Loli telah bersiap untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai kemudian memasang bando pita berwarna Cokelat.
Ia melangkah dengan riang menuruni tangga dan menuju meja makan. Ia langsung mencium satu persatu mama dan papanya kemudian Nala. Ternyata ada Marcell di sana,
"Selamat pagi kak Marcell"
Marcell menganggukkan kepalanya sambil membalas senyum cerah dari bibir pink milik Loli.
Hanya ada satu bangku tersisah dan itu langsung menghadap pria yang satu bulan lagi akan menjadi kakak iparnya.
"Seger banget kamu hari ini dek, ceria lagi. mau ketemu gebetan ya?"
Nala menggoda sang adik, namun Loli hanya tersenyum tipis.
"Kakak nggak lihat kalo Adek pake seragam? itu artinya adek mau sekolah kak kalo kakak lupa" Jawab Loli santai sambil mengoleskan selai cokelat pada rotinya. Seperti biasa mama Dita menuangkan susu untuk sang putri.
"Maksud kakak adek punya gebetan ya di sekolah?" Nala masih penasaran ingin menggoda Adiknya.
"18 tahun aja belum kak, masa uda pacaran segala. Papa adek bareng ya berangkatnya. Pak Hadi lagi pulang kampung"
"Iya sayang" Papa Rudi menjawab seadanya karena sedang fokus dengan nasi goreng di hadapannya.
"Yeayy adek sayang papa"
Teriak Loli sebelum menggigit roti miliknya.
"Adek nggak sayang mama?"
Sang mama pura-pura cemberut
"Sayang dong ma" Ucap Loli sambil mengunyah.
Marcell tersenyum melihat keceriaan Loli. Yah khas anak remaja tentu saja.
"Sama kakak nggak?" Nala ikut menimpali.
"Kak Nala uda ada kak Marcell yang sayang. Nanti kelebihan beban kalo kebanyakan yang sayang" Jawab Loli cuek.
"Ih apaan jayus banget"
Ucap Nala kesal.
Ponsel milik Papa Rudi berdering, dengan segera pria paruh baya itu menerima panggilan sepertinya dari kantor.
"Adek, papa nggak bisa anterin. Papa buru-buru. Berangkatnya sama kak Nala aja ya"
"Mau nggak kak anterin Loli?"
Loli menatap penuh harap pada sang kakak.
"Kakak belum mandi dek, dianterin kak Marcell aja ya"
Loli menatap ke arah Marcell. Ada perasaan sungkan untuk meminta tolong pada calon suami kakaknya.
"Beb, tolong anterin Loli ya. Searah kan sama kantor kamu?"
"Adek naik taxi aja deh"
Putus Loli cepat.
"Sama kak Marcell aja dek, kita juga searah"
Marcell tersenyum lembut padanya membuat Loli akhirnya menganggukkan kepala.
🍁🍁🍁
Sepanjang perjalanan mereka membicarakan banyak hal tentang sekolah Loli, cita-cita gadis itu dan obrolan-obrolan khas anak remaja. Pembawaan Loli yang ceria membuat mereka tidak terlalu kaku meski ini pertama kalinya mereka berbicara banyak.
Marcell menghentikan mobilnya di depan sekolah Loli, Gadis itu membenahi pakaiannya kemudian membuka ponsel untuk memastikan rambut dan riasannya tidak berantakan. Setelah dirasa oke Loli berbalik menghadap Marcell.
"Makasih kak Marcell uda nganterin adek. adek sekolah ya"
Loli mengulurkan tangannya pada Marcell. Pria itu paham bahwa calon adik iparnya ingin salim.
Ia menerima uluran tangan Loli, gadis itu menunduk mencium tangan Marcell sementara pria itu mengusap rambut Loli.
"Semangat ya dek belajarnya"
Marcell menyemangati, ternyata menyenangkan memiliki adik. Dibesarkan sebagai anak tunggal Marcell tidak tau bagaimana rasanya memiliki seorang adik sebelumnya.
Loli tersenyum lebar dan mengangguk. Ia kemudian membuka pintu mobil dan menutupnya kembali, Marcell membuka kaca jendela dan melambaikan tangan pada Loli. Remaja imut itu membalas lambaian tangan Marcell dengan senyum cerianya kemudian berlari masuk ke sekolah nya.
Setelah Loli tak tampak lagi Marcell melajukan mobilnya ke arah kantor nya. Marcell tidak menyangka ternyata Loli sangat menyenangkan, terlebih gadis itu terlihat cerdas dengan wawasan yang cukup luas untuk ukuran remaja seumuran dia. Beberapa pemikirannya cukup mengagumkan.
🍁🍁🍁
"Beb, sahabat aku mau ngadain bachelor party. Gimana menurut kamu?"
Marcell mengusap rambut Nala gadis yang telah menemani nya selama 5 tahun ini. keduanya sedang bersantai di halaman belakang setelah sebelumnya membahas persiapan pernikahan bersama orang tua Nala.
"Asal nggak macam-macam aja sih nggak apa-apa Beb. Kalo uda menikah otomatis intensitas sama teman-teman pasti berkurang kan ya. Jadi nggak apa-apa kalo mau ngadain Bachelor party itung-itung perpisahan"
Marcell tampak berfikir. Ia merasa pesta itu tidak begitu penting, apalagi teman-teman Marcell otaknya rada gesrek. Marcell takut mereka akan melakukan hal konyol terhadap dirinya.
"Kamu tau sendiri kan beb, teman-teman aku kayak gimana. Jahilnya nggak ketulungan loh, ada-ada aja ide mereka buat ngerjain. Takutnya mereka ngelakuin yang aneh-aneh"
Ia ingat terakhir kali sebelum salah satu teman mereka menikah, calon pengantin laki-laki dikurung semalaman bersama wanita bayaran sehabis mereka berpesta.
Teman-temannya selalu berdalih bahwa malam bachelor party adalah malam kebebasan terakhir dari sang laki-laki. Setelah menikah mereka akan terpenjara dalam aturan-aturan sang istri.
"Yah tinggal kasih persyaratan lah beb, dan yang paling penting jangan pake alkohol dan jangan pake wanita"
"Emang kenapa nggak boleh?"
"Eh nyebelin dech. Awas aja kalo berani kayak gitu"
Tegas Nala dengan wajah penuh ancaman. Marcell terkekeh, Ia merangkul leher kekasihnya kemudian mengusap kepala Nala dengan gemas.
"Ih sayang, kusut kan rambut aku" Nala memperbaiki rambutnya yang acak-acakan dengan memanyunkan bibirnya.
"Tapi tetap cantik kok" Marcell meraih wajah Nala kemudian mendaratkan ciuman sekilas pada bibir Nala.
Loli yang tidak sengaja menyaksikan interaksi calon pengantin dari balkon kamarnya itu mengulum senyum malu-malu. Ia senang melihat keduanya yang tampak sangat bahagia.
"Semoga nanti dapat jodoh yang baik, bertanggung jawab, dan ganteng kayak kak Marcell" Bisik Loli sambil kembali ke kamarnya sebelum keberadaannya disadari oleh mereka.
"Ih Loli apaan dech, masa uda mikirin jodoh. Sekolah aja belum tamat ya ampun"
Loli menggetok kepalanya sendiri. Loli tak habis fikir kenapa tiba-tiba menjadikan Marcell sebagai tipe calon suami idealnya. Padahal sebelumnya tidak pernah terfikir kan di benak Loli.
Mungkin karena saat Marcell mengantar dirinya ke sekolah mereka terlibat obrolan yang cukup menyenang kan sehingga meninggalkan kesan positif di hati Loli.
Gadis itu segera kembali ke dunia nyatanya, yaitu tenggelam dalam buku dan pena di tangannya. Selama ini Loli hanya fokus belajar, Ia sama sekali tidak tertarik untuk terlibat dalam romansa seperti teman-teman nya yang sudah berpacaran. Ia merasa buang-buang waktu. Ia ingin memanfaatkan usia mudanya untuk melakukan banyak hal positif.
Tak heran jika Loli selalu meraih juara kelas. Saat di rumah Loli begitu manja karena orang tuanya yang memanjakan dirinya. Namun saat di sekolah ia berubah menjadi gadis mandiri dan tegas memegang prinsip.
Banyak siswa laki-laki yang mencoba mendekatinya. Namun ia sama sekali tak tertarik untuk menjalin hubungan percintaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sandisalbiah
suka dgn pribadi Loli.. manja di rumah tp mandiri di luaran.. keren..
2023-12-30
2
runma
telat baca aku
2023-01-28
0
susi 2020
😎😎😎😲
2023-01-22
0