Marcell memandangi wajah Nala yang tengah fokus pada ponselnya. Gadis itu menyempatkan diri untuk makan siang bersama Marcell meski ia sedang begitu sibuk.
Marcell tiba-tiba merasa sangat iba pada Nala, apa yang ia lakukan pasti sangat menyakiti gadis itu. Apalagi semenjak kejadian itu ia seringkali tidak fokus pada Nala, ia terlalu disibukkan oleh rasa bersalahnya pada Loli. Untung saja Nala sedang sibuk dengan proyeknya sehingga gadis itu tak menyadari perubahan nya.
"Beb, kesalahan apa yang kalo aku lakuin nggak akan pernah bisa kamu maaf kan?" Nala mengernyitkan keningnya mendapatkan pertanyaan tiba-tiba dari Marcell.
"Pengkhianatan" Jawab Nala kemudian tanpa keraguan.
"Kalo aku mengkhianati kamu apa yang akan kamu lakukan?"
"Tentu saja aku akan membunuh kamu dan selingkuhan kamu" ucap Nala sambil tertawa.
"Aku serius beb"
"Yah mengakhiri hubungan kita lah, aku nggak mau hidup sama pengkhianat. Kamu kenapa nanya gitu? jangan-jangan kamu uda mengkhianati aku ya?" Tanya Nala curiga.
"Menurut kamu?" Marcell tersenyum tipis, ia berusaha terlihat santai agar Nala tak semakin curiga.
"Sejauh ini kamu baik dan setia sama aku. Kayaknya sih enggak mungkin. Tapi mungkin aja sih di belakang aku kamu main sama wanita lain. Nggak tau lah terserah kamu aja tapi yang pasti aku uda percaya penuh sama kamu. Semoga kami nggak akan setega itu melukai kepercayaan aku" Nala menatap dalam pada Marcell. Pria itu tersenyum meski jantungnya berdetak dengan kencang, hatinya bagaikan ditusuk benda tajam mendengar penuturan kekasihnya.
"Beb, percayalah kalaupun suatu saat aku melakukan kesalahan itu diluar kendali aku. Aku nggak pernah berniat untuk nyakitin kamu" Marcell mengusap pipi Nala, menatap wajah teduh gadis itu selalu menyenangkan untuknya. Sikap dewasa dan pengertian Nala memberikan kenyamanan di hati Marcell hingga pria itu tak bisa memalingkan perasaan nya pada gadis lain.
Namun keadaan begitu kejam, di saat mereka akan segera menuju jenjang yang lebih serius kemalangan malah menimpa Marcell hingga impian indah bersama Nala terancam sirna.
"Iya aku percaya, kamu bukan pria jahat yang akan dengan sengaja menyakiti orang yang sangat mencintainya. Aku benar-benar beruntung memiliki kamu sayang" Bisik Nala sambil meletakkan kepalanya di pundak Marcell. Ucapan manis Nala bagaikan air garam yang menyirami luka Marcell yang masih basah.
Marcell merasakan kepedihan mendalam, nyatanya Nala tak seberuntung itu. Pria yang Nala anggap baik ini adalah penjahat yang sebenar nya, yang telah menghancurkan masa depan dan harapan Loli adiknya sendiri. Entah akan seperti apa sakit yang Nala derita andai ia tau kenyataan yang tengah Marcell simpan rapat-rapat.
Tatapan sendu Loli tiba-tiba melintas di benaknya, tangisan pilu gadis itu terngiang menambah dalam luka hati Marcell. Pria itu ingin sekali berteriak karena tak kuat menahan tekanan yang ia rasakan.
Hati Marcell terenyuh membayangkan kondisi Loli yang begitu rapuh. Sampai detik ini ia sudah tak pernah lagi berhubungan dengan keempat sahabat nya, ah tidak mereka bukan lah sahabat. Sahabat macam apa yang tega menjerumuskan dan menghancurkan sahabatnya tanpa sisah.
Nathan dan ke tiga teman nya yang lain masih terus berupaya untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan pertemanan mereka, namun Marcell masih menutup diri karena rasa sakit masih begitu terasa.
🍁🍁🍁
"Kita main dulu ya Loli, masa langsung pulang" Bujuk Sania, mereka baru saja keluar dari ruang ujian.
"Aku capek banget San, lain kali ajalah" Tolak Loli. Tubuhnya terasa lemas karena memang ia tak sempat memakan bekal yang diberikan mama Dita karena ia sama sekali tak berna* fsu menikmati sarapan nya.
"Kita kan bentar lagi mau pisah Lo, kamu sih pakai acara milih universitas di luar kota segala. Jadi pisah deh" cebik Sania.
"Besok aja yah kalo mau jalan, hari beneran aku nggak enak badan" Loli merindukan kasur dan bantalnya saat ini.
"Besok aku pergi liburan, ayolah makan siang bentar oke? cuma makan deh janji" Karena Sania terus memaksa mau tidak mau Loli menganggukkan kepalanya.
"Gitu dong, itu baru sahabat nya aku" Loli tak menimpali Sania, ia benar-benar malas bahkan hanya untuk mengeluarkan suara.
"Kamu kenapa tiba-tiba mau kuliah di luar kota sih Lo? kan enakan di sini" Ucap Sania, Loli memejamkan matanya dengan tubuh bersandar pada kursi mobil.
"Jangan ajak aku ngomong dulu ya San. Aku lagi malas banget. Please ngertiin aku ya" Lirih Loli tanpa membuka matanya, kepalanya terasa pusing. Sania mengunci bibirnya agar tak kembali berbicara meski rasa penasaran akan sikap Loli begitu mengganjal di hatinya.
Ia kembali fokus memacu mobilnya membelah jalanan.
"Kita uda sampe Lilo" Sania tau Loli begitu kesal jika namanya ia plesetkan, namun kali ini Loli hanya diam dan tak memprotes sedikitpun. Ini semakin menegaskan bahwa Loli sedang tidak baik-baik saja.
Loli mengekori Sania sambil menundukkan pandangan nya.
"Kamu kok kayak bodyguard aku jalan di belakang" protes Sania. Gadis itu menghentikan langkahnya hingga Loli menabrak tubuh sahabatnya itu.
"San bisa nggak sih jangan ngerem tiba-tiba" keluh Loli sambil mengusap keningnya yang terasa sakit.
"Iya deh sorry" Sania terkikik, Ia meraih tangan Loli agar berjalan di sampingnya.
Saat baru memasuki restoran Sania menoleh pada Loli.
"Eh Lilo itu kak Nala sama kak Marcell, duh baper. Mesra banget mereka" ucap Sania sambil menunjuk ke arah di mana ada Nala dan Marcell di sana.
Loli menatap dengan termangu ke arah sepasang kekasih yang terlihat mesra dengan Nala yang meletakkan kepalanya di pundak Marcell. Pria itu tampak melingkarkan tangan nya di pinggang Nala.
"Kita samperin mereka?" usul Sania yang langsung ditolak oleh Loli.
"Nggak usah, nggak boleh ganggu orang yang lagi pacaran" Lirih Loli, ada perasaan sedih tanpa sebab yang tak Loli mengerti saat melihat pemandangan di hadapan nya. Ia ingin meninggalkan tempat itu namun ia tak mau Sania curiga.
"Yah kita cari tempat duduk lain tapi sapa dulu lah mereka nanti ketauan kalo kita ada di sini kan nggak enak uda nyuekin mereka" Loli ingin menolak tapi Sania sudah terlanjur menariknya ke arah Nala dan Marcell. Loli sangat ingin mengumpati Sania yang sok santun dengan menyapa kakak nya segala.
"Dek, udah selesai ujian nya?" Tanya Nala saat melihat Loli dan Sania yang mendekat ke arahnya. Marcell yang sedang memainkan ponsel sontak mengangkat kepalanya saat mendengar Nala menyapa seseorang. Tatapan nya bertemu dengan tatapan sendu Loli padanya. Lagi-lagi Marcell dibuat heran pada gadis itu, jika biasanya Loli selalu membuang muka maka sejak tadi pagi Loli selalu memandang ke arah nya.
"Udah kak" Sania yang menjawab.
"Gimana gampang nggak? bisa dikerjain semua?" tanya Nala lagi.
"Bisa, kita optimis bisa nembus kampus yang kita mau makanya sekarang aku sama Loli mau merayakan nya" lagi-lagi Sania yang menjawab. Sementara Loli masih setia memandangi wajah Marcell seolah tengah merekam tiap lekuk wajah pria itu ke dalam ingatan nya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Hadeh.. si dedek bener² pengen deketan ama ayahnya nih.. bisa gaswat..
2023-12-30
1
Darsih suranto
ngidamnya sederhana,cma pengen Deket trs sama bapak si anak.anaknya pengen ortunya selalu deketan
2022-06-04
1
Mus Zuliaka
fix ini si loli tekdung,, siap2 bntar lg huru hara
2022-05-28
0