"Hai, apa aku mengganggu?" Loli mengerutkan kening nya saat seseorang tiba-tiba duduk di hadapan nya. Ia meneliti wajah pria yang bisa dibilang tampan itu, ia merasa seperti pernah melihat pria ini.
"Kamu nggak ingat aku ya? aku Nathan, teman nya Marcell"
Seketika tubuh Loli memanas, amarah bercampur rasa malu memenuhi jiwanya. Pria ini ikut andil menghancurkan hidupnya dengan Marcell, mata sendu Loli menyalakan kebencian. Di sudut hati terdalam rasa malu ikut hadir, karena pria ini mengetahui bahwa ia gadis yang sudah tidak suci.
Loli segera berdiri, ia ingin segera pergi. Ia tak sanggup bertemu Nathan. Kalau saja Sania tak memaksanya untuk ke toko buku dan berakhir makan siang di kafe ini Loli lebih memilih untuk membenamkan diri di kamar nya. Ia tak siap jika kemungkinan seperti ini terjadi.
"Loli tunggu" Nathan berhasil meraih tangan Loli namun segera ditepis dengan kasar oleh gadis itu. Tatapan nya terhunus tajam.
"Bisa kita bicara?" ucap pria itu lembut.
"Kita tidak saling mengenal, jadi aku rasa tidak ada hal penting yang mengharuskan kita untuk bicara" Loli mengumpati Sania yang begitu lama di toilet hingga ia harus menghadapi pria brengsek ini.
"Aku tau aku sangat bersalah, tolong kasih kesempatan untuk ku bicara" Nathan menatap penuh permohonan.
"Jika hanya ingin membicarakan tentang penyesalan atau permohonan maaf maka lebih baik tak usah. Karena semua itu hanya omong kosong yang tak akan pernah mengubah apapun yang sudah terjadi. Harusnya kalian berfikir sebelum melakukan hal keji itu"
Loli bernafas lega kala melihat kedatangan Sania. Ia yakin Nathan tak akan memaksanya jika ada orang lain diantara mereka.
"Lama banget San"
"Toiletnya penuh, maaf ya" Sania tersenyum sok imut pada sahabatnya. Sesaat kemudian pandangan Sania beralih pada sosok Nathan.
Ia lalu menatap pada Loli, matanya bertanya tentang siapa pria itu.
"Kenalkan aku Nathan teman nya Marcell" Ucap Nathan mengulurkan tangan nya pada Sania Ia seolah paham bahwa gadis itu mempertanyakan keberadaan nya.
"Oh iya teman nya kak Marcell calon suaminya kak Nala?" Sania menerima uluran tangan Nathan. Pria itu mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Terus ini kenapa berdiri kayak mau berantem?"
"Aku buru-buru mau pulang San. Kamu temenin dia dulu ya" ucap Loli, ia segera meninggalkan Sania dan Nathan yang menatap bingung ke arahnya.
"Maaf aku harus kejar Loli, ada yang harus aku bicarain sama dia" Ucap Nathan yang segera berlalu setelah mendapatkan anggukan dari Sania.
Nathan berusaha mengejar Loli dengan langkah lebar nya.
"Loli aku mohon kasih aku kesempatan bicara"
"Mau bicara apa? ingin memuaskan perasaan kalian dengan meminta maaf padaku agar tak merasa bersalah lagi? mau mengatakan bahwa kalian kesulitan tidur karena rasa bersalah yang terasa mencekik? kalian egois. Kalian bisa lega dan tenang setelah aku memaafkan kalian, sementara aku? tak ada yang berubah. Aku tetap saja cacat" Mata berkaca-kaca Loli serta ucapan tegas nya menikam hati Nathan berkali-kali.
"Aku bersedia bertanggung jawab" Loli membelalakkan matanya, ia melihat sekeliling pria ini masih saja nekat mengajaknya bicara meski dalam keadaan ramai begini.
Loli mempercepat langkahnya dan Nathan masih mengikutinya.
"Izinkan aku bertanggung jawab padamu" ucap Nathan setelah Loli menghentikan langkahnya di parkiran yang tampak sepi.
"Apa maksudmu?"
"Aku akan menikahi mu" tegas Nathan tanpa keraguan. Loli mendecih sinis
"Apa menurutmu aku sudah cukup umur untuk menikah?" Nathan terdiam, ia tak tau harus bicara apa.
"Aku tak habis fikir ada orang sejahat kalian. Kalian mengaku sahabat tapi menjebak dan menghancurkan hidup kak Marcell, bahkan mengorbankan aku yang tak tau apa-apa" suara Loli bergetar namun ia menahan diri agar tak menangis Ia tak mau terlihat lemah dan menyedihkan di depan Nathan.
"Maaf, kami tak menyangka semua ini akan terjadi. Ini di luar dugaan, kami kira malam itu yang datang adalah wanita bayaran"
"Kalaupun bukan aku, tetap saja ulah kalian akan menghancurkan kak Marcell. Kalian memaksanya mengkhianati kak Nala. Jika yang ditiduri kak Marcell adalah wanita panggilan yang menderita penyakit kalian tetap akan menghancurkan kak Marcell dan kak Nala. Aku tidak pernah mengerti otak kalian terbuat dari apa hingga bisa melakukan hal bejat itu" rasanya sudah cukup, dada Loli kembali terasa sesak.
"Apa kau merasa bersalah dan berharap pengampunan dari ku? jika iya maka akan aku penuhi permintaan mu. Aku mengampuni mu dan teman-teman mu itu. Jadi jangan pernah lagi menampakkan wajah kalian di hadapan ku. Tolong berbaik hatilah padaku dengan tidak mengganggu hidupku lagi, karena ketika melihat kalian aku merasa seperti sedang di kubur hidup-hidup"
Nathan terperangah pada setiap kata yang terucap dari bibir Loli, tegas namun sarat akan luka. Sikap Loli semakin mencabik hatinya meski kata maaf telah terucap dari bibir gadis itu.
"Apa kata-kata ku bisa dimengerti?" Nathan mengangguk, wajahnya memerah menahan berjuta perasaan yang mengerubungi hatinya.
Loli menghela nafas dan membuangnya dengan kasar. Gadis itu berharap teman Marcell yang lain nya tidak berusaha menemui nya seperti pria di hadapan nya ini.
"Baiklah aku rasa semuanya cukup."
Loli berlalu dari hadapan Nathan yang masih terpaku. Pria itu tak pernah merasa sehancur ini dalam hidupnya. Ini kali pertama ia sangat merasa bersalah.
🍁🍁🍁
Marcell memandangi Loli yang terlihat muram, tubuh mungilnya tengah meringkuk di ayunan rotan yang terletak di teras belakang. Terlihat begitu rapuh dan menyedihkan. Sekilas Loli tampak sedang menatap pada kolam ikan, namun Marcell tau tatapan Loli begitu hampa.
"Kamu juga merasakan nya kan sayang? Loli terlihat berbeda akhir-akhir ini" Nala yang baru datang meletakkan kopi susu panas untuk Marcell di atas meja. Sepasang kekasih itu memilih untuk melewatkan malam minggu di rumah Nala dengan memandangi langit malam di teras belakang rumah nya. Mereka duduk tak jauh dari tempat Loli. Namun saking asik dengan lamunan nya Loli tak menyadari keberadaan Marcell dan Nala.
"Aku dan mama jadi khawatir, dia sering melamun. Dia juga nggak cerewet kayak biasanya. Sering nggak fokus, lebih suka menyendiri. Pokoknya aneh" Lanjut Nala yang semakin membuat Marcell gelisah.
"Mungkin memikirkan masa depan nya" Lirih Marcell.
"Papa juga bilang gitu, mungkin karena dia lagi fokus mempersiapkan diri buat ujian akhir sama ujian masuk universitas. Eh iya Loli juga tiba-tiba minta kuliah di luar kota. Padahal dia tu paling nggak bisa lama-lama jauh dari mama" Jantung Marcell berdetak lebih keras saat mendengar niat Loli yang ingin meninggalkan kota ini.
"ke mana?"
"Nggak tau, malah awalnya dia minta kuliah ke luar negeri. Tapi mama nggak kasih izin"
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Miyagi Mitsui
kesian Loli
2025-03-06
0
Andrea Ann
Loli uda mkn pil kb atau belum ya.. Biar ingga hamil loh
2024-10-27
0
Sandisalbiah
Loli menderita sendiri.. krn masalah yg dia hadapi gak mungkin bisa di ceritakan ke org lain termasuk itu mapa atau Nala...
2023-12-30
2