita tidak memerlukannya, jadi aku akan membuangnya," katanya menambahkan.
"Eh, jangaan.... Berikan padaku saja. Mungkin nanti bisa berguna,"
Widuri melarang dengan cepat dan mengambil kotak dari tangan Niken.
Widuri memang menyukai tanaman. Dia akan sangat bahagia melihat tanaman yang dirawatnya berbunga atau berbuah. Itulah aktifitas santainya di rumah. Mencoba resep masakan, berkebun atau membaca buku membuatnya tak menyadari hidupnya yang kesepian tanpa anak.
******
Gergaji lipat dan alat berkebun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 426 Episodes
Comments
Juanda✨
🙋🏻♂️
2022-02-04
7
Kenzi
author mah kerennn ...
bela2 in ke ace hardware, cari foto ginian ... 🤣🤣🤣
2022-01-23
5
Kenzi
semangat widuri ... eh author maksudnya ... 🙋
2022-01-22
6