"Kamu dari mana aja dek? di telfonin nggak diangkat Marcell juga sama" Cecar Nala yang sejak tadi malam begitu mengkhawatirkan adik dan kekasihnya yang tak bisa dihubungi.
Nala sudah menghubungi teman-teman Marcell namun mereka bilang pria itu sudah pulang.
"Adek menginap di rumah teman kak. Semalam ponsel adek mati jadi nggak bisa menghubungi kak Marcell makanya adek nginap di rumah nya Sonia" Loli sebisa mungkin menata hatinya agar kehancuran hatinya tak nampak di mata Nala kakak nya.
"Kan bisa dicas di rumah Sonia dek ponselnya abis itu bisa telfon kakak biar kakak nggak khawatir"
"Iya maaf kak, semalam terlalu lelah jadi adek sama Sonia langsung tidur. Adek ke kamar dulu ya?" Loli beranjak menuju kamar nya setelah Nala mengangguk. Perasaan Loli belum stabil, ia belum bisa terlalu lama berinteraksi dengan orang lain. Jiwanya sedang tidak baik-baik saja.
Untung saja rasa panik yang melanda Nala membuatnya tak terllau fokus melihat wajah sendu Loli dengan mata yang membengkak hingga Loli tak perlu menghadapi pertanyaan Nala.
Tadi Marcell tetap memaksa untuk mengantar gadis itu pulang meski Loli sudah menolak dan ingin naik taxi saja. Namun Marcell langsung pulang atas permintaan Loli sehabis mengantarnya agar Nala tak curiga.
Setiba di kamar Loli mengunci pintunya. Tubuhnya merosot di lantai, tangis nya kembali pecah. Ia masih terguncang atas apa yang menimpanya. Rasanya ia ingin berteriak sekuat tenaga untuk mengurai sesak yang memenuhi dadanya.
Diusia yang belum genap 18 tahun ia sudah harus kehilangan mahkota berharga miliknya, terlebih orang yang telah merenggut kesucian nya adalah calon suami dari kakak nya. Loli tak tau bagaimana ia harus menjalani hidupnya setelah ini.
Setelah puas menumpahkan kesahnya lewat tangisan dengan langkah tertatih Loli berjalan menuju ranjang nya. Masih tersisah nyeri di bagian inti tubuh nya, mengingat Marcell tidak hanya satu kali menggagahinya.
Ia ingin membenci Marcell tapi ini bukan sepenuhnya salah pria itu. Lagipula dengan membenci tak akan mengembalikan apapun yang sudah terenggut darinya. Tapi mengingat Marcell akan menikahi Nala dan menjadi kakak iparnya otomatis ia akan sering bertemu pria itu jika mereka sudah tinggal di bawah atap yang sama. Sanggupkah?
Rasanya begitu berat. Masa depan nya terasa gelap. Harusnya ia bisa menolak keinginan Nala yang memintanya pergi bersama Marcell. Jika saja ia sedikit keras kepala mungkin dunianya tak akan runtuh begini.
'Kenapa harus kak Marcell?' Jika saja bukan pria itu, Loli hanya akan hancur sendirian. Nala dan kedua orang tuanya tak akan ikut dalam penderitaan yang ia rasakan.
🍁🍁🍁
"Kamu tu bikin aku khawatir beb semalaman nggak bisa dihubungi" Nala mengerucutkan bibirnya merasa begitu kesal pada Marcell.
"Iya maaf, semalam uda capek banget jadi langsung ketiduran" Ucap Marcell.
"Alasan kamu tu sama banget kaya Loli. Secapek apa sih sampai ketiduran"
"Oh iya Loli pulang sama siapa tadi malam?" Marcell terpaksa harus berpura-pura agar Nala tak curiga Ia melakukan ini semata-mata demi menuruti keinginan Loli yang tak menginginkan keluarga nya tau tentang apa yang menimpa mereka tadi malam.
"Dia menginap di rumah teman nya, ponselnya mati makanya nggak bisa menghubungi kamu. Kamu sendiri nggak coba cari Loli?"
"Aku uda cari tapi pestanya uda bubar. Karena cari Loli ke mana-mana nggak ketemu makanya langsung pulang"
Marcell melirik ke lantai atas, berharap Loli akan turun. Ia masih merasa sangat khawatir akan kondisi gadis kecil itu.
"Loli marah nggak kira-kira sama aku?"
"Nggak dia nggak gampang marah kok orang nya. Dia itu adik aku yang sangat manis makanya aku sayang banget sama dia" ucap Nala sambil terkekeh. Sudut hati Marcell merasa tercubit. Sekarang kondisinya sangat berbeda, mungkin Loli sangat membenci dirinya tak sekedar marah.
"Oh iya, Loli dari tadi cuma di kamar. Belum makan tuh dia" ucap Nala saat mengingat sesuatu.
"Suruh makan dulu beb. Ini udah siang banget" Marcell merasa begitu khawatir namun sebisa mungkin ia bersikap tak berlebihan. Tadi pagi meski Ia sudah menawari namun Loli menolak untuk sarapan.
"Bentar ya beb aku panggil dia dulu, ngapain coba di kamar sampai lupa makan" Gerutu Nala sambil beranjak. Ia berjalan menuju kamar Loli di lantai dua.
"Dek kamu belum makan loh, makan dulu yuk uda siang nih" Nala mengetuk pintu beberapa kali namun sang adik tak menimpali.
"Adek, kamu ngapain? tidur ya? makan siang dulu dek nanti sakit. Kaka lagi yang dimarahin mama, dikira kak Nala nggak kasih adek makan" ucap Nala masih terus mengetuk pintu sampai terdengar langkah kecil lalu handle pintu yang dibuka.
"Kamu nangis?" Nala begitu kaget melihat wajah memerah Loli dan matanya yang membengkak. Rambut gadis itu pun terlihat kusut.
"Nggak, adek tidur siapa yang nangis" Loli berpura-pura menguap dan sedikit memicingkan matanya agar semakin terlihat bahwa ia begitu mengantuk.
"Mata kamu merah dan bengkak dek, kamu jangan bohongin kakak"
"Loli tidurnya terlalu nyenyak ditambah semalam begadang makanya bengkak gini." Loli kembali menguap.
"Ya udah, sekarang makan siang dulu." Loli pasrah saat Nala menarik tangan nya, meski jujur jika diminta memilih Loli akan lebih memilih mati ketimbang makan. Yah sehancur itulah perasaan nya kini.
Loli sejenak terpaku saat mendapati keberadaan Marcell yang menatap sendu padanya. Tubuhnya terasa gemetar, ia tak ingin melihat wajah ini sekarang tapi sudah terlanjur ia tak mau Nala curiga jika ia memutuskan untuk kembali ke kamar tanpa makan terlebih dahulu.
Adakah yang lebih menyakitkan selain berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja dalam kehancuran hatimu?
Harus menjaga perasaan orang lain sementara hati sendiri lebih butuh ditenangkan? Loli tak menyangka hidup bahagianya selama 17 tahun harus lenyap dalam semalam.
"Baru bangun tidur dek?" Sapa Marcell dengan senyum yang dipaksakan. Sebenarnya ia telah kehilangan muka di depan calon adik ipar nya itu.
"I-iya kak" jawab Loli tanpa menatap wajah pria itu
"Maaf untuk tadi malam ya dek?" Wajah Loli memucat kala Marcell membahas itu di depan Nala kakak nya.
"Maaf karena nggak anterin adek pulang." Lanjut Marcell saat melihat ekspresi panik gadis itu.
"Iya nggak apa-apa, Loli permisi mau makan dulu kak" Ia segera menuju meja makan meski naf* su makan nya yang memang tak ada semakin hilang saat bertemu Marcell lagi.
"Kamu ngerasa nggak kok Loli agak aneh ya beb" ucap Nala yang membuat Marcell sedikit kelabakan.
"Aneh gimana?"
"Kamu lihat kan wajahnya kelihatan abis nangis. Matanya bengkak gitu, tapi dia bilang karena tidurnya terlalu nyenyak. jawab pertanyaan kamu juga kesan nya dingin banget nggak kayak biasanya yang selalu ceria.
"Aku nggak ngerasa beb." Meski tanpa Nala jelaskan ia sudah mengerti bahwa banyak yang berubah pada sikap gadis itu dan itu terasa menusuk hatinya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sandisalbiah
nyesek banget dgn posisi Loli.. terpaksa berduka biasa padahal batin lagi tersiksa.. memendam kesedihan dan rasa sakit sekaligus dan itu sendiri krn masalahnya bener² gak bisa dibagi...
2023-12-30
2
RR.Novia
Nangis 🥺 hancur sendirian juga sakit dek
2023-08-30
1
Puspa Rumaisha
kasian juga nala,sehancur apa perasaanya saat dia mengetahui kebenaranya nanti? 😭😭😭
2022-10-02
0