Kepulangan Sania ke rumah diantar oleh beberapa orang suruhan Math menggunakan mobil mewah. Paman dan Bibinya yang berada di rumah tercengang saat melihat kedatangan mobil mewah memasuki halaman rumahnya. Mereka juga memiliki sebuah mobil tapi tidak semewah mobil yang mereka lihat kali ini.
"Sania ...." Bibi Lotus terkejut saat keponakannya keluar dari salah satu mobil tersebut.
Sania berjalan melintasi Paman dan Bibinya begitu saja. Sedangkan orang suruhan Math tersenyum ke arah mereka.
"Selamat siang, Tuan Raul dan Nyonya Lotus. Kami diutus tuan Math untuk membantu nona Sania mengemasi barang-barangnya. Nona Sania akan tinggal di Apartemen milik tuan Math untuk sementara waktu." Raul dan Lotus saling pandang.
"Tuan Math siapa?" Raul kali ini yang bertanya. Sedangkan Lotus masuk ke dalam rumah menyusul keponakannya yang tak memberi sapaan padanya sama sekali.
"Tuan Math adalah Ayah dari tuan Son yang merupakan calon suami nona Sania." Raul tak bisa berkata-kata. Melihat orang suruhan Tuan Math yang seperti ini, sudah tentu keluarga dari Math bukan lah orang sembarangan.
"Sania! Apa kau sudah melupakan sopan santunmu di rumah ini? Kau berjalan begitu saja tanpa memberi penjelasan!" Lotus menghentikan Sania yang sedang mengemasi barang-barangnya.
Mereka saat ini saling pandang. "Sania sedang buru-buru, jika Bibi tidak ingin membantu Sania silahkan keluar saja." Sania kali ini berani, sudah lama dia memendam kekesalannya.
PLAKKK!!!!
Lotus menampar Sania dengan keras. "Kau tidak hanya anak tidak berguna tapi juga anak yang kurang ajar! Bibi sangat tidak suka padamu dari dulu hingga sekarang!" Amarahnya berapi-api. Wajahnya langsung memerah padam. Matanya melotot tajam. Tapi Sania masih begitu tenang dan melanjutkan mengemasi barang-barangnya. Pipinya yang sakit akibat tamparan dari Bibinya tak dia hiraukan. Bibi Lotus sudah sering bersikap kasar kepadanya.
"Pergi lah! Pergi lah sejauh mungkin!" tambahnya. Pak Mail yang berdiri di depan pintu hanya bisa menitikkan air matanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah tua renta, terkadang sakit-sakitan. Bisa bekerja di rumah ini dan diberi tempat berlindung juga sudah lebih dari cukup.
Tidak butuh lama untuk Sania mengemasi barang-barangnya. Orang suruhan Math juga membantu Sania membawa barang-barangnya.
"Paman, sebentar lagi Sania akan menikah. Sania harap kalian mau datang." Raul yang menemaninya sampai ke luar rumah pun tersenyum. Pria paruh baya itu mengangguk dan memeluknya sebentar. Walaupun Sania tahu ini hanyalah sandiwara belaka.
"Paman pasti akan datang, juga bibi dan Maria." Raul berkata sangat lembut, itu tak membuat hatinya terenyuh. Sania hanya memandang datar Pamannya. Sedangkan Bibi Lotus tidak kelihatan batang hidungnya. Sania melambaikan tangannya terutama pada Pak Mail yang menatapnya penuh dengan kesedihan.
"Sania janji akan membawa Pak Mail keluar dari rumah ini," batinnya janji. Cukup lama Sania memandangi Pak Mail yang berderai air mata.
***
Kepulangan Rico, putra pertama Tuan Math disambut meriah di kediaman keluarga Math. Rico putra sulungnya yang telah lama tinggal di luar negri hari ini akan kembali. Dia mengatakan akan membawa calon istrinya datang ke rumah. Oleh karna itu semua pelayan sibuk mempersiapkan semuanya. Calon istrinya bukan lah orang sembarangan. Dia adalah putri dari seorang pebisnis yang sangat terkenal di negri ini. Namanya Keyla, seorang designer muda yang berbakat.
Sebuah mobil merah mewah terlihat memasuki kediaman Math. Semua mata tertuju pada sosok yang akan keluar dari mobil itu. Angin yang berhembus malam ini sedikit tenang, membuat keadaan sedikit lebih sejuk.
Seorang wanita cantik berkulit putih bersih keluar dari mobil dan disambut oleh tangan kokoh yang siap untuk menggandengnya. Pasangan yang serasi. Rico memakai kemeja hitam rapi juga Keyla yang memakai dress berwarna hitam berkilau.
"Selamat datang Tuan Rico dan Nona Keyla." Pelayan tersenyum lebar menyambut keduanya. Perasaan senang dan takjub bersamaan melihat pasangan yang begitu serasi malam ini.
"Ayah ...." Rico mempercepat langkahnya dan menghampiri Math yang berdiri di ambang pintu. Mereka saling memeluk erat. Dari arah belakang datang lah Luzi, "ibu, aku merindukanmu," ujarnya seraya mencium kening sang ibu.
"Kita baru tidak bertemu dua hari, bagaimana kamu bisa secepat itu merindukan Ibu!" Luzi mencubit putra pertamanya dengan gemas. Rico memang suka sekali menggodanya.
Tatapan mereka beralih pada sosok wanita cantik yang berdiam diri di tempat. "Keyla, kamu cantik sekali malam ini sayang." Luzi memeluknya sebentar. Dia sangat menyukai Keyla, dia gadis yang pendiam dan baik hati.
"Bibi juga sangat cantik," pujinya balik. Keyla beralih menatap Math yang hanya diam, "Paman, apa kabar?"
"Baik. Paman sangat baik. Masuk lah, kita makan malam bersama. Tapi Paman masih menunggu tamu satu lagi." Luzi mengajak Keyla untuk masuk, tapi Rico yang penasaran pun bertanya pada Math.
"Tamu siapa, Yah?"
"Calon istri adikmu," jawab Math singkat.
"Darien? Darien mau menikah?" Dia menyangka bahwa Darien lah yang akan menikah, karna dia adalah putra kedua dari Math.
"Bukan Darien tapi Son." Alisnya bertautan tidak percaya. Tidak mungkin adiknya yang buta dan cinta mati dengan Vennie akan menikah dengan wanita lain.
"Son mau menikah? Ayah yang benar saja. Son hanya mencintai Vennie. Tidak mungkin dia mau menikah dengan wanita lain." Walaupun Rico tidak begitu dekat dengan Son, tapi dia tahu banyak tentang adik bungsunya.
"Itu menjadi urusan Ayah."
Tak lama kemudian sebuah mobil mewah datang. Math tersenyum dan bergerak mendekat pada mobil itu. Sania yang berada di dalam mobil pun merasa sangat gugup. Malam ini, dia akan melihat calon suaminya. Calon suaminya yang buta. Tidak ada penolakan lagi untuknya, dia sudah menerima tawaran untuk menikahi pria buta itu. Dia bodoh, seharusnya sebelum dia memutuskan itu dia harus melihatnya terlebih dahulu. Tapi Sania tidak berpikir sampai sejauh itu. Yang dia pikirkan adalah Tuan Math yang baik, sudah tentu putranya juga baik.
"Sania, akhirnya kamu datang juga." Tuan Math tersenyum menyambutnya. Dia bahkan menggandengnya layaknya seorang ayah dan anak, "jangan gugup, Sania," katanya lagi.
Sania menghembuskan napasnya perlahan dan membuangnya. Tepat di sebuah ruang makan, langkah mereka berhenti. Sudah ada beberapa orang duduk di kursinya masing-masing. Sania masih dalam posisi menunduk. Dia belum berani mengangkat kepalanya. Dia sedang mengumpulkan nyalinya terlebih dahulu.
"Selamat malam semua. Ayah saat ini sedang berdiri bersama seorang wanita cantik. Perkenalkan namanya Sania." Math memfokuskan arah matanya pada sosok pria yang sedang duduk dengan pandangan kosongnya, "Son. Sania lah yang akan menjadi istrimu nanti."
CRANGGGG!!!!!
Son meraih gelas yang berada di sekitarnya dan membantingnya keras. Suaranya sangat gaduh, hingga Keyla merasa ketakutan atas kejadian tiba-tiba itu. Rico membawanya keluar karna tidak mau Keyla melihat kegilaan adiknya yang semakin menjadi. Saat Sania mendengar suara pecahan itu, dia langsung mengangkat kepalanya. Dia bisa melihat serpihan gelas yang berserakan. Dan sosok pria yang duduk di sebuah kursi roda terlihat wajahnya merah padam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Rod Mah
makin penasaran
2022-10-14
2
Aqila Nurul
mungkin ibu dan kk2 nya lah yg menyebabkan veniy meninggal dan dia buta semangat bbang son jngan ksar sama sania kasian diya
2022-08-28
2
Tole Tole
cobaan pertama kedua dan ketiga anggap angin lalu yg penting keluar dari rumah pamannya
2022-07-24
3