BAB 9 PERAN ISTRI

Pandangannya lurus ke depan. Menjangkau sebuah tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. Bukan karna dia tidak punya waktu atau pun malas untuk datang. Tapi karna dia takut, takut jika dia tidak mau pulang. Rasanya berada di tempat ini adalah yang paling nyaman, walaupun bagi sebagian orang tempat ini menyeramkan.

"Nona Sania?" Seorang pria tua yang wajahnya keriput, tersenyum sambil menyebut namanya. Sudah lama mereka tidak berjumpa. Tapi pria tua itu masih saja mengenalinya.

"Pak Raju, bagaimana kabar Bapak?" Sania begitu sumringah bisa melihat Pak Raju si penjaga makam.

"Baik, Nona. Nona Sania baru kelihatan. Sepertinya sudah lama tidak ke sini?" tanyanya.

"Iya, Pak. Bapak tahu sendiri kalau saya sudah di sini pasti tidak mau pulang." Pak Raju adalah satu-satunya orang yang selalu membujuknya untuk segera pulang. Dulu saat Sania sudah berjam-jam bahkan hampir saja satu hari di makam. Sania terus menangis dan bahkan tertidur. Pak Raju lah yang membawakan makanan dan minuman. Kalau bisa pun Sania lebih memilih tinggal di sini daripada di rumah Paman dan Bibinya yang seperti neraka.

"Itu dulu. Saya kira sekarang Nona Sania sudah jauh lebih dewasa." Sania mengangguk dan berpamitan untuk menuju makam Ayah dan Ibunya.

Setelah mendapat ijin dari Ayah mertua, dia langsung ke sini. Dia tidak punya banyak waktu, karna dia harus segera pulang. Mengurus suaminya, yang kini menjadi tanggung jawabnya.

"Pagi, ayah, ibu. Maafkan Sania yang sudah lama tidak mengunjungi ayah dan ibu. Tapi Sania selalu berdoa agar ayah dan ibu bahagia di surga. Kalian pasti sudah tahu, Sania sekarang sudah menikah. Iya, menikah. Mungkin ini menjadi jalan satu-satunya agar Sania bisa keluar dari rumah paman Raul dan bibi Lotus. Maafkan Sania, mungkin jika ayah dan ibu masih ada, kalian tidak akan merestui Sania menikah. Tapi percaya lah, Sania bisa mencapai kebahagiaan Sania sendiri. Ayah mertua dan ibu mertua Sania, mereka kelihatannya orang baik. Mereka memperlakukan Sania dengan baik seperti ayah dan ibu." Tak terasa air mata Sania mengalir dengan deras. Sudah bertahun-tahun Sania hidup sebatang kara. Tak mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Tapi Sania tetap mensyukuri apa yang sudah ditakdirkan untuknya.

"Nona, Anda harus segera pulang." Pak Sopir tiba-tiba mendatanginya saat Sania sedang menangis haru. Dia langsung berdiri sambil mengangguk. Sania memang tidak bisa lama-lama keluar rumah, apalagi setelah mendapat amanat dari Tuan Math.

"Sania, menantu pertamaku. Saya berharap banyak denganmu. Semoga saja pilihanku untuk menikahkan mu dengan putraku Son, adalah pilihan yang tepat. Jadi lah istri yang selalu ada untuk putraku, jadi lah istri yang selalu sabar dan jadi lah istri yang pengertian. Buatlah anakku Son, menjadi pribadi seperti dulu lagi. Saya tahu hatinya tidak mati, hatinya hanya beku. Saya harap kamu bisa mencairkannya kembali. Juga kembalikan keceriaan dia yang dulu." Kata-kata Tuan Math yang diucapkannya tadi pagi.

"Nona, Anda darimana saja? Tuan Son belum makan pagi juga belum minum obat. Tuan Math telah melarang saya untuk menyiapkan segalanya untuk tuan Son. Katanya ini sudah menjadi tugas Nona Sania." Bi Mar begitu khawatir. Walaupun dia sendiri terkadang tidak bisa menjamin Son akan makan, tapi setidaknya Son akan minum obat tepat waktu.

"Maafkan saya, Bi." Sania langsung bergegas menyiapkan makanan dan juga obat yang harus diminum suaminya. Sebenarnya Son tidak lah sakit, dia hanya diberi obat penenang agar emosinya terkontrol juga berupa vitamin.

Perlahan Sania membuka pintu kamarnya. Son saat ini sedang duduk di kursi roda. Matanya terpejam dengan kursi roda menghadap ke jendela. Angin berhembus dengan pelan menerpa rambutnya bagian depan.

"Tampan sekali," batinnya. Dia berhenti tepat di samping suaminya. Son yang menyadari ada seseorang yang mendekat pun membuka matanya.

"Siapa?" Suara Son begitu menggelegar.

"Aku Sania, istrimu," jawab Sania.

"Pergi!" Begitu mendengar nama itu, Son langsung berubah raut wajahnya. Dia tampak tidak suka. Pernikahan macam apa ini. Tidak ada cinta di antara mereka. Son juga tidak tahu sosok wanita yang ada di hadapannya saat ini.

"Kau belum makan juga belum minum obat. Setidaknya sebelum aku pergi, kau harus makan beberapa suap." Sania berusaha menyuapinya, ia tempelkan sendok ke mulutnya yang tertutup.

Son ingin menangkis sendok yang disodorkan oleh Sania, tapi ternyata wanita itu sudah lebih dulu berjaga-jaga. "Jangan membuang-buang makanan. Kau ini tidak tahu berapa banyak orang yang kelaparan di luar sana. Kau harusnya bersyukur masih bisa makan enak. Masih bisa merasakan yang namanya nasi. Kau—"

"Diam! Apa kau ke sini hanya untuk berpidato? Aku tidak mau makan dari tanganmu!" Sania yang paham pun langsung memberikan nampan yang berisi makanan ke atas pahanya.

"Baiklah. Makan lah dengan baik. Jangan pernah membuangnya atau pun melemparnya." Sania pun terdiam saat Son mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Sudah kenyang!" Son menjauhkan nampan itu dari sisinya. Sania dengan sigap meletakkannya ke tempat yang aman. Walaupun terhitung hanya tiga suap saja yang masuk ke dalam mulutnya, tapi tidak apa lah. Setidaknya ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya. Lalu dia mengambilkan minum dan juga obat yang harus dikonsumsinya.

"Setelah ini kau istirahat lah. Aku akan kembali nanti saat makan siang." Sania berpamitan untuk keluar kamar. Son yang tidak peduli langsung menuju ranjang dengan meraba-raba sendiri.

"Aku ini istrimu tapi merangkap sebagai pelayan," gerutunya saat keluar kamar.

"Nona, apakah tuan Son mau makan dan minum obat?" tanya Bi Mar yang melihat Sania berada di dapur.

"Sudah, Bi. Walaupun dia hanya makan beberapa suap, tapi dia mau makan juga," ujar Sania senang.

Bi Mar terdiam, baginya mudah sekali Sania menyuruh Tuan Son makan. Sedangkan dia, pasti ada saja yang Tuan Son lakukan. Pakai drama lempar piring segala atau pun selalu mengusirnya.

"Nona, Anda hebat. Anda bisa membujuk tuan Son untuk makan dan minum obat. Apa tadi tuan Son tidak mengamuk?"

"Mengamuk? Dia hanya buta, kan? Bukan gila?" Sania terheran, kenapa semua pelayan di sini terlihat ketakutan saat menghadapi Son.

"Bukan kah kali pertama pertemuan Anda dan tuan Son, dia juga mengamuk, Nona?"

"Tidak, Bi. Suamiku hanya terkejut, saat tiba-tiba dia disuruh menikah denganku. Mungkin dia belum juga terlalu mengenal aku." Sania mencoba membela suaminya. Seburuk apa pun tanggapan semua orang, dia harus menjadi pelindung suaminya. Tak ada yang boleh menjelek-jelekkan suaminya. Son tetap lah manusia. Sania yakin Son bisa berubah.

***

Selamat Pagi dan Selamat beraktivitas.

Mohon maaf sekali karna aku sudah menghilang untuk beberapa waktu. Sekarang aku muncul lagi untuk melanjutkan rasa penasaran kalian tentang cerita Son dan Sania..

Semoga Happy....

Terpopuler

Comments

Rod Mah

Rod Mah

boleh lah ceritanya

2022-10-14

3

Debbie Teguh

Debbie Teguh

semangat sania, kayaknya muka sania nih mirip vennie jd math pilih sania buat son, mungkin yaaa asbak aj

2022-09-18

2

Aqila Nurul

Aqila Nurul

jngan menyerah sania sbar2

2022-08-28

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 TUAN YANG BUTA
2 BAB 2 ANAK YATIM PIATU
3 BAB 3 TAWARAN
4 BAB 4 KEBENCIAN
5 BAB 5 SEGERA MENIKAH
6 BAB 6 CALON
7 BAB 7 NAMANYA SANIA
8 BAB 8 PERNIKAHAN
9 BAB 9 PERAN ISTRI
10 BAB 10 TIDAK BERUNTUNG
11 BAB 11 HUKUMAN
12 BAB 12 KIRIMAN UANG
13 BAB 13 HARAPAN
14 BAB 14 DUA WANITA
15 BAB 15 SIAPA DIA?
16 BAB 16 PELAYAN BARU
17 BAB 17 KEHANCURAN
18 BAB 18 JATUH CINTA?
19 BAB 19 KENAPA TIDAK BISA
20 BAB 20 PINDAH RUMAH
21 BAB 21 KAPAN PERGI?
22 BAB 22 SON YANG MALANG
23 BAB 23 JANJI YANG KEDUA KALI
24 BAB 24 KEMARAHAN SANIA
25 BAB 25 PERJANJIAN
26 BAB 26 KABAR GEMBIRA
27 BAB 27 DARIEN YANG TAMPAN
28 BAB 28 KEPUTUSAN SANIA
29 BAB 29 BERTEMU RAUL
30 BAB 30 SON SAKIT
31 BAB 31 HUKUMAN UNTUK DARIEN
32 BAB 32 KAPAN HAMIL?
33 BAB 33 INGIN PULANG
34 BAB 34 MENGINAP
35 BAB 35 MENJENGUK SON
36 BAB 36 MEYLIN DATANG
37 BAB 37 MAKAM IBU
38 BAB 38 DI TINGGAL
39 BAB 39 CINTA?
40 BAB 40 CEMBURU?
41 BAB 41 SANIA SAKIT
42 BAB 42 CANTIK?
43 BAB 43 TIDAK BOLEH
44 BAB 44 MENGGILA
45 BAB 45 MENGINAP LAGI
46 BAB 46 WANITA MENYEBALKAN
47 BAB 47 PENASARAN
48 BAB 48 SIKAP ANEH SON
49 BAB 49 MAKAN BERSAMA
50 BAB 50 MERASA BERSALAH
51 BAB 51 MALAS BERTEMU
52 BAB 52 TINGGAL BERSAMA
53 BAB 53 MENCOBA MEMBUJUK
54 BAB 54 TRAGEDI
55 BAB 55 MERAWAT
56 BAB 56 MENANGIS
57 BAB 57 HAK SON
58 BAB 58 PERHATIAN KAKAK IPAR
59 BAB 59 KENYATAAN PAHIT
60 BAB 60 PERPISAHAN
61 BAB 61 MEMAKAI CINCIN
62 BAB 62 MENGINGAT
63 BAB 63 CERITA MASA LALU
64 BAB 64 OPERASI?
65 BAB 65 MENGERJAI
66 BAB 66 SATU MINGGU
67 BAB 67 SANIA DAN DARIEN
68 BAB 68 MENCARI INFORMASI
69 BAB 69 SANIA DAN LUZI
70 BAB 70 KEHILANGAN
71 BAB 71 KABAR DUKA
72 BAB 72 KEHIDUPAN BARU
73 BAB 73 SON KEMBALI
74 BAB 74 BERTEMU SANIA
75 BAB 75 SON YANG MENYEBALKAN
76 BAB 76 MATI LAMPU
77 BAB 77 KADO
78 BAB 78 ACARA SPESIAL
79 BAB 79 PERGI DENGAN DARIEN
80 BAB 80 TIDAK BOLEH MASUK
81 BAB 81 PERGI JAUH
82 BAB 82 PERPISAHAN
83 BAB 83 SON KHAWATIR
84 BAB 84 SON MENYESAL
85 BAB 85 SANIA KEMBALI
86 BAB 86 MALAM CANDU
87 BAB 87 CEMBURU LAGI
88 BAbB 88 DIACUHKAN
89 BAB 89 TIDAK TERIMA
90 BAB 90 MENGUSIR
91 BAB 91 MERASA JENUH
92 BAB 92 MALAM YANG KACAU
93 BAB 93 TERKEJUT
94 BAB 94 SALAH PAHAM?
95 BAB 95 MENYADARI
96 BAB 96 GANTI BARU
97 BAB 97 PERDEBATAN
98 BAB 98 MENGUNDURKAN DIRI
99 BAB 99 MENYADARI KESALAHAN
100 BAB 100 MAKAM IBU KANDUNG
101 BAB 101 ADIK ANGELA
102 BAB 102 CALON ISTRI DARIEN
103 BAB 103 MERESMIKAN HUBUNGAN
104 BAB 104 SAN DAN SON
105 BAB 105 DARIEN MENIKAH
106 BAB 106 PENGINAPAN
107 BAB 107 PENGANTIN BARU
108 BAB 108 SANIA KENAPA?
109 BAB 109 SANIA HAMIL
110 BAB 110 TINGKAH BARU SANIA
111 BAB 111 MATH JATUH SAKIT
112 BAB 112 SON DAN LUZI
113 BAB 113 MATH YANG MALANG
114 BAB 114 MENGURUS MEYSA
115 BAB 115 SAKIT PARAH
116 BAB 116 KEPONAKAN LUCU
117 BAB 117 TENTANG ANAK SANIA
118 BAB 118 DRAMA KEYLA
119 BAB 119 SANIA DAN ZION
120 BAB 120 SON YANG SETIA
121 BAB 121 TAK BERSAMA LAGI
122 BAB 122 GAGAL DEH
123 BAB 123 ADIK BAYI
124 BAB 124 ATURAN BARU
125 BAB 125 KESEPIAN
126 BAB 126 MATH DAN LUZI
127 BAB 127 PERMINTAAN SON
128 BAB 128 SON MERAJUK
129 BAB 129 USAHA MATH
130 BAB 130 KONDISI MATH
131 BAB 131 MATH DAN LUZI 2
132 BAB 132 KEHILANGAN
133 BAB 133 ADIK BAYI LAHIR
134 BAB 134 SI KEMBAR (END)
135 HALLO MY READERS
136 KARYA BARUKU
137 KARYA BARU DI NOVELTOON
138 KARYA BARUKU
139 PENGUMUMAN (KARYA BARUKU 2024)
140 SALAM HANGAT MY READERS
Episodes

Updated 140 Episodes

1
BAB 1 TUAN YANG BUTA
2
BAB 2 ANAK YATIM PIATU
3
BAB 3 TAWARAN
4
BAB 4 KEBENCIAN
5
BAB 5 SEGERA MENIKAH
6
BAB 6 CALON
7
BAB 7 NAMANYA SANIA
8
BAB 8 PERNIKAHAN
9
BAB 9 PERAN ISTRI
10
BAB 10 TIDAK BERUNTUNG
11
BAB 11 HUKUMAN
12
BAB 12 KIRIMAN UANG
13
BAB 13 HARAPAN
14
BAB 14 DUA WANITA
15
BAB 15 SIAPA DIA?
16
BAB 16 PELAYAN BARU
17
BAB 17 KEHANCURAN
18
BAB 18 JATUH CINTA?
19
BAB 19 KENAPA TIDAK BISA
20
BAB 20 PINDAH RUMAH
21
BAB 21 KAPAN PERGI?
22
BAB 22 SON YANG MALANG
23
BAB 23 JANJI YANG KEDUA KALI
24
BAB 24 KEMARAHAN SANIA
25
BAB 25 PERJANJIAN
26
BAB 26 KABAR GEMBIRA
27
BAB 27 DARIEN YANG TAMPAN
28
BAB 28 KEPUTUSAN SANIA
29
BAB 29 BERTEMU RAUL
30
BAB 30 SON SAKIT
31
BAB 31 HUKUMAN UNTUK DARIEN
32
BAB 32 KAPAN HAMIL?
33
BAB 33 INGIN PULANG
34
BAB 34 MENGINAP
35
BAB 35 MENJENGUK SON
36
BAB 36 MEYLIN DATANG
37
BAB 37 MAKAM IBU
38
BAB 38 DI TINGGAL
39
BAB 39 CINTA?
40
BAB 40 CEMBURU?
41
BAB 41 SANIA SAKIT
42
BAB 42 CANTIK?
43
BAB 43 TIDAK BOLEH
44
BAB 44 MENGGILA
45
BAB 45 MENGINAP LAGI
46
BAB 46 WANITA MENYEBALKAN
47
BAB 47 PENASARAN
48
BAB 48 SIKAP ANEH SON
49
BAB 49 MAKAN BERSAMA
50
BAB 50 MERASA BERSALAH
51
BAB 51 MALAS BERTEMU
52
BAB 52 TINGGAL BERSAMA
53
BAB 53 MENCOBA MEMBUJUK
54
BAB 54 TRAGEDI
55
BAB 55 MERAWAT
56
BAB 56 MENANGIS
57
BAB 57 HAK SON
58
BAB 58 PERHATIAN KAKAK IPAR
59
BAB 59 KENYATAAN PAHIT
60
BAB 60 PERPISAHAN
61
BAB 61 MEMAKAI CINCIN
62
BAB 62 MENGINGAT
63
BAB 63 CERITA MASA LALU
64
BAB 64 OPERASI?
65
BAB 65 MENGERJAI
66
BAB 66 SATU MINGGU
67
BAB 67 SANIA DAN DARIEN
68
BAB 68 MENCARI INFORMASI
69
BAB 69 SANIA DAN LUZI
70
BAB 70 KEHILANGAN
71
BAB 71 KABAR DUKA
72
BAB 72 KEHIDUPAN BARU
73
BAB 73 SON KEMBALI
74
BAB 74 BERTEMU SANIA
75
BAB 75 SON YANG MENYEBALKAN
76
BAB 76 MATI LAMPU
77
BAB 77 KADO
78
BAB 78 ACARA SPESIAL
79
BAB 79 PERGI DENGAN DARIEN
80
BAB 80 TIDAK BOLEH MASUK
81
BAB 81 PERGI JAUH
82
BAB 82 PERPISAHAN
83
BAB 83 SON KHAWATIR
84
BAB 84 SON MENYESAL
85
BAB 85 SANIA KEMBALI
86
BAB 86 MALAM CANDU
87
BAB 87 CEMBURU LAGI
88
BAbB 88 DIACUHKAN
89
BAB 89 TIDAK TERIMA
90
BAB 90 MENGUSIR
91
BAB 91 MERASA JENUH
92
BAB 92 MALAM YANG KACAU
93
BAB 93 TERKEJUT
94
BAB 94 SALAH PAHAM?
95
BAB 95 MENYADARI
96
BAB 96 GANTI BARU
97
BAB 97 PERDEBATAN
98
BAB 98 MENGUNDURKAN DIRI
99
BAB 99 MENYADARI KESALAHAN
100
BAB 100 MAKAM IBU KANDUNG
101
BAB 101 ADIK ANGELA
102
BAB 102 CALON ISTRI DARIEN
103
BAB 103 MERESMIKAN HUBUNGAN
104
BAB 104 SAN DAN SON
105
BAB 105 DARIEN MENIKAH
106
BAB 106 PENGINAPAN
107
BAB 107 PENGANTIN BARU
108
BAB 108 SANIA KENAPA?
109
BAB 109 SANIA HAMIL
110
BAB 110 TINGKAH BARU SANIA
111
BAB 111 MATH JATUH SAKIT
112
BAB 112 SON DAN LUZI
113
BAB 113 MATH YANG MALANG
114
BAB 114 MENGURUS MEYSA
115
BAB 115 SAKIT PARAH
116
BAB 116 KEPONAKAN LUCU
117
BAB 117 TENTANG ANAK SANIA
118
BAB 118 DRAMA KEYLA
119
BAB 119 SANIA DAN ZION
120
BAB 120 SON YANG SETIA
121
BAB 121 TAK BERSAMA LAGI
122
BAB 122 GAGAL DEH
123
BAB 123 ADIK BAYI
124
BAB 124 ATURAN BARU
125
BAB 125 KESEPIAN
126
BAB 126 MATH DAN LUZI
127
BAB 127 PERMINTAAN SON
128
BAB 128 SON MERAJUK
129
BAB 129 USAHA MATH
130
BAB 130 KONDISI MATH
131
BAB 131 MATH DAN LUZI 2
132
BAB 132 KEHILANGAN
133
BAB 133 ADIK BAYI LAHIR
134
BAB 134 SI KEMBAR (END)
135
HALLO MY READERS
136
KARYA BARUKU
137
KARYA BARU DI NOVELTOON
138
KARYA BARUKU
139
PENGUMUMAN (KARYA BARUKU 2024)
140
SALAM HANGAT MY READERS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!