Sena POV
Ini adalah malam minggu. Aku yang memang tidak memiliki kegiatan diluar hanya bisa menghabiskan waktuku di rumah saja. Karena kebetulan Papa juga sedang ke luar kota untuk mengurus masalah pemasok barang. Ya, selain bekerja kepada Om Steven, Papa juga memiliki sebuah toko bahan bangunan.
Tapi toko Papa itu dikelola oleh Om Candra, adik Mama. Papa hanya akan datang mengecek pada saat-saat tertentu. Dan juga kalau ada masalah seperti ini, baru Papa yang turun tangan membereskannya. Biar lebih cepat selesai, begitu kata Papa. Tentu saja itu karena para pemasok tersebut sangat segan terhadap Papa.
Saat ini aku sedang duduk menonton televisi bersama Azka. Lalu tiba-tiba aku melihat Vira menuruni anak tangga. Vira kelihatan sangat cantik dan rapi, sepertinya dia bersiap untuk pergi.
"Mau pergi ya Vir?" tanyaku setelah Vira sampai di dekat sofa.
"Iya nih kak. Ada acara sebentar di luar," jawab Vira mendudukkan tubuhnya di sebelahku.
"Kemana? Sama siapa?" tanyaku lagi penasaran.
"Sama ---"
Belum sempat Vira melanjutkan perkataannya tiba-tiba Mama datang.
"Udah siap kamu nak? Syafiq belum datang ya?" tanya Mama seraya berjalan mendekat ke arah kami.
Aku mengernyitkan kening mendengar Mama menyebut nama Syafiq. Apa ini kak Syafiq yang sama dengan orang itu?
"Belum Ma, mungkin sebentar lagi. Tadi sih dia bilang udah di jalan," jawab Vira.
"Oh, ya sudah kalau gitu," balas Mama. "Sena, kamu pergi belanja ke supermarket sekarang. Ini uang dan daftar belanjaannya," lanjut Mama memerintahku dengan menyodorkan sejumlah uang dan kertas berisi daftar belanjaan ke arahku.
Aku bangun dari dudukku dan segera menerima uang beserta daftar belanjaan yang lumayan panjang itu dari tangan Mama. Vira kemudian ikut berdiri dan melirik daftar belanjaan yang ada di tanganku.
"Nggak bisa besok aja gitu Ma? Ini kan udah malem, supermarket juga jauh, dan juga mobil kak Sena kan lagi masuk bengkel. Belanjaan sebanyak itu kan repot kalau pake motor," kata Vira panjang lebar mencoba bernegosiasi dengan Mama.
"Persediaan di rumah semua udah habis. Mama butuh bahan-bahan itu besok pagi buat masak. Jadi harus sekarang," tolak Mama tegas.
"Tapi kan Ma,,,"
"Udah Vir, nggak pa-pa kok. Nggak masalah buat kakak belanja pake motor," aku memotong perkataan Vira.
Aku tau niat Vira sebenarnya baik. Dia kasihan padaku yang harus pergi malam-malam begini, naik motor pula. Tapi aku juga tidak mau kalau sampai masalah kecil ini membuat Mama dan Vira jadi berdebat, karena pasti aku pun akan terkena imbasnya juga nanti. Mama pasti mempersalahkan diriku karena Vira yang terus membelaku.
"Sena ambil jaket sama tas dulu ya Ma, habis itu Sena langsung berangkat," pamitku.
Mama menganggukkan kepalanya. Aku kemudian bergegas naik ke kamarku di lantai dua. Mengambil jaket dan tas selempangku. Aku pun lalu kembali turun ke bawah.
"Sena berangkat sekarang Ma, assalamu'alaikum," pamitku kemudian mencium punggung tangan kanan Mama.
"Wa'alaikumsalam," balas Mama, Vira, dan Azka.
"Hati-hati ya kak," pesan Azka setengah berteriak.
Aku hanya mengangkat tangan kananku dengan menyatukan ujung ibu jari dan jari telunjukku membentuk lingkaran. Sekilas aku dapat melihat wajah Vira yang nampak khawatir. Aku pun tersenyum lembut kepada Vira. Meyakinkan Vira bahwa aku akan baik-baik saja.
Aku kemudian pergi ke garasi. Mengambil sepeda motor matic hitam di dalam garasi. Setelah mengenakan helm dan menyalakan mesinnya, aku pun mulai melajukan sepeda motorku keluar dari halaman rumah. Di depan gerbang rumah aku kebetulan berpapasan dengan seseorang yang sangat aku kenal, kak Syafiq, yang baru saja turun dari mobilnya.
Ah, ternyata benar, Vira mau pergi dengan kak Syafiq-ku. Aku mengesah pelan. Eh, apa-apaan sih aku ini? Kok jadi sembarangan berpikir kayak gini? Seenaknya aja ngakuin kak Syafiq sebagai milikku. Hadehhh.
"Kamu mau kemana malam-malam begini Sen?" tanya kak Syafiq padaku.
Aku pun menghentikan laju motorku sebentar.
"Ke supermarket kak," jawabku.
"Malam-malam begini? Pakai motor? Supermarket kan lumayan jauh," tanya kak Syafiq lagi.
Entah hanya perasaanku saja, atau aku memang mendengar nada khawatir dalam perkataan kak Syafiq tadi? Haish, cukup Sena, jangan berangan-angan yang tidak mungkin.
"Nggak masalah kak. Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum," jawabku sekaligus berpamitan.
Tanpa menunggu jawaban dari kak Syafiq, aku segera melajukan kembali sepeda motorku. Meneruskan perjalananku menuju ke supermarket yang memang letaknya lumayan jauh dari rumah.
🌺🌺🌺
Astaga, ternyata benar kata Vira tadi, belanjaan ini sangat banyak. Pasti sedikit repot nanti aku membawa semua belanjaan ini kalau hanya menggunakan motor.
Di parkiran aku menata semua barang belanjaanku sedemikian rupa. Dua kardus aku ikat di jok belakang, dan dua kantong plastik lumayan besar aku taruh di bordes depan. Huft, susah juga ya kalau nggak ada mobil kayak gini. Sayang sekali mobil kesayanganku itu sedang diservis di bengkel saat ini.
Aku mengendarai sepeda motorku meninggalkan parkiran supermarket tersebut. Entah kenapa aku merasa sangat lelah saat ini. Sepertinya aku sedikit kurang enak badan. Kepalaku juga sedikit berat rasanya, agak terasa pusing.
Hari yang mulai beranjak larut dan jarak yang lumayan jauh, belum lagi barang bawaan yang cukup banyak. Tenagaku juga sudah lumayan terkuras karena berkeliling mencari barang-barang yang mau aku beli tadi. Ah, rasanya aku pengen cepet-cepet sampai di rumah dan segera istirahat.
Dan sayangnya, nasib buruk justru menghampiriku di saat kondisi tubuhku tidak begitu fit seperti saat ini. Beberapa orang preman menghadang perjalananku ketika aku melewati jalanan yang lumayan sepi. Aku pun terpaksa menghentikan laju sepeda motorku.
"Mau apa kalian?" tanyaku tanpa turun dari sepeda motor.
"Pajak lewatnya dong, cantik," jawab salah seorang preman tersebut.
Setelah aku hitung ternyata ada tujuh orang yang sedang menghadangku saat ini. Astaga, dengan kondisiku yang sekarang, sepertinya aku akan sedikit kewalahan. Mau manggil bantuan juga kayaknya nggak bakalan sempat nih. Huft, tolong hamba Ya Allah, beri hamba kekuatan.
"Pajak lewat apaan?" tanyaku kepada mereka.
"Serahkan barang-barang berharga kamu sama kita!" perintah preman yang berbadan paling besar, sepertinya dia ketua di antara mereka.
"Tapi bos, gadis ini cantik juga, lumayan lah buat nemenin kita malam ini," celetuk salah seorang preman lainnya.
Dan terdengar yang lain pun tertawa menanggapi usulan preman tadi.
"Hmm, boleh juga," kata si ketua preman yang berbadan paling besar tadi.
Ketua preman itu menggerakkan tangannya ke depan, memberi kode untuk anak buahnya maju. Para preman itu kemudian mulai bergerak maju, mendekat ke arahku. Aku pun akhirnya turun dari motorku.
'Bismillaah. Tolong bantu hamba Ya Allah,' do'aku dalam hati.
Salah satu di antara mereka maju dan hendak menyentuhku. Dengan sigap aku langsung memukul wajah preman yang mencoba memegang pundakku itu sehingga membuatnya terhuyung ke belakang.
"Brengsek," umpat preman itu kesakitan sambil memegangi hidungnya yang kupukul tadi.
"Wow, ternyata ni cewek bisa ngelawan juga. Ayo semuanya, serang dia," ajak salah seorang preman yang lainnya.
Perkelahian pun tidak dapat dihindari. Benar saja, aku kewalahan menghadapi enam orang preman sekaligus, apalagi dengan kondisiku yang tidak fit ini. Tapi sebisa mungkin aku tetap bertahan melawan keenam preman itu. Dan sayangnya aku berakhir tumbang. Aku merasa kondisi tubuhku semakin melemah dan kepalaku juga semakin pusing.
Aku melihat ketua preman itu mulai berjalan mendekatiku. Anak buahnya yang lain pun tertawa melihatku yang sudah tidak berdaya lagi. Habislah aku kali ini. Aku benar-benar mengharapkan keajaiban dari Allah SWT saat ini.
Dan tiba-tiba saja, saat aku benar-benar sudah hampir menyerah, aku melihat sorot lampu mobil yang mendekat dengan cepat. Tidak lama kemudian mobil itupun berhenti tepat di belakang para preman itu. Aku melihat seorang laki-laki nampak melonjak turun dari mobil tersebut.
"SENA!!!"
'Suara itu??? Aku mengenali suara itu.'
"Kak Syafiq," lirihku.
Sedetik kemudian aku melihat kak Syafiq berkelahi dengan para preman itu. Tidak butuh waktu yang lama, kak Syafiq dengan mudah dapat mengalahkan ketujuh orang preman itu.
Ketujuh orang preman itu kemudian kabur setelah kalah dari kak Syafiq. Kak Syafiq kemudian bergegas menghampiriku.
"Kamu nggak pa-pa kan Sen?" tanya kak Syafiq sembari membantuku untuk berdiri.
"Aku nggak pa-pa kok kak. Makasih," jawabku.
"Lain kali kamu harus lebih berhati-hati lagi. Kamu itu cewek, sasaran yang paling mudah buat dijahatin sama orang lain. Jangan pernah pergi sendiri kalau kamu belum mampu melawan dan melindungi diri kamu sendiri," nasehat kak Syafiq.
Aku tertegun. Kata-kata ini, aku pernah mendengarnya juga dulu. Dejavu, aku seakan kembali ke masa itu. Kenanganku sebelas tahun yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸
wah jangan jangan dulu juga ketemu safiq ya
2022-06-27
2
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
semangat ka
2022-06-27
2
SUMI 🐊🐊
jgn² yg ngomong dlu ke Sena emang si Syafiq juga
2022-05-18
1