Jayden bukanlah pelatih yang baik hati. Ketika berurusan dengan pedang, kepribadian Jayden berubah seratus delapan puluh derajat.
Aku diminta untuk melakukan pemanasan dengan berlari mengelilingi kebun belakang sebanyak seratus kali. Dia pasti ingin membuatku jera dan menyerah dalam berpedang. Tentu saja aku tidak mudah menyerah secepat ini. Kulakukan hal yang dia inginkan dengan senang hati.
Dua tahun lagi Idris akan segera mencari calon istrinya. Aku tidak bisa berlama-lama lagi.
Butuh tiga puluh menit untuk menyelesaikan perintah Jayden. Belum cukup memintaku berlari mengelilingi kebun belakang yang luas. Sekarang Jayden memintaku untuk mengayunkan pedang seratus kali. Latihan mengayun pedang membuat tanganku menjadi terbiasa. Setiap hari aku hanya diberi latihan seperti itu.
Malamnya, para pelayan pasti akan memijat tangan dan kakiku secara bergantian. Setidaknya dengan begitu aku masih bisa terus mengikuti latihan Jayden.
*
“Nona Charlotte!” Layla datang menemuiku yang sedang latihan menangkis dan bertarung bersama Jayden.
“Ada apa, Layla?” tanyaku bingung.
“Tuan Viscount sudah tiba!”
“Apa?” Aku mengernyitkan dahi dan berusaha untuk tidak panik. “Jayden, bereskan semuanya. Dan tolong bantu aku bersiap, Layla.”
Layla mengangguk dan aku pun berjalan menuju kamarku. Secepat mungkin Layla membantuku memakaikan gaun dan merias diri.
Jujur saja setelah berlatih pedang, aku jadi tidak lagi mengikuti Pergaulan Atas dengan alasan sakit. Mungkin saja Ayah mendengar kabar bohong yang kubuat sendiri dan pulang secepat mungkin. Sebenarnya aku tidak tahu sebanyak apa mata dan telinga Ayah selain Jayden. Ayah adalah orang yang misterius.
Kusambut Ayahku yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca buku dan ditemani secangkir teh. Begitu melihatku, raut wajah Ayah berubah tegang. Aku jadi merasa bersalah karena hal itu. Mungkin saja Ayah tahu soal aku yang berlatih pedang di belakangnya.
“Ayah-”
“Charlotte, apa ada yang ingin kau katakan pada Ayah?” Ayah menatapku lalu diam. Menunggu tanggapanku soal pertanyaannya.
Aku menunduk. “Maafkan aku, Ayah. Jangan salahkan Jayden dan Layla atau bahkan pekerja lain. Ini kemauanku sendiri,” kataku akhirnya.
“Pedang adalah sebuah tanggung jawab,” ucap Ayah tanpa memandangku. “Jika kau sampai terjun ke dalamnya ... kau harus serius dengan hal itu. Apa kau mengerti hal itu?”
“Maksud Ayah?”
“Apa lagi yang bisa Ayah katakan padamu, Charlotte? Jika itu keinginanmu ... bagaimana bisa Ayah melarangnya? Jayden dan Layla juga sudah meyakinkan Ayah dengan bercerita soal tekad dan kerja kerasmu selama latihan. Kau sama sekali tidak merasa bosan atau bermalas-malasan.” Ayah menatapku dan tersenyum padaku.
“Ayah ...” Rasa haru menyelimuti hatiku.
Ayah kemudian memberikanku sebuah kotak berbingkai emas berukuran sedang. “Ambilah ini.”
Kuterima kotak itu dan membukanya di depan Ayah. Itu adalah sebuah pisau kecil dengan gagang kayu yang dihias emas dan beberapa berlian kecil. Aku menatap Ayahku dan memeluknya erat.
“Itu adalah hadiah kecil dari Ayah,” ucap Ayah yang ikut memelukku. “Pastikan kau menjadi hebat seperti Jayden dan melampauinya.”
Aku tertawa. “Jika Jayden dengar, dia pasti akan mempersulit latihanku dua kali lipat.”
“Saat itulah Ayah harus turun tangan dan memberinya pelajaran,” timpal Ayah.
Kami pun tertawa bersama lalu tenggelam dalam percakapan yang menyenangkan tentang segala hal. Termasuk calon suami di masa depan yang masih membuatku merasa dilema.
***
Jadwalku belakangan ini menjadi sedikit padat. Karena membludaknya pesanan dari para pedagang karena banyak usaha yang gagal panen. Aku harus ikut turun tangan membantu Ayah. Beberapa pekerjaan di rumah dan bisnis Ayah kuselesaikan secara bersamaan dalam dua bulan terakhir.
Saat ini pun, aku meninjau beberapa bahan pangan di gudang keluargaku yang ada di tengah kota. Jayden baru akan kembali besok karena sedang dalam masa kunjungan ke rumahnya. Kota Vanhoiren sudah mulai aman dan penjagaan di kota pun semakin diperketat.
“Nona Charlotte!” Kulihat Rose Hindley melangkahkan kakinya ke arahku setelah memanggil namaku.
Aku tersenyum. “Halo, Nona Hindley.”
“Aku tidak melihatmu di Pergaulan Atas akhir-akhir ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi?” tanya Rose dengan ekspresi ingin tahu.
“Saat ini aku sedang sibuk mengurus bisnis keluarga, Nona Hindley. Aku pasti akan ikut Pergaulan Atas lagi jika urusanku sudah selesai,” jawabku pada Rose.
“Begitu, ya. Jadi, apa Nona Charlotte bisa menemaniku minum secangkir teh jika ada waktu senggang?”
Aku mengangguk. “Tentu, Nona Hindley. Akan kukabari segera jika aku punya waktu.”
Rose pun berpamitan dan meninggalkanku. Kuselesaikan urusanku sesegera mungkin agar bisa pulang dan bersantai sejenak.
Stamina tubuhku sudah lebih baik dari sebelumnya berkat berlatih bersama Jayden. Di umur sembilan belas tahun ini, aku harus melakukan sesuatu yang lebih berguna agar bisa produktif. Selagi tidak diawasi oleh Jayden aku akan jalan-jalan sebentar setelah pekerjaan ini selesai.
*
Fiuh, aku benar-benar menyelesaikan pekerjaan ini!
Kuputuskan untuk memasuki area pusat perbelanjaan dan melihat-lihat cemilan manis di toko coklat. Semua coklat yang dihasilkan di toko ini beberapa di antaranya dibeli dari kebun coklat Ayah. Tidak ada salahnya aku membeli sekantung cemilan coklat untuk dimakan dengan teh.
Aku keluar dari toko coklat dan memasukkan kantung cemilan itu di dalam keranjang anyaman kecil yang daritadi kubawa karena dimasukkan bekal dan minumanku. Saat itulah keranjangku tahu-tahu sudah dirampas oleh laki-laki yang tak kukenali.
“Hei!” teriakku sambil mengejar laki-laki itu. Bukan masalah cemilan atau apa pun, melainkan ada kantung berisi uang saku milikku di dalam sana. “Pencuri!”
Tidak ada satu pun orang yang menolongku. Mereka terlalu takut untuk terlibat.
Gaun yang kupakai ini membuat pergerakanku melambat. Kuputuskan berhenti mengejar dan melaporkannya kepada para Pasukan Kekaisaran yang sedang berjaga. Mereka pun membantuku mencari laki-laki itu.
Aku tidak bisa membiarkan pencuri itu terbiasa dengan perilaku buruknya. Harus ada efek jera agar dia bisa bertobat.
Pasukan Kekaisaran menyebar ke seluruh penjuru Kekaisaran Vanhoiren. Aku masuk ke dalam sebuah gang dan mengangkat sedikit gaun yang kukenakan untuk mengambil pisau pemberikan Ayah yang kuikat di paha kananku.
Setidaknya aku harus mempertahankan keselamatan diriku terlebih dahulu.
Gang ini ternyata sangatlah panjang. Sekian lama berjalan mengendap-endap untuk menghindari bahaya, ujungnya masih terasa jauh. Saat ingin kembali pun, jalan di belakangku juga sama jauhnya dengan yang ada di depan.
Apa ini? Kenapa perasaanku tidak enak?
Kupercepat langkah kakiku sambil menggenggam pisau di tangan kiriku. Aku menoleh ke belakang karena merasa ada seseorang yang mengikutiku.
Tidak ada siapa pun.
Suara hiruk pikuk Kekaisaran Vanhoiren perlahan mulai menghilang. Aku seperti sudah berada di sebuah tempat yang berbeda. Segalanya hampa dan gang ini tetap saja tidak berujung. Aku ... tersesat di tempat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
senja
nah baru tau kl dia 19th
2020-05-20
5
Nurwahidah Bi
Kupercepat langkah kaki ini, sambil menggenggam pisau di tangan kiri. Karena merasa ada seseorang yang mengikuti, aku pun akhirnya menoleh ke belakang.
#Koreksi maaf, semoga berkenan.
2020-05-09
2
ZENINDA WULANDARI
Hei, aku mampir di sini. Cuma bawain rate bintang lima & like 6 biji doang. 🤭
Misal berkenan mampir juga di novel aku. Semoga bisa saling support. 😘
2020-05-05
6