Keberadaan Ardi di meja makan benar-benar membuat Rendra kepanasan. Rasa panas bercampur marah sudah mengalir sedari tadi berkecamuk didalam dada Rendra. Rendra ingin sekali melemparkan piring di depannya ke arah Ardi ketika melihat Ardi sudah mulai menunjukkan perhatian kecil kepada Kirana. Kejadian itu pun tak luput dari pandangan Marissa.
"Wah, ayam goreng nya enak banget Tan!
Ardi jadi pengen nambah lagi nih."
"Loh, bukan Tante kok yang masak ayam gorengnya, tapi Kirana Ar ?"
" Widih Kirana emang calon istri idaman."
Mendengar ucapan Ardi. Emosi Rendra sudah tidak bisa ditahan lagi. Mendengar kicauan Ardi yang sedari tadi memuja-muji istrinya. Ardi seakan akan lupa kalau Kirana sudah mempunyai suami yang tak lain adalah sepupu nya.
Brak...
Rendra pun menghentakkan piring di meja makan dengan keras.
" Maksud loe apa Ar !"
Calon istri? Bukan nya Kirana sudah punya suami dan itu pun gue.
" Apaan sih Kak. Ardi kan cuma bercanda, itu aja dianggap serius." Kirana berusaha membela Ardi.
"Kenapa sih kak. Dikit-dikit marah, dikit-dikit ngebentak. Apa gak bisa semua hal itu dilakukan tanpa ada rasa amarah."
Semua rasa kesal dalam diri Kirana yang coba dia tahan dan sudah lama dia pendam pada akhirnya tumpah ruah pada acara makan siang tersebut. Rasa kesal yang selama ini Kirana tahan seakan akan telah terobati dengan ocehan Kirana yang tak ada hentinya dia lontarkan. Pada akhirnya semua orang hanya bisa terdiam mendengar kata-kata dan ungkapan kesal yang keluar dari bibir manis tersebut.
"Kirana ke dapur dulu Ma." Seru Kirana sambil berjalan menuju arah dapur.
Tanpa banyak waktu Rendra pun segera menyusul Kirana ke arah dapur.
" Kenapa kamu masih saja membela Ardi Ran. Apa aku salah kalau aku berkata jujur."
" Jangan samakan semua orang itu seperti mu Kak. Dan jangan pernah beranggapan kalau kamu selalu benar dan orang lain yang salah. Aku capek, aku juga manusia biasa kak. Aku juga punya hati dan perasaan terluka ketika kamu dengan gampangnya berkata kasar padaku." Kirana menangis ketika menatap Rendra.
"Iya kakak salah kali ini Ran, tapi kakak gak suka dengan sifat mu yang selalu kecentilan terhadap Ardi.
"Apa kamu bilang aku kecentilan. Kamu selalu saja seperti itu. Kata-kata mu itu sungguh sangat memuakkan dan itu pun tak kan pernah berubah." Kirana menatap sinis kearah Rendra.
" Heh, seperti nya aku sangat salah jika berharap kepada seseorang seperti mu." Kirana pun berjalan meninggalkan Rendra yang telah mematung sedari tadi.
Pyarrr....
Suara bantingan benda keras terdengar dengan jelas nya dari arah dapur. Rendra membanting semua barang yang ada di dekatnya seakan-akan belum puas Rendra pun menggenggam gelas sampai pecah digenggaman tangannya. Darah segar pun mengalir dengan deras nya dari jari jemari tangan Rendra.
Mendengar bantingan keras dari arah dapur. Kirana pun memutuskan kembali menuju arah Rendra. Kirana hanya bisa menghela nafas berat ketika melihat dapur yang sudah seperti kapal pecah .
Tiba-tiba betapa Syok nya Kirana melihat tangan suaminya sudah bersimbah darah
"Aaaa..."
Kirana pun berteriak. Mendengar teriakan Kirana semua orang di meja makan pun berlari menuju arah dapur untuk menyusul Kirana.
"Kak, sebenernya apa yang kau lakukan?"
Kepanikan sudah melanda raut wajah Kirana. Pelukan erat sudah bersemayam ke arah Rendra. Dengan rasa panik Kirana membawa Rendra menuju kamar mereka tanpa menanggapi semua orang yang bertanya keheranan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kirana pun hanya melewati temen temennya dan bergegas menuju kamar mereka.
Klik. Kirana sengaja menguci pintu kamar.
Sambil mengobati jari jemari Rendra yang terluka. Kirana pun mulai bertanya pada Rendra dengan rasa khawatir.
"Kakak kenapa sih kok sampai marah seperti ini." Kirana menekan obat di jemari Rendra.
"Aduh. Bisa pelan sedikit. Jari ku sakit. Rendra menahan sakit.
"Habisnya Kakak membuatku khawatir."
"Emm. Apa bener kau khawatir kepadaku?"
Rendra pun tersenyum melihat kekhawatiran di raut wajah Kirana.
"Kau memang sangat menyebalkan. Kalau aku bilang khawatir ya pastinya itu khawatir." Kirana masih saja menekan obat antibiotik ke jari Rendra.
"Aduh. Kenapa sih darah nya masih terus saja keluar." Melihat darah Rendra yang masih keluar tanpa pikir panjang lagi Kirana langsung memasukkan 4 jari Rendra ke dalam mulutnya. Rendra pun hanya bisa melongo melihat sikap lucu istrinya itu.
"Ran, Apa yang kau lakukan. Ayo lepaskan tangan kakak."
Kirana pun hanya menggeleng gelengkan kepalanya tanpa berkata kata apapun. Mulut kirana masih penuh dengan jari Rendra.
"Ayo Ran lepaskan tangan kakak. Kalau kamu masih gak mau melepas nya. Jangan salahkan kakak kalau kakak mencium mu." Namun Kirana masih saja menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cup.
Sebuah ciuman mesra mendarat di bibir Kirana. Dengan mata terteguh. Kirana pun akhirnya membuka mulutnya dan mengeluarkan tangan Rendra dari mulutnya.
Rona merah mulai tersapu di pipi Kirana yang masih terdiam mengingat kejadian yang barusan terjadi.
"Kakak kan sudah bilang cepat lepaskan tapi, kamu masih saja gak mau mendengarkan perkataan ku. Jadi jangan salahkan kakak kalau kakak bertindak seperti tadi."
"Sudah jangan diam kayak gitu. Apa kamu gak lihat jari kakak masih keluar darah." Melihat jemari Rendra kembali keluar darah Kirana pun bergegas mengoleskan Betadine ke jemari Rendra.
Ardi mulai cemas melihat Kirana yang masih belum keluar dari kamar nya. Ardi pun berinisiatif untuk menyusul ke dalam kamar kirana, untung saja Marissa mencegah langkah Ardi menyusul Kirana. Marisa menasehati Ardi bahwa ini bukan waktu yang tepat bagi Ardi mencampuri pertengkaran anak dan menantunya.
"Biar kan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri Ar? Bagaimana pun mereka adalah suami istri dan bukan ranah mu Ar untuk mencampuri urusan mereka." Guman Marissa yang berusaha memberi peringatan secara lembut terhadap Ardi.
"Sebaiknya kalian pulang dulu. Maafkan Tante. Bukan niat Tante mengusir kalian."
"Ah, tenang saja Tan. Kami gak berfikir seperti itu kok. Kami paham kok pertengkaran sepasang suami-istri, tar paling-paling ujung nya di kasur." He...he... Ledek Mita .
Mereka semua pun mulai tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan spontan dari bibir Mita, terkecuali Ardi yang sangat panas mendengar candaan salah satu temennya tersebut.
"Ya sudah Tan, kita balik dulu." Mita pun mulai menarik tangan Ardi dan menyeretnya keluar dari rumah tersebut.
Dari belakang pintu Marissa pun mulai berusaha menguping pembicaraan kirana dan Rendra, tapi tetap saja tidak ada yang bisa dia dengar. Marissa pun kesal dan memutuskan untuk pergi .
"Akhirnya berhenti juga ni darah." Kakak kenapa sih, kok Ampek banting-banting barang segala, tar mama Marissa marah loh." Kirana masih terlihat polos ketika bertanya kepada Rendra.
Rendra pun hanya bisa menggaruk-garukan kepalanya karena kebingungan menjawab pertanyaan dari Kirana .
"Kakak gak suka kalau kamu menjauhi kakak. Kakak juga gak suka kalau kamu dekat dengan laki-laki lain meskipun itu sepupu kakak."
"Oh. Apa itu juga termasuk catatan yang harus Rana patuhi ya kak, dalam perjanjian kita." Dengan polos nya Kirana pun mulai mengangguk dan memahami hal apa yang boleh dan gak boleh yang akan dia lakukan untuk menjaga drama pernikahan nya tersebut.
Rendra pun hanya menatap kesal melihat istrinya yang masih gak ngerti dengan perasaan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Fitria Dafina
kirananya ngk pernah pacaran jd ngk peka 🤭🤭🤭
2020-09-06
0
Capri gurl
thor gk ush manggil kakak" donk... gk enak bacanya
2020-04-03
0
hayde shr
hahaha.......kirana.....
2020-02-10
1