"Ayo San kita duduk di sana" ucap Loli setelah berhasil menguasai dirinya. Meski keinginan nya begitu kuat untuk menatap ke arah Marcell lagi namun Loli berusaha menekan keinginan nya tersebut.
"Kenapa harus ke sana? di sini aja. Kakak traktir sebagai ucapan selamat karena berhasil menjawab soal dengan baik" Ucap Marcell yang diangguki oleh Nala.
"Hasilnya belum keluar jadi belum bisa dibilang berhasil. Nggak enak ganggu, kami duduk di sana aja" tolak Loli sambil menunjuk tempat duduk kosong yang posisinya cukup jauh dari tempat Marcell dan Nala saat ini.
"Dek nggak boleh nolak rezeki. Walaupun belum tau hasilnya yang penting kalian uda ngelewatin tes nya. Kasihan tu Sania uda happy banget denger mau ditraktir. Sania pasti kecewa kalo kamu tolak" Ucap Nala.
"Sania anak orang kaya kak, uang nya banyak nggak butuh lah dia ditraktir"
"Ih kata siapa? kak Nala bener aku tu paling suka ditraktir". Sania memaksa Loli untuk duduk, dan sial nya posisi Loli berhadapan dengan Marcell.
"San kok gitu sih" Loli mengerucutkan bibirnya, ia menatap kesal pada Sania yang tampak cuek.
"Kapan lagi dapat traktiran Lilo, nggak boleh nyia-nyiain kesempatan" balas Sania. Marcell terkekeh menyaksikan perdebatan Loli dan Sania. Entah mengapa beban beratnya sedikit terangkat melihat wajah lucu Loli saat merajuk pada Sania.
"Jadi kalian mau pesan apa?" Tanya Marcell menengahi sebelum Loli kembali melayangkan protes. Marcell menunjukkan buku menu yang ada di meja.
"Aku mau spaghetti carbonara. Minum nya lime citrus soda" ucap Sania. Mata Loli membulat, mendengar spaghetti carbonara ia tiba-tiba merasa mual. Membayangkan lelehan keju bercampur saus telur membuat perut Loli bergejolak.
"Pesan yang lain aja San. Jijik banget ih" Bahkan wajah Loli sampai pias menahan gejolak di perutnya.
"Sama kayak kamu beb, Loli emang nggak suka keju" Nala terkekeh melihat ekspresi jijik adiknya.
"Oh Loli juga nggak suka keju?" Tanya Marcell pada Loli yang masih berusaha menghilangkan bayangan lelehan keju di otaknya.
"Ya nggak segitu nya juga kali Lilo" cebik Sania melihat respon Loli yang ia rasa sangat berlebihan. Loli memang tidak suka keju, tapi bukan berarti ia jijik bahkan ingin muntah hanya melihat nya. Entah kenapa lagi-lagi respon tubuhnya begitu aneh.
"Udah ih buruan mau pesan apa?" Ucap Sania karena Loli masih belum memesan makanan nya.
"Nggak tau bingung" Loli merasa lapar tapi tidak ada makanan yang ia inginkan saat inj.
"Sayang aku duluan yah, kamu urusin dulu dua bocah ini." Ucap Nala setelah melirik jam tangan nya. Ini sudah waktunya ia kembali bekerja. Ia tampak cuek pada ekspresi tak terima dua gadis remaja di hadapan nya karena disebut bocah.
"Iya sayang, hati-hati" Marcell mencium kening Nala sebelum gadis itu beranjak dari tempat duduk nya.
Loli menundukkan pandangan nya agar tak menyaksikan kemesraan Nala. Loli tau ia tak berhak untuk marah namun ia tak bisa mencegah hatinya yang merasa tiba-tiba kecewa.
"Kak Marcell nggak nganterin kak Nala?"
"Enggak, tadi emang janjian ketemuan di sini. Kamu tau sendiri kak Nala lagi sibuk banget sekarang dek" Marcell senang Loli mulai mengajaknya bicara.
"Kakak nggak balik ke kantor? jam makan siang kan uda selesai. Kalo emang kakak mau traktir tinggalin aja uang nya. Kakak pergi aja" Meski hatinya menginginkan keberadaan Marcell di dekatnya namun Loli merasa bingung dan cenderung takut dengan keinginan hati nya. Karena itu Loli berusaha menepis nya dan meyakinkan diri bahwa ia akan merasa lebih baik jika Marcell pergi saja.
"Lagi nggak banyak kerjaan di kantor. Kakak pengen sekali-sekali ngerasain momong bocah" Ucap Marcell asal.
"Ya ampun uda mau kuliah masih dianggap bocah" Mulut Sania menganga takjub akan ucapan Marcell. Pria itu tertawa apalagi saat melihat wajah kesal Loli yang menggemaskan.
"Udah buruan pesan makanan nya dek, mau pesan apa?" Tanya Marcell pada Loli yang masih belum memesan apapun. Padahal Sania sudah kesal menunggu.
"Iya nih Lilo buruan, aku lapar"
"Aku nggak pesan deh San, beneran lagi nggak pengen makan" ucap Loli sedikit putus asa. Badan nya mulai meriang, ia tau tubuhnya butuh asupan namun tak ada makanan yang ia inginkan berhasil melintas di otaknya.
"Tadi di rumah kamu juga nggak sarapan kan dek? bekal yang mama Dita kasih dimakan nggak?" Loli menggeleng. Namun kemudian ia menyesal dan bertanya-tanya kenapa ia harus jujur sekali pada Marcell.
"Tuh kan belum makan, nanti sakit loh" ucap Marcell khawatir.
"Pesan jus alpukat aja kalo gitu" putus Loli. Sania menghela nafas lega, akhirnya ia bisa menuntaskan hasrat makan nya yang sudah menggebu. Ia dengan semangat memanggil pelayan dan memesan makanan mereka.
"Dek nggak kenyang cuma makan jus alpukat doang" protes Marcell, Tapi Loli hanya diam tak menimpali.
"Mbak Dimsum udang juga satu porsi" Ucap Marcell. Ia fikir makanan itu tak terlalu berat, semoga Loli tidak menolak nya nanti.
Loli memalingkan wajahnya saat pesanan Sania datang.
"San aku pindah tempat duduk ya, nggak sanggup banget nahan mual. Dari pada aku muntah"
Loli berpindah tempat duduk berjarak 3 meja dari tempat Sania. Ia membawa serta jus alpukat miliknya.
"Aku nemenin Loli, kamu nggak apa-apa ditinggal sendirian?"
"Iya nggak apa-apa" jawab Sania yang masih terperangah pada tingkah Loli. Awalnya Sania mengira Loli hanya bercanda ternyata gadis itu benar-benar tak suka. Sania mencebik sedih, ia memaksa Loli untuk makan siang karena tak ingin makan sendirian. Tapi pada akhirnya ia tetap saja harus menikmati makan nya sendiri.
"Ini kenapa nggak dibawa juga" Ucap Marcell sambil meletakkan dimsum yang ia pesan di hadapan Loli.
"Loh ini kan punya kakak"
"Kakak uda makan, kakak sengaja pesenin buat kamu biar kenyang" Ucap Marcell sambil menatap wajah Loli yang sedikit pucat.
"Kakak temenin Sania gih, kasihan dia sendirian" Loli merasa tak enak hati duduk berduaan dengan Marcell. Mengingat apa yang pernah terjadi diantara mereka membuat Loli merasa menjadi selingkuhan pria itu.
Marcell tak beranjak dari tempat duduk nya, masih menatap pada Loli yang terlihat enggan menyeruput jus alpukat nya.
Marcell meraih sumpit dan mengambil dimsum lalu di arahkan ke mulut Loli karena gadis itu tak juga menyentuh makanan nya. Tinggal menelan jus alpukat saja ia terlihat malas.
"Makan dek"
"Nggak, buat kakak aja"
"Nggak boleh nolak, kalo kamu nggak makan nanti kakak cerita sama Nala apa yang udah terjadi antara kita" Loli menatap tajam pada Marcell.
"Kenapa jadi ngancam?"
"Kamu keras kepala, wajah kamu uda pucat banget Loli. Kamu harus makan" Ucap Marcell lembut.
Dengan kesal Loli membuka mulutnya dan menerima suapan dari Marcell.
"Siniin, aku bisa makan sendiri" ucap Loli sambil mengunyah makanan nya.
"Nggak biar kakak suapin sampai habis. Jangan membantah" Marcell tak peduli pada tatapan protes Loli padanya. Pria itu hanya mengikuti kata hatinya untuk memaksa Loli mengisi perutnya seolah sesuatu yang buruk akan menimpa gadis itu jika ia tak memaksanya untuk makan.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jd penasaran kedepannya mereka bakal kek mana.. apa lagi saat kehamilan Loli terungkap... bakal kacau semuanya.. terutama Loli.. semoga para org dewasa dan org tua tak menyalahkan dan memikirkan Loli..
2023-12-30
3
Darsih suranto
paling enak mkn disuapin sama orang yg kita sayang
2022-06-04
1
Doni Don
sepertinya,loli hamil?benar gak?
2022-05-21
0