Kekasih Halal Ceo Tampan S2

Kekasih Halal Ceo Tampan S2

Rintik Hujan

Sore itu, Arsyad baru pulang dari kantor telah berjanji akan menjemput mamanya yang sedang berada di sebuah kajian. Namun tak disangka mobil yang iya kendarai bannya bocor. Arsyad terpaksa menunggu seseorang datang untuk memperbaiki ban mobilnya. Lelaki dewasa berumur 25 tahun menghubungi mamanya, Hana, dan meminta Maaf jika dirinya akan terlambat untuk menjemput. Hana mengerti karena cuaca memang terlihat akan turun hujan.

"Mah, maaf ya. Kelihatannya Arsyad bakal telat jemput mama. Mobil Arsyad bannya kempes" Ucap Arsyad sambil mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Iya sayang, ngga apa. Mama masih di tempat kajian kok" Ucap Hana menjawab putranya. Wanita paruh baya itu sangat sabar dalam menghadapi sesuatu.

"Mama tunggu disana aja sampai Arsyad datang, ini kelihatannya mau hujan juga" Arsyad yang takut jika mamanya menunggu lama. Sedangkan cuaca diluar sana sedang tidak bersahabat.

"Iya, kamu hati-hati" Jawab Hana.

"Iya ma, ini sebentar lagi orang bengkel datang dan orang suruhan Arsyad juga sudah dalam perjalanan kesini" Arsyad menyahut dari balik telepon.

"Ya sudah, mama lanjutin dulu ya" Hana menutup telepon karena merasa tak enak meniggalkan pengajian. Iya segera kembali ke tempat semula dan mendengarkan ceramah dari seorang Kyai.

~Annisa Qodrunnada~

Sore ini sepulang dari madin (Madrasah Diniah), Annisa Qodrunnada atau biasa dipanggil Nada segera menuju tempat pengajian yang diadakan ditempat iya belajar mengaji. Nada yang menyukai hal-hal yang berbau agama selalu semangat dalam melakukan aktivitas seperti itu.

Hampir satu jam lamanya setelah pengajian selesai. Nada ingin pulang. Namun tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Iya pun terpaksa menunggu hingga hujan reda. Lama menunggu hampir 1 jam. Hujan baru reda dan Nada segera mengenakan jas hujannya. Namun saat akan menaiki sepeda motornya. Iya melihat seorang wanita paruh baya. Iya sendiri disana dan tak ada seorangpun yang menemani. Karena hari sudah habis isya', terlihat sangat gelap karena langit sedang mendung. Nada berinisiatif untuk menemani wanita itu. Karena Nada berfikir jika wanita itu juga baru saja selesai menghadiri pengajian. Nada mendekat dan menyapa wanita paruh baya tersebut dengan sopan.

"Assalamu'alaikum" Ucap Nada mengaturkan salam.

"Wa'alaikumsalam wr wb" Jawab Wanita paruh baya itu.

"Mohon maaf bu, apa ibu sendirian disini? " Tanya Nada.

"Eh iya nak. Ini anak ibu belum datang, jadi ibu nunggu" Ucap Hana, wanita paruh baya itu.

"Boleh saya menemani ibu. Kebetulan hujannya sedikit deras lagi. Ibu ngga ada temannya" Ucap Nada sopan kepada Hana.

"Apa tidak apa-apa nak kamu menemani ibu? " Hana bertanya karena iya sendiri merasa takut. Malam ini hujan turun deras dan menyebabkan orang-orang malas untuk keluar rumah. Terlihat dari jalan yang sangat sepi.

"Tak masalah bu, rumah saya tidak terlalu jauh dari sini. Nanti setelah anak ibu datang, saya bisa langsung pulang" Nada tersenyum ramah sambil berkata. Hana terlihat menyukai gadis SMA yang berada di depannya itu. Gadis itu membuka jas hujannya dan menampilkan pakaian yang iya kenakan. Melihat itu, Hana pun bertanya.

"Kamu masih sekolah nak? " Tanya Hana.

"Iya bu, saya kelas 3 SMK di IT International" Jawab gadis tersebut.

"Oh iya, nama kamu siapa? " Hana bertanya.

"Saya Nada bu" Jawabnya.

"Saya Hana. Dan apa tidak masalah Nad, kalau kamu menemani ibu disini. Ini sudah jam delapan lo. Nanti kamu di cari orang tua kamu" Tanya Hana.

"Ibu tenang saja, orang tua saya tidak akan mencari. Kalau mereka mencari saya, saya malah takut bu" Jawab Nada sambil tersenyum.

"Maksud kamu bagaimana nak? " Hana merasa bingung dengan ucapan gadis di depannya.

"Saya sudah tidak punya orangtua bu Hana. Mereka sudah berbeda alam sejak saya SMP" jawab Nada sambil tersenyum. Entah senyum macam apa yang tersungging dari bibir gadis bernama Nada ini. Hana merasa tak enak hati.

"Maafkan saya nak Nada, ibu tidak tahu" Hana merasa tak enak hati.

"Tak apa-apa bu, bukan hal yang harus dimaafkan. Karena ibu memang tidak tahu" Nada berusaha menjawab dengan nada yang biasa saja. Hana memandang gadis didepannya. Sangat manis dengan wajah ayu yang cerah dan raut wajah yang sangat menyenangkan untuk dipandang.

"Kalau boleh ibu tahu, kamu tinggal dimana dan dengan siapa? " Tanya Hana membuka percakapan.

"Di perumahan pratama bu, Blok A nomor 19. Nanti kalau ibu sewaktu-waktu kesana, mampir ya, dan saya tinggal sendiri... Hehe" Nada tersenyum cerah menampilkan kedua lesung pipi di sebelah kanan dan kirinya.

"Terimakasih Nada. Kamu cantik sekali. Hatimu juga cantik sama seperti wajahmu" Hana berkata sambil memandang gadis disampingnya.

"Alhamdulillah, terimakasih bu atas pujiannya. Tapi tolong jangan terlalu memuji. Nanti saya terbang kalau jatuh lagi sakitkan" Jawab Nada sambil cekikikan. Dan hal itu sukses membuat Hana tersenyum.

"Selain cantik, kamu juga pandai melawak Nada" Ucap Hana. Iya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala berhijab Nada.

Tak terasa, sudah hampir 30 menit mereka mengobrol. Tak ada tanda-tanda Arsyad datang. Bahkan ponselnya tidak bisa di hubungi. Terlihat raut wajah Hana yang cemas menantikan kedatangan putranya. Iya terus mencoba menghubungi Arsyad namun hasilnya nihil.

"Anak ibu dengan siapa. Mungkin ibu bisa menghubungi orang yang bersamanya" Ucap Nada tiba-tiba. Dan Hana teringat jika Arsyad bersama dengan seorang sopir.

"Iya, Arsyad bersama dengan seseorang" Hana langsung menghubungi sopir Arsyad. Begitu tersambung, Hana segera berbicara.

"Pak, dimana Arsyad? " Tanya Hana.

"Ini nyonya" Jawab sopir tersebut lalu memberikan ponselnya ke Arsyad.

"Ma, maaf ya. Jalanan macet banget ngga bisa jalan karena ada kecelakaan. Dan ponsel Arsyad mati tadi jatuh" Ucap Arsyad kepada Hana saat ponsel sopirnya sudah berada ditangannya.

"Ya sudah sayang, mama tunggu ya. kamu ngga usah buru-buru. Mama ada temannya kok" Jawab Hana.

"Maaf ya ma" Arsyad merasa bersalah.

"Bukan salah kamu nak" Hana berkata dengan bijaksana. Iya mengerti dengan situasi dan kondisi. Setelahnya iya menutup panggilan telepon.

Hujan perlahan reda. Nada berniat untuk kembali. Namun iya tak mungkin meninggalkan Hana sendirian. Ini sudah malam.

"Maaf buk, ini sudah setengah sembilan. Sudah malam dan keadaan semakin sepi. Bagaimana kalau bu Hana saya antarkan pulang? " Tanya Nada. Hana bingung harus menjawab apa. Tapi benar juga apa yang dikatakan oleh Nada.

"Ibu Hana bisa mengirim pesan kepada anak ibu untuk langsung pulang saja. Setelah itu ibu saya antarkan pulang. Ini sudah malam nanti ibu sakit. Angin malam tidak baik untuk kesehatan" Ucap Nada berkata lembut kepada Hana.

"Kamu apa tidak masalah nak mengantarkan ibu? Ini sudah malam dan kamu sendirian" Tanya Hana ragu-ragu.

"Tidak apa buk, saya sudah biasa berkendara sendiri. Siang maupun malam. Mumpung belum terlalu malam. Mari! " Nada melepas jas hujan yang dia pakai. Lalu memberikan kepada Hana.

"Ibu pakai jas hujannya saja ya. Ini masih sedikit gerimis" Nada menyerahkan jas hujan itu.

"Kamu bagaimana. Kamu pasti bakal basah nak" Hana ingin menolak.

"Bu, saya ini masih muda. Masih kuat diterpa angin. Insya Allah masih tahan jika hanya dengan hujan-hujanan. Kalau ibu kan sudah berumur, kena hujan biasanya akan flu karena metabolisme tubuh berbeda. Dan ibuk tenang saja, saya ngga gampang sakit... Hehe" Nada menjelaskan dengan tersenyum.

"Sekarang ibu pakai jas hujannya. Kita pulang" Ucap Nada. Hana menuruti keinginan gadis remaja didepannya itu. Iya semakin kagum dengan jiwa sosial gadis berparas cantik dan manis itu. Setelah mengirim pesan kepada Arsyad. Hana diantarkan pulang dengan menaiki sepeda motor Nada.

Terpopuler

Comments

Danny Muliawati

Danny Muliawati

hana di anter naik motor mlm2 semangat nada 😍😍

2023-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Rintik Hujan
2 Salah Satu Aset Negara
3 Panggilan Darurat
4 Luar Biasa
5 Berhasil menyelamatkan
6 Saling Membantu
7 Kedatangan Hana Kerumah Nada
8 Annisa Qodrunnada
9 Pembullyan
10 Rasa Hati
11 Rasa Hati 2
12 Gus Zidan
13 Kedatangan Gus Zidan
14 Kenangan Dahulu Kala
15 Rencana
16 Memasak
17 Para Tamu
18 Kembali ke Indonesia
19 Perasaan
20 Kecurigaan
21 Penculikan
22 Penyelamatan Seorang Aset Negara
23 Keselamatan
24 Pertemuan Kedua
25 Di Rumah Sakit
26 Kembali
27 Pesan
28 Menunggu balasan
29 Makan Malam
30 Jaga Diri Baik-Baik
31 Maukah Kamu Menikah?
32 Beban Fikiran dan Tugas Negara
33 Gudang Rahasia
34 Rencana
35 Tamu Tak Diundang
36 Bantuan Arsyad
37 Done
38 Kejutan
39 Larangan Arsyad
40 Twin A dan Nada
41 Cincin Prioritas
42 Rumah Sakit
43 Membuat Panik Arsyad
44 Arsyad Di RS Harapan Mulya
45 Kalung Warisan
46 Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47 Permintaan Kakek
48 Kedatangan Arsyad
49 Kakek Wira
50 Mencari Sebab
51 Aku Tidak Bisa
52 Kepanikan Arsyad
53 Sakitnya Sang Kakek
54 Kehadiran
55 Kedatangan Arsyad
56 Bertemu om Arsyad
57 Teman
58 Ponsel yang tertukar
59 Pedih
60 Ponsel siapa?
61 Prasangka Arsyad
62 Satu Titik Terang
63 Tamu Dari Ponorogo
64 Perlahan pulih
65 Siapa Dia?
66 Mencari Tahu
67 Lintasan Bayangan Masa Lalu
68 Abah dan Umi Berpamitan
69 Sebuah undangan
70 Mempersiapkan diri
71 Bingungnya Seorang aset negara
72 Berfikir Negatif
73 Prayoga
74 Pembalasan Daffa
75 Ke Kantor pusat
76 Prank Kemarahan Tuan Voltus
77 Bertemu
78 Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79 Keluarga Daffa
80 Perjalanan Di dalam Mobil
81 Tiba di Tempat Tujuan
82 Meminta Nada
83 Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84 Rasa Penasaran Arsyad
85 Hukuman
86 Rencana Daffa
87 Pernikahan Masal
88 Extra Part 1 Peraturan
89 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Rintik Hujan
2
Salah Satu Aset Negara
3
Panggilan Darurat
4
Luar Biasa
5
Berhasil menyelamatkan
6
Saling Membantu
7
Kedatangan Hana Kerumah Nada
8
Annisa Qodrunnada
9
Pembullyan
10
Rasa Hati
11
Rasa Hati 2
12
Gus Zidan
13
Kedatangan Gus Zidan
14
Kenangan Dahulu Kala
15
Rencana
16
Memasak
17
Para Tamu
18
Kembali ke Indonesia
19
Perasaan
20
Kecurigaan
21
Penculikan
22
Penyelamatan Seorang Aset Negara
23
Keselamatan
24
Pertemuan Kedua
25
Di Rumah Sakit
26
Kembali
27
Pesan
28
Menunggu balasan
29
Makan Malam
30
Jaga Diri Baik-Baik
31
Maukah Kamu Menikah?
32
Beban Fikiran dan Tugas Negara
33
Gudang Rahasia
34
Rencana
35
Tamu Tak Diundang
36
Bantuan Arsyad
37
Done
38
Kejutan
39
Larangan Arsyad
40
Twin A dan Nada
41
Cincin Prioritas
42
Rumah Sakit
43
Membuat Panik Arsyad
44
Arsyad Di RS Harapan Mulya
45
Kalung Warisan
46
Ikan Cupang Di Kolam Tengah Taman
47
Permintaan Kakek
48
Kedatangan Arsyad
49
Kakek Wira
50
Mencari Sebab
51
Aku Tidak Bisa
52
Kepanikan Arsyad
53
Sakitnya Sang Kakek
54
Kehadiran
55
Kedatangan Arsyad
56
Bertemu om Arsyad
57
Teman
58
Ponsel yang tertukar
59
Pedih
60
Ponsel siapa?
61
Prasangka Arsyad
62
Satu Titik Terang
63
Tamu Dari Ponorogo
64
Perlahan pulih
65
Siapa Dia?
66
Mencari Tahu
67
Lintasan Bayangan Masa Lalu
68
Abah dan Umi Berpamitan
69
Sebuah undangan
70
Mempersiapkan diri
71
Bingungnya Seorang aset negara
72
Berfikir Negatif
73
Prayoga
74
Pembalasan Daffa
75
Ke Kantor pusat
76
Prank Kemarahan Tuan Voltus
77
Bertemu
78
Bandara Soekarno Hatta menuju bandara Juanda
79
Keluarga Daffa
80
Perjalanan Di dalam Mobil
81
Tiba di Tempat Tujuan
82
Meminta Nada
83
Pendamping terbaik untuk Arsyad.
84
Rasa Penasaran Arsyad
85
Hukuman
86
Rencana Daffa
87
Pernikahan Masal
88
Extra Part 1 Peraturan
89
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!