Semua orang berdiri saat kedatangan gadis itu. Wajahnya tak asing dan aku pun ikut berdiri karena merasa harus menghormati mereka. Gadis itu memasang raut wajah menahan amarah dan menatap kami semua. Tatapannya berhenti padaku.
“Nyonya, saya mohon tenangkan diri Anda,” ucap Isaac. Nyonya?
Isaac diabaikan olehnya dan dia melangkahkan kakinya ke arahku. Dia menatap ke atas untuk bertatapan denganku karena dia agak sedikit pendek dari tubuhku. Tangannya menyentuh daguku tanpa permisi dan tersenyum meremehkan.
“Vanhoiren menjijikkan,” ucapnya sambil menjauh dariku. “Baunya tercium sampai ke ruanganku.”
“Apa?” Aku menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa dia menghinaku secara terang-terangan seperti ini? Lagipula, memangnya seberapa kuat indera penciumannya?
“Dia adalah gadis yang kuceritakan tadi,” kata Lucas. “Kristal sihir bereaksi padanya.”
Gadis itu terlihat tertarik. “Hoo ..., begitu kah?” Dia melirikku lagi. “Auranya terasa aneh. Katakan padaku. Apa kau punya mana?”
Aku menggeleng.
“Hm.” Dia menatapku mata. “Aku melihat ada mana ditubuhmu.”
Aku kaget. “Aku tidak berbohong.”
“Nyonya tidak mungkin salah, Nona Winston,” kata Isla.
Aku teringat pada sesuatu. “Beberapa waktu yang lalu aku pernah membaca sebuah buku sihir yang dicatat oleh Ava. Tapi aku rasa aku tidak berhasil.” Semuanya terkejut saat aku mengatakan hal itu. “Ada apa?”
“Darimana kau menemukan buku milikku?” tanya gadis itu.
“Bu-buku milikmu?” Aku melotot. “Jangan bilang-”
“Ya, aku Ava. Ava Bloodhart.” Pantas saja Lucas mengatainya punya penyakit tua. “Hei, apa kau mengataiku tua?!”
Ah, aku lupa mereka bisa membaca pikiranku. Bahkan Lucas sekarang terkikik di belakang Ava. “Ti-tidak.”
Wajah dan umurnya sama sekali tidak sinkron. Jika Ava diam, dia pasti akan menjadi sosok gadis yang diidam-idamkan. Tapi sepertinya dia tipe yang punya temperamen tinggi.
Dan lagi, untuk seseorang yang berumur lebih dari seratus tahun ... Ava termasuk orang yang ...
“Berhenti membicarakanku di dalam pikiranmu,” tegur Ava. “Dan umurku itu seratus tiga belas tahun.”
Mendengar hal itu, Lucas menahan tawanya hingga membuat Ava murka. Hampir saja Ava memukuli Putra Mahkotanya sendiri tanpa ampun jika tidak dilerai Isla dan Isaac.
“Ah, sebentar. Dewi ingin bicara,” kata Ava tiba-tiba.
Semua segera berlutut. Bahkan aku ditarik oleh Isla untuk ikut berlutut bersama mereka. Apa maksudnya Dewi adalah Dewi Kebajikan?!
Sorot mata Ava melembut dan cahaya putih keluar dari tubuhnya. Senyuman yang menyejukkan hati terukir di bibir Ava. Benar, ternyata Ava-lah orang yang kutemui di taman kala aku telah mati digantung dan bangkit kembali. Aku merasa déjà vu.
Ava mengulurkan tangannya. “Charlotte, mendekatlah,” pintunya padaku. Kakiku bergerak dengan sendirinya dan aku berdiri di depannya. “Kau berhasil ke sini dengan bantuan Putra Mahkota, ya.”
Aku mengangguk.
“Kau harus menjadi murid dari Penyihir Agung ini. Hidupmu akan dimulai dari sini. Sekarang semuanya ada ditanganmu, Anakku.”
“Dewi ...”
“Sihir adalah sebuah hal yang spesial untuk membantu manusia. Jika disalahgunakan, dampaknya akan sangat serius. Untuk itulah aku selalu mengawasi mereka,” ungkap Dewi Kebajikan yang berada di tubuh Ava. “Ada pengguna sihir kegelapan di Vanhoiren dan dia harus dihentikan.”
“Bukankah penyihir terakhir hanya Nyonya dan saya sendiri?” Isla tetap berlutut karena tidak berani menatap mata Dewi Kebajikan.
Dewi Kebajikan tersenyum. “Ya, awalnya begitu. Tapi tetap saja banyak manusia cerdas yang melakukan eksperimen untuk mengganti kristal sihir dengan hal lain.” Cahaya di sekitar tubuhnya meredup. “Tubuh ini sudah tidak kuat lagi. Ini perpisahan kita. Aku mendoakan yang terbaik untuk kalian semua.”
Begitu Dewi Kebijakan keluar dari tubuh Ava. Ava jatuh ke lantai dan mengambil napas dalam-dalam. Isla dan Isaac segera membantu Ava berdiri dan mendudukkannya ke sofa. Hening panjang membuat kami semua canggung. Seakan sudah saling tahu, kami menunggu Ava bicara terlebih dahulu.
“Jadi kau sedang berada di kehidupan keduamu, ya,” kata Ava sambil menatapku.
Aku menatapnya balik dan menjawab dengan ragu-ragu. “Ya.”
“Itu kan mustahil,” ucap Isla.
“Hm, tentu saja tidak,” sergah Ava. “Sihir seperti itu bisa dilakukan dan awet muda adalah awal dari tahapan sihirnya.”
“Ya, setidaknya dengan sihir itu kau bisa menyembunyikan keriputmu,” komentar Lucas.
Ava mendelik padanya. “Yang Mulia, aku baru saja diberkati oleh Dewi Kebajikan. Tolong jangan buat segalanya menjadi kacau karena amarah.”
Lucas membuang muka seakan tak peduli. Ava kembali fokus padaku. Dan pembicaraan serius pun dimulai. Seperti yang diminta oleh Dewi Kebajikan, aku haruslah menjadi murid dari Ava Bloodhart. Meskipun aku tahu jika Ava enggan untuk berurusan dengan Vanhoiren, tetap saja dia tidak ingin mengabaikan permintaan Dewi Kebajikan.
Untuk sementara, aku tinggal di Menara Serikat Sihir dan latihan mengumpulkan mana selama hampir setahun. Aku juga menyelinginya dengan berlatih pedang bersama Lucas. Butuh waktu lama agar Isla bisa membujuknya untuk melatihku. Aku dilarang untuk memikirkan urusan di luar Avnevous dan fokus pada perkembangan sihir dan pedangku saja.
Tidak ada satu pun rakyat Avnevous yang tahu jika aku adalah seorang rakyat Vanhoiren. Aku menyesuaikan diri di dalam Avnevous dan mengikuti Isla jika pergi ke kota untuk berbelanja bahan makanan.
Ava adalah penyihir pertama yang lahir di Avnevous. Ternyata dialah Penyihir Agung yang terkenal itu. Catatan Avnevous di Perpustakaan Kekaisaran tidak pernah menyebutkan namanya. Mungkin saja karena mereka sama sekali tidak tahu akan hal itu. Setelah Isla lahir, Ava pun mengangkat Isla sebagai muridnya karena memiliki potensi sebagai pengguna sihir. Hanya ada Ava dan Isla yang menjadi seorang penyihir di Avnevous. Dan ditambah aku, meskipun aku bukan bagian dari wilayah Kerajaan ini.
Isaac masih setia menemani Ava di Menara Serikat Sihir. Sedangkan Lucas sibuk dengan urusan pemerintahan dan kesiapan diri untuk naik tahta sebentar lagi. Jika tidak melihat sikap menyebalkan dan tidak sopannya, Lucas sudah sangat sempurna untuk menjadi Raja yang baru. Tetap saja, manusia tidak akan pernah sempurna. Akan ada kekurangan di dalam dirinya sebagai penyeimbang.
“Kenapa murung begitu Nona Charlotte?” tanya Isla. Kami sedang berada di sebuah kedai makanan dekat Menara Serikat Sihir.
“Ah, tidak.”
“Apa Nona memikirkan Ayah Nona?” tanya Isla lagi.
Benar.
Isla tersenyum. “Maaf, Nona. Aku tidak bisa membantu Nona mengetahui kabar Ayah Nona. Yang Mulia dan juga Nyonya Ava melarang hal itu.”
“Tak apa, Isla. Sebentar lagi kami juga akan bertemu,” kataku menghibur diri.
“Kalau begitu, ayo kita cari buah tangan yang cocok untuk Nona sebelum meninggalkan Avnevous!” seru Isla sambil menarikku keluar dari kedai.
Kami kembali jalan-jalan, dan menghabiskan waktu sampai malam hari tiba. Sihir dan keahlian berpedangku sudah berkembang dengan pesat. Dan sekarang ..., sepertinya aku sudah semakin siap menghadapi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Gua Cuma Komentar ya! OK!
hah...lupa gua bilang nya, gue kira si penyihir ava itu aki-aki ternyata salah wkwkkwkwkwk
2020-07-16
3
senja
hmm apakah penyihir nya itu Rose? atau orang belakang yg dulu mbantu Idris?
2020-05-20
8