Sena sedang menyandarkan kepalanya di bahu Bima dan memeluk lengan kiri Papanya itu. Sena ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bermanja dengan Papanya, seperti saat dia masih kecil dulu, sebelum dirinya nanti akan berganti status menjadi seorang istri.
Sena dan Bima saat ini duduk di kursi belakang sementara Syafiq duduk di kursi depan di samping anak buahnya yang sedang menyetir. Sedangkan Sean dan Sonia, mereka berdua menggunakan mobil Sean sendiri.
"Kok Papa bisa tau kalau Sena ada di apartemen kak Syafiq?" tanya Sena tiba-tiba.
"Papa ngikutin sinyal GPS di ponsel kamu. Papa baru tau subuh tadi kalau ternyata semalam kamu nggak pulang. Papa trauma dengan kejadian pengurungan kamu di gudang kemarin itu, jadi Papa langsung nyari kamu melalui GPS ponsel kamu," jawab Bima.
Sena langsung mengangkat kepalanya karena terkejut. Sementara Syafiq menyimak perbincangan ayah dan anak itu dari kursi depan dalam diamnya.
"Papa tau?" tanya Sena terkejut.
"Tentu saja Papa tau," jawab Bima seraya mencubit kecil hidung Sena. "Maaf ya sayang, Papa nggak bisa melindungi kamu dengan baik. Bahkan Papa juga belum bisa menghentikan semua tindakan buruk Mama kamu ke kamu," sesal Bima.
Diluar dugaan, Sena justru tersenyum lembut menanggapi perkataan Bima tersebut. Sena bahkan menyandarkan kembali kepalanya di bahu kiri Bima seraya memeluk lengan kiri Papanya itu lagi.
"Papa nggak salah kok. Justru, Sena mau minta satu hal sama Papa, tolong jangan terlalu keras sama Mama Bella ya Pa. Mama Bella melakukan semua ini bukan semata karena keinginan Mama sendiri. Sena tau itu. Mama sebenarnya juga sayang kok sama Sena, kalau enggak Mama nggak mungkin merawat dan membesarkan Sena dengan baik sampai seperti sekarang ini," kata Sena membujuk Bima.
Bima menghembuskan nafas berat. Dia kemudian mencium puncak kepala putrinya itu, yang saat ini sedang tertutupi dengan hijab berwarna putih berhiaskan bunga.
"Sifat kamu ini mengingatkan Papa dengan almarhumah Mama kamu, Sen," kata Bima sendu.
Setetes air mata Bima jatuh di atas kepala Sena. Sena sendiri juga sudah berkaca-kaca mendengar perkataan Papanya itu. Menghirup nafas dalam, Sena menghapus air mata yang sudah menggenang di sudut matanya. Sena menguatkan hatinya sendiri, dia harus ceria agar bisa menguatkan Papanya juga. Sena kemudian mengangkat kepalanya dari bahu sang Papa. Sena kemudian menampakkan senyumnya yang begitu ceria.
"Mama Arini sudah tenang disana Pa. Dan beliau pasti juga sangat bahagia melihat Sena dan Papa bisa hidup dengan bahagia bersama Mama Bella, Vira, dan juga Azka," kata Sena riang.
Bima tersenyum melihat keceriaan yang coba ditunjukkan oleh putrinya itu. Bima kemudian memeluk Sena dan membelai lembut kepala putrinya itu.
"Maafkan Papa, nak. Maafkan Papa yang selama ini gagal melindungi kamu. Tapi sekarang Papa sudah mendapatkan penghasut itu. Dan Papa janji, Papa akan segera menyingkirkan penyusup itu, yang sudah dengan licik selalu menghasut Mama kamu selama ini," janji Bima di dalam hatinya.
Syafiq terus mengawasi interaksi ayah dan anak itu melalui kaca spion tengah mobil. Dan ketika tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Bima, Syafiq menganggukkan kepalanya pelan sebagai isyarat. Bima pun kemudian membalas isyarat dari Syafiq itu dengan juga menganggukkan kepalanya samar.
🌺🌺🌺
Setibanya mereka semua di Kantor Urusan Agama, Sena dikejutkan dengan kehadiran Naura, sahabat baiknya di kampus yang juga merupakan sepupu Ega.
"Naura?" tanya Sena seakan tidak percaya.
"Sena," balas Naura yang seketika langsung menghambur memeluk Sena.
"Kok Lo bisa ada disini?" tanya Sena heran.
"Tadi pas kak Ega nerima telepon yang berisi perintah dari Papa Lo, kebetulan gue pas ada disana dan gue denger semuanya. Jadi ya udah deh, gue maksa buat ikut kesini. Lagian, gue juga nggak mungkin dong ngelewatin kesempatan seperti ini. Momen besar dalam kehidupan sahabat baik gue," jawab Naura panjang lebar setelah melepaskan pelukannya pada Sena.
"Sorry Bos," kata Ega merasa bersalah karena tidak bisa menolak keinginan sepupunya itu untuk ikut.
Syafiq melihat ke arah Sena, meminta pendapat dari Sena. Sena yang mengerti maksud dari tatapan Syafiq itupun kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"It's okey," balas Syafiq pada akhirnya. "Semua udah siap?"
"Sudah Bos. Mari, penghulunya sudah menunggu di dalam," jawab Ega sekaligus mempersilahkan.
Mereka semua kemudian masuk ke dalam gedung KUA tersebut. Ega kemudian mengarahkan mereka semua untuk langsung menuju ke ruangan yang akan digunakan oleh Syafiq dan Sena untuk melaksanakan ijab kabul mereka.
Syafiq dan Sena duduk bersebelahan di hadapan penghulu dan Bima selaku wali Sena. Sean dan Ega duduk di sisi meja sebelah mereka berempat, keduanya bertindak sebagai saksi 1 dan 2. Sementara Sonia dan Naura duduk di kursi tunggu di belakang Syafiq dan Sena.
"Saya terima nikah dan kawinnya Sena Andriyana binti Bima Senopati dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 35 gram dibayar tunai!" seru Syafiq lantang dalam satu tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu kepada Sean dan Ega.
"Sah," jawab Sean dan Ega bersamaan.
"Alhamdulillaah," seru semuanya yang ada di ruangan tersebut merasa lega dan bahagia.
Penghulu kemudian membacakan do'a untuk kedua mempelai pengantin baru tersebut. Setelah itu penghulu kemudian mengarahkan Sena untuk mencium punggung tangan kanan Syafiq, yang saat ini sudah berganti status menjadi suaminya itu.
Sena mencium punggung tangan kanan Syafiq dengan takzim, meski perasaan Sena bimbang antara bahagia dan merasa bersalah. Dan ketika Syafiq mencium kening Sena dengan lembut, segala kebimbangan yang Sena rasakan di dalam hatinya seakan hilang saat itu juga. Sena juga teringat kembali dengan semua yang sudah dikatakan oleh Sonia tadi.
"Bismillah. Aku ikhlas menjalani semua takdir dari-Mu ini Yaa Allah. Semoga kedepannya semua akan baik-baik saja. Hanya kepada-Mu ku pasrahkan semuanya ini Yaa Rob. Bimbing kami berdua agar bisa menjalankan kehidupan rumah tangga dengan baik kedepannya," do'a Sena dalam hati.
Penghulu kemudian mengarahkan Syafiq dan Sena untuk menandatangani serangkaian dokumen pernikahan mereka, begitu juga dengan Bima, Sean, dan Ega. Setelah itu Syafiq pun menyerahkan seperangkat alat sholat dan juga perhiasan emas yang tadi menjadi mahar pernikahan mereka kepada Sena.
Syafiq dan Sena kemudian mencium punggung tangan kanan Bima secara bergantian, meminta restu kepada satu-satunya orang tua mereka yang hadir dalam pernikahan mereka tersebut.
"Tanggung jawab Papa terhadap Sena sekarang sudah berpindah ke kamu Fiq. Papa titip Sena ya. Tolong jaga dan lindungi dia. Bimbing Sena agar bisa menjadi istri yang baik untuk kamu," pesan Bima kepada Syafiq setelah Syafiq mencium punggung tangan kanannya.
"Pasti Pa. Syafiq pasti akan membimbing Sena, menjaga dan melindungi Sena dengan segenap kemampuan yang Syafiq miliki," balas Syafiq yakin.
"Papa," lirih Sena setelah bergantian mencium punggung tangan kanan Bima.
Bima menarik Sena ke dalam pelukannya.
"Putri Papa sudah besar. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, nak. Patuhi suami kamu, laksanakan kewajiban kamu sebagai seorang istri dengan sebaik-baiknya. Jangan pikirkan masalah di rumah, biar Papa yang menyelesaikan semuanya, oke," pesan Bima kepada Sena.
"Iya Pa," balas Sena seraya mengangguk dalam pelukan hangat penuh sayang Papanya tersebut.
"Selamat menempuh hidup baru. Tugas dan tanggung jawab kamu bertambah sekarang, jadi kamu harus semakin mendewasakan diri kamu. Kesampingkan ego, utamakan kebaikan bersama. Jaga komunikasi dan kuatkan rasa saling percaya. Itu kunci langgengnya hubungan rumah tangga," pesan Sean kepada Syafiq.
"Pasti Bang. Makasih untuk semua bantuannya ya," balas Syafiq yang kemudian memeluk kakak laki-lakinya itu.
"Selamat ya Sena. Semoga bahagia selalu dan jadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah fiddunya wal akhirat, aamiin," do'a Sonia seraya memeluk erat Sena.
"Aamiin. Makasih banyak ya Mbak," balas Sena.
"Selamat untuk pernikahannya, Bos," kata Ega dengan mengulurkan tangan kanannya.
Diluar dugaan Syafiq justru memeluk Ega sebagai ucapan terima kasih.
"Thanks for everything, Ga," balas Syafiq setelah melepaskan pelukannya kemudian menepuk pundak Ega.
"My pleasure, Sir," balas Ega juga.
"Sena," pekik Naura yang kembali menghambur memeluk Sena. "Selamat ya bestie. Gue nggak nyangka sahabat baik gue sekarang udah nikah dan jadi seorang istri. Rasanya kayak mimpi tau nggak."
"Thanks ya Nau," balas Sena.
Tapi kemudian,
"Emh, Nau,,," panggil Sena sedikit ragu setelah pelukan mereka berdua terlepas.
"Iya, kenapa?" tanya Naura.
"Tolong Lo rahasiain dulu pernikahan gue ini dari temen-temen kita di kampus ya," pinta Sena lirih.
"What? But why?" tanya Naura bingung.
"Nau please," mohon Sena.
Ega menepuk pelan pundak Naura kemudian menganggukkan kepalanya setelah Naura menoleh ke arah dirinya. Naura mengerti isyarat dari Ega tersebut.
"Oh, oke deh kalau gitu. Gue pasti jaga rahasia Lo dengan baik, Lo bisa pegang omongan gue, Sen," balas Naura pada akhirnya.
"Makasih ya Nau," kata Sena lagi.
"It's okey, you're welcome my bestie," balas Naura juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
JW🦅MA
SAH JUGA
WIDIH MANTAP
2022-04-05
2
JW🦅MA
MENCARI TUKANG INTIMIDASI ATAU ORANG YANG SUKA MEMBUAT HASUTAN
MANTAP LAH
2022-04-05
2
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Selamat sena & syafiq.... Biasany sih klo pengantin baru gini dtggu malper ny... Tpiiii ini udah duluan🙈🙈🙈🙈 ganti ngguin sena hamidun segera ajj dech mamah othor... Smngattt Lnjut lgi 💪💪💪😍😍😍😍
2022-04-02
2