Setelah Loli telah selesai menjalani serangkaian pemeriksaan, kini Marcell sedang mengikuti dokter ke ruangan nya.
"Kalau dilihat dari gejala yang dirasakan istri anda juga hasil tes air seni kemungkinan besar istri anda hamil. Selamat pak" ucap dokter cantik itu sambil mengulurkan tangan dengan senyum yang tersungging.
Tangan Marcell bergetar menerima uluran tangan dokter itu.
"Ha-hamil dok?" Meski sudah mempersiapkan diri pada kemungkinan ini namun Marcell tak bisa menepis rasa terkejutnya ketika apa yang sempat terlintas di otaknya kini benar-benar terjadi. Tubuhnya bergetar dengan wajah memerah, sang dokter mengira Marcell terlalu bahagia mendengar kabar kehamilan Loli yang memang diakui sebagai istri oleh Marcell untuk mengantisipasi hal ini.
"Iya, untuk memastikan nanti bapak bisa langsung ke dokter kandungan untuk melakukan USG dan memastikan dengan pasti usia kehamilan nya" Marcell merasa kepalanya seperti berputar, dadanya terasa begitu sesak. Ia tak tau harus bagaimana merespon kabar ini, Hatinya terasa begitu kacau.
Marcell tak menduga hal ini akan terjadi, ia memang tak hanya sekali menggauli Loli pada malam itu. Tapi ia tak menyangka kejadian kelam itu akan langsung menghadirkan janin di rahim Loli.
"Kondisi istri saya bagaimana dok? apa harus dirawat inap?" tanya Marcell setelah berhasil menguasai dirinya. Ia tak tau harus mengatakan apa pada Nala dan kedua orang tuanya jika Loli harus dirawat.
"Sepertinya tidak perlu, setelah beristirahat sebentar dan tubuhnya sudah kuat istri anda diperbolehkan pulang"
"Terimakasih dokter" Marcell menyalami dokter yang menangani Loli lalu berpamitan keluar.
Marcell berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju tempat Loli berada. Marcell merasa tubuhnya seperti melayang, semua perasaan berkecamuk di benaknya. Ia merasa kepalanya begitu sakit memikirkan langkah yang harus ia tempuh selanjut nya.
Marcell tiba di tempat Loli sedang di rawat. Ia melihat gadis kecil itu sedang tertidur. Pria itu duduk di kursi dekat ranjang. Ia meraih tangan Loli dan menggenggamnya erat seolah sedang berusaha menyerap kekuatan untuk menghadapi apa yang terjadi saat ini.
Marcell begitu iba saat memandangi wajah tenang Loli yang tengah terlelap. Ia tak berani membayangkan reaksi Loli andai ia tau apa yang tengah terjadi saat ini. Loli masih terlalu kecil untuk menerima permasalahan serumit ini. Ditambah lagi kini pada usianya yang belum genap 18 tahun Loli sudah harus merasakan ada kehidupan yang sedang tumbuh di rahimnya. Gadis itu masih terlalu muda untuk merasakan perubahan tubuh yang belum seharusnya ia alami.
"Maafkan kakak Loli" Bisik Marcell sambil menciumi tangan gadis itu, Marcell mengutuki dirinya yang telah membawa Loli pada kerumitan ini.
🍁🍁🍁
Marcell dan Loli hanya diam, tak ada obrolan yang terdengar dari bibir keduanya. Loli sebelumnya sempat bertanya pada Marcell mengenai kondisinya, pria itu mengatakan bahwa Loli hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Loli tak tau bahwa sebenarnya Marcell tengah sibuk merangkai kata untuk memberi tahu gadis itu tentang kehamilan nya. Marcell sengaja belum langsung memberitahu Loli karena ia yakin gadis itu pasti akan shock.
"Kak mau ke mana? kenapa nggak langsung pulang?" Tanya Loli saat menyadari bahwa Marcell tak membawa nya pulang ke rumah nya dari jalan yang mereka lewati yang tampak asing bagi gadis itu.
"Ada yang harus kakak bicarakan dek. Setelah itu baru kakak akan antar kamu pulang"
"Mau bicara apa lagi sih kak, aku tu mau cepat sampai rumah. Mama pasti khawatir aku nggak pulang-pulang. Ini udah sore" ucap Loli lelah.
"Kakak sudah menelfon mama, kakak sudah minta izin pulang terlambat. Kakak bilang mau ajak kamu nonton karena kamu butuh refreshing abis ujian" untung saja sang calon mertua tak terlalu banyak bertanya.
"Emang kakak mau ngomong apa? penting banget emang? aku nggak mau ya kalo kakak mau ngebahas yang uda sering banget kita bicarain" Loli capek meladeni sikap Marcell.
Marcell tak menjawab. Pria itu terus memacu mobilnya menuju apartemen sepupunya yang kini sedang berada di luar kota. Ia butuh ruang privat untuk membahas hal ini dengan Loli.
"Kita kenapa ke sini?" Tanya Loli semakin bingung.
"Kita harus berbicara serius Loli. Hanya berdua dan tempat yang paling tepat ya di sini" Melihat wajah serius Marcell membuat nyali Loli menciut. Ia mulai menerka apa yang tengah terjadi, namun ia tak berhasil menebak apa yang akan pria itu katakan.
Marcell membuka pintu mobil dan mengulurkan tangan nya pada Loli untuk membantu gadis itu turun. Namun Loli berniat turun tanpa menerima uluran tangan dari Marcell. Sontak Marcell menggendong tubuh gadis itu hingga membuat Loli terpekik kaget.
"Turunin kak!"
"Makanya jangan suka membantah. Kalau mau kakak turunin kamu harus pegangan tangan sama kakak" ucap Marcell.
"Iya" Lebih baik menurut daripada harus digendong seperti bayi begini.
Marcell tersenyum merasa menang. Ia menurunkan Loli lalu menggenggam erat tangan gadis itu. Ia menuntun Loli menuju unit apartemen sepupunya dengan sangat hati-hati. Ia mengatur langkah Loli agar berjalan dengan pelan.
Loli mencebik kesal pada perlakuan Marcell yang berlebihan bahkan pria itu membantu Loli untuk duduk di sofa setiba mereka di apartemen. Seolah ia adalah gadis penyakitan yang harus dibantu dalam segala hal.
"Kakak ambilin minum bentar ya?" ucap Marcell lembut, tatapan mata dan perlakuan pria itu membuat hati Loli bergetar. Namun ia segera menepis perasaan nya, tak memberikan nya kesempatan untuk berkembang lebih jauh.
Setelah lebih kurang lima menit Marcell kembali dengan membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat dan satu piring biskuit cokelat.
"Minum dan makan dulu biskuitnya dek, makanan yang kamu makan tadi siang uda kamu muntahin semua" Tadi di rumah sakit Loli hanya minum segelas susu dan menolak untuk makan.
"Lagi nggak pengen makan" suara Loli kini lebih seperti keluhan.
"Paksain Loli, nanti sakit lagi kalo perut kamu kosong" Dokter bilang perut kosong akan kembali memicu rasa mual Loli. Karena itu mesti sedikit harus ada makanan yang masuk ke perut gadis itu. Biskuit adalah.salah satu makanan yang cocok untuk kondisi Loli saat ini.
"Kak aku mau pulang, ngomong nya sekarang aja" Loli tak ingin rasa nyaman yang mulai ia rasakan saat berada di dekat Marcell semakin dalam, karena nya ia harus menjauhi pria itu.
"Makan dulu biskuitnya satu dan abisin tehnya baru kakak akan mulai bicara. Semakin kamu menolak maka akan semakin lama kita di sini"
"Kak Marcell tu kenapa sekarang ngancam mulu bisanya" Loli kini meluapkan rasa kesalnya. Namun sayang Marcell tampak tak peduli.
"Lakukan apa yang kakak suruh atau kita akan terus berada di sini"
Loli meraih dengan kasar satu buah biskuit coklat yang bila dalam keadaan normal sangat Loli sukai. Ia lalu menyesap teh hangat yang Marcell hidangkan sampai habis, beruntung Marcell membuat teh hangat untuknya bukan teh panas yang tentu saja akan membakar lidahnya jika ia sesap dalam satu kali tegukan.
"Pintar nya" Ucap Marcell dengan senyum yang begitu menyebalkan di mata Loli.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sandisalbiah
sumpah jd ikutan deg-degan... Loli yg bakal dapet kabar yg pasti buat dia ini adalah kabar buruk..
2023-12-30
3
langitsenja
Marcell segitunya ngejaga LILO
2023-06-16
1
runma
rumit
2023-01-28
0