Setelah selesai memberikan penjelasan kepada Sean, Syafiq kemudian meninggalkan sepasang suami istri yang sedang berpelukan dan saling menguatkan itu. Syafiq menuju ke brankar sebelah, tempat dimana Sena sedang mendapatkan pengobatan untuk luka-luka di tubuhnya saat ini.
"Kamu nggak pa-pa kan Sen?" tanya Syafiq.
"Nggak pa-pa kok," jawab Sena dingin.
Syafiq menghela nafas berat.
"Hah... Mau sampai kapan sih Sen kamu kayak gini ke aku?" tanya Syafiq pelan.
"Maaf, tapi aku nggak tau maksud kakak apa," jawab Sena masih acuh.
"Sena, kamu ---," Syafiq tidak melanjutkan perkataannya.
"Maaf kak, suster lagi ngobatin luka aku saat ini," kata Sena yang menyiratkan pengusiran secara halus kepada Syafiq.
Dengan perasaan yang campur aduk Syafiq meraup wajahnya kasar. Rey yang ada di brankar di sebelah Sena melihat dan mendengar semua yang terjadi pada Sena dan Syafiq. Kerutan halus muncul di kening Rey.
"Ada sesuatu di antara mereka. Sena nggak biasanya sedingin itu dengan orang lain. Dan bos Syafiq, dia bukan tipe orang yang ramah, apalagi ke cewek. Gue yakin pasti ada sesuatu di antara mereka berdua," monolog batin Rey.
🌺🌺🌺
Setelah kejadian penyerangan waktu itu, Sena, Rey dan tiga orang anak buah Bima yang lainnya ditugaskan untuk berjaga di apartemen Sean. Terutama Sena yang bertugas untuk menemani Sonia setiap waktu. Karena sejak kejadian penyerangan itu Sean sudah melarang Sonia untuk bekerja.
Kini sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian penyerangan itu. Saat ini Sonia sedang menonton televisi di ruang keluarga di apartemennya. Sementara Sena menemani Sonia sembari mengerjakan tugas kuliahnya di laptop miliknya.
"Sena," panggil Sonia tiba-tiba.
"Iya Mbak," sahut Sena masih dengan berfokus pada layar laptopnya.
"Mbak kok tiba-tiba jadi pengen rujak ya. Pasti seger banget tuh. Apalagi kalau banyak mangga mudanya. Mmmmm,,," kata Sonia dengan menutup kedua matanya dan bergumam, membayangkan segarnya rujak yang seakan sudah berada di depan mata.
Sena mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Sonia. Sena kemudian menoleh ke arah Sonia karena sedikit terkejut mendengar perkataan Sonia tadi.
"Tapi ini masih pagi loh Mbak. Baru juga jam sembilan. Nanti perut Mbak Sonia sakit kalau jam segini makan rujak," kata Sena menanggapi.
"Tapi Mbak udah pengen banget nih Sen," balas Sonia setengah merengek.
"Ya udah deh. Kalau gitu biar Sena minta Rey buat beliin rujak ya untuk Mbak," kata Sena pada akhirnya.
"Yeay," sorak Sonia kegirangan.
"Jangan lupa bilang sama Rey, mangga mudanya minta yang lebih banyak ya Sen," pesan Sonia sumringah.
"Eh, i-iya Mbak," balas Sena sedikit tergagap, karena jujur saja Sena merasa bingung dengan permintaan Sonia yang tiba-tiba itu.
Tapi melihat reaksi Sonia yang begitu bahagia dengan senyuman lebar yang terukir di bibirnya itu, Sena pun akhirnya jadi ikut tersenyum juga. Sena kemudian menelepon Rey dan meminta Rey untuk membelikan rujak untuk Sonia. Tentu saja tidak lupa dengan request mangga muda yang lebih banyak dari Sonia tadi.
🌺🌺🌺
Saat ini sudah jam 2 siang. Dan dari pagi sampai sekarang Sonia sudah tiga kali meminta untuk dibelikan rujak, tentu saja masih dengan request yang sama, mangga muda yang lebih banyak.
Merasa heran sekaligus khawatir, Sena pun kemudian mengirim sebuah pesan kepada Sean.
"Bang, Mbak Sonia terbiasa makan asam dan pedas apa enggak sih? Soalnya dari pagi sampe sekarang Mbak Sonia udah tiga kali minta dibeliin rujak. Itupun dia selalu request minta mangga mudanya dibanyakin. Sena cuma takut aja kalau Mbak Sonia jadi sakit perut nanti."
🌺🌺🌺
Keesokan harinya.
Suara bel pintu apartemen yang berbunyi nyaring membuat Mbak Ratmi bergegas untuk segera membuka pintu tersebut.
"Di depan ada Rey dan yang lainnya kan? Terus kenapa harus menekan bel? Ketok pintu aja kan udah cukup," monolog batin Sena sedikit heran.
Baru saja Sena berdiri dari duduknya hendak memeriksa keadaan, Sena melihat Mbak Ratmi masuk bersama dengan dua orang laki-laki yang memakai pakaian teknisi gedung apartemen tersebut.
Ah ya, Sena ingat kalau memang tadi pagi mereka meminta pihak apartemen untuk mengirimkan teknisi karena kran di kitchen sink ( bak cuci piring ) tersumbat. Tapi tunggu, sepertinya ada yang janggal dengan kedua teknisi tersebut.
Namun belum juga Sena sempat bertanya, dua orang berbadan besar itu sudah lebih dulu memukul tengkuk Mbak Ratmi dan juga Sena, sehingga membuat keduanya pun kehilangan kesadaran.
"Mbak Sonia,,," lirih Sena sebelum akhirnya jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
🌺🌺🌺
Sonia benar-benar diculik. Setelah mendapat bantuan dari papanya dan akhirnya bisa kembali sadarkan diri, Sena baru menyadari semua itu. Sena juga sudah meminta maaf kepada Sean dan menjelaskan semua detail kejadiannya tadi seperti apa.
Sore itu juga Sean dan yang lainnya berangkat untuk menyelamatkan Sonia dari tangan para penculik. Tapi Bima melarang Sena dan Rey untuk ikut. Kondisi mereka berdua masih belum pulih sepenuhnya. Apalagi bahaya yang mereka hadapi kali ini sepertinya sudah direncanakan sebelumnya oleh pihak lawan.
🌺🌺🌺
Saat ini Sena sedang duduk di belakang markas, tepatnya di bawah pohon besar yang ada di belakang markas tersebut. Sena sedang termenung dengan pemikirannya tentang Syafiq.
"Maaf kak. Aku tau selama ini kakak sudah banyak membantu aku. Tapi maaf, aku harus berbuat seperti ini pada kakak. Aku terpaksa menjauhi kakak. Aku hanya ingin membuktikan kepada Mama kalau aku benar-benar tidak punya niat untuk menghancurkan hubungan kakak dengan Vira. Apalagi merebut kakak dari Vira. Walaupun jujur, sebenarnya jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, cinta untuk kakak masih tersimpan dengan rapat. Tidak berkurang sedikit pun sejak kita kecil dulu. Bahkan semakin bertambah setiap kali kakak menolong aku, lagi dan lagi."
Sena bersandar pada batang pohon besar tersebut. Memandangi hamparan awan putih yang berarak di langit biru di atas sana. Sungguh, betapa indah ciptaan Sang Maha Kuasa. Beribu rasa syukur pun seakan tidak mampu untuk menggambarkan segala rasa di hati ini.
Teringat kembali dengan masalah yang sedang dihadapinya, Sena menghembuskan nafasnya kasar. Sena sebenarnya sangat lelah dengan kepura-puraannya saat ini. Terpaksa menyakiti hati sendiri demi menjaga hati Mama dan juga Vira, adik yang sangat Sena sayangi.
Tiba-tiba saja Rey datang menghampiri dan duduk di sebelah Sena.
"Lagi mikirin apa sih? Kok kayaknya berat banget," tanya Rey.
"Huft, enggak kok Rey. Nggak ada apa-apa," jawab Sena masih dengan memandangi awan putih di langit luas di atas sana.
"Sena, ada sesuatu yang ingin gue katakan ke elo," kata Rey kemudian.
"Hmm," gumam Sena dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa sih Rey? Kok Lo jadi serius banget kayak gitu? Mau ngomong ya tinggal ngomong aja kali," kata Sena setelah mengalihkan pandangannya kepada Rey.
Rey kemudian tiba-tiba mengenggam kedua tangan Sena. Sena yang kaget pun sempat terperanjat. Tapi Rey tidak membiarkan Sena untuk menarik kedua tangannya.
"Rey,,,"
"Sena, udah lama gue menyimpan perasaan ini seorang diri. Sekarang gue ingin agar Lo juga mengetahui perasaan gue ini."
Kening Sena semakin berkerut dalam. Mungkinkah ini seperti yang dia bayangkan?
"Sena, gue suka sama Lo. Gue cinta sama Lo. Mau nggak Lo jadi pacar gue?"
Sekuat tenaga Sena menarik kedua tangannya dari genggaman Rey. Kali ini Rey tidak menahannya lagi. Ah, ternyata memang benar seperti dugaan Sena tadi, Rey mengungkapkan perasaannya kepada Sena.
"Sorry Rey. Maaf banget," jawab Sena dengan wajah sendu. " Tapi gue nggak bisa."
Rey tersenyum kecut. Dia nampaknya tidak terkejut dengan penolakan dari Sena barusan.
"Rey, Lo udah gue anggep sebagai sahabat baik gue. Bahkan gue udah nganggep Lo kayak saudara laki-laki gue sendiri. Perasaan sayang gue ke Lo sama kayak perasaan sayang gue ke Azka. Jadi, sekali lagi, sorry ya Rey. Tapi gue nggak bisa bales perasaan Lo ke gue," sesal Sena.
Lagi-lagi Rey tersenyum. Tapi kali ini Rey berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.
"Gue udah duga dari awal kalau jawaban Lo akan kayak gini Sen. Dan sungguh, gue nggak kaget apalagi kecewa. Yang paling penting bagi gue, gue udah berhasil ngungkapin perasaan gue yang sebenarnya ke Lo. Dan gue juga berharap, hubungan persahabatan kita kedepannya akan tetap baik-baik saja dan nggak terpengaruh sama sekali dengan kejadian hari ini. Kita tetap sahabat kan?" tanya Rey dengan senyum di bibirnya, mencoba menutupi hatinya yang terluka.
"Ya. Tentu. Kita tetap adalah sahabat Rey. Bahkan lebih dari itu, kita adalah saudara Rey," jawab Sena dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Sena kemudian memeluk Rey. Dan Rey membalas dengan mengelus pelan punggung Sena.
"Lo udah gue anggep kayak kakak laki-laki gue sendiri Rey," kata Sena mantap.
Sena kemudian melepaskan pelukannya pada Rey. Keduanya kemudian sama-sama tersenyum. Sebuah pelukan sayang seorang adik kepada kakaknya bagi Sena. Namun tidak bagi Rey. Setidaknya Rey mendapatkan pelukan sayang dari Sena untuk mengobati luka di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
QiDi
gimana pun dh lega klo bs ngungkapin apa yg dirasa,
hadir ya thor 😉
2022-08-23
1
☠⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔✆ᶜᵉᶜⁱˡʸᵃ✨❁︎⃞⃟ʂ
sakit ya cinta dalam diam dan di haruskan mengalah demi kebahagiaan seseorang...
tegar juga si Rey keren 👍
2022-06-29
2
SUMI 🐊🐊
penasaran sama penculik Sonia, apa maunya
2022-05-30
2